Tendangan

20.6K 111 4
                                    

📅 15 April 2022
John's Room

John masih sama, selalu berlebihan saat kegiatan ranjang seperti ini. Dia benar-benar begitu berenergi. Jujur badanku sudah sangat lemas, tapi masih begitu merasa ingin digenjotnya terus-menerus.

"Gghhh Senna kau benar-benar nikmat sekali, apa kita bisa melakukan ini lebih sering, aaghh", John mendesah setiap kali menghujam lubang kewanitaanku lebih dalam. Itu sangat nikmat.

"Pelanhh Bearhhh ughhh aahhh.."
"Tidak akan nikmat Senna kalau pelan."
"Aahhh ahhh ummphh tapi.."
"Tenang, ini tidak akan lama.."

Tidak lama? John berkata tanpa menyadari realitanya sepertinya. Kami bahkan sudah menghabiskan satu jam lebih. Bisa bayangkan bagaimana kondisiku sekarang? Mungkin itu yang membuat John semakin bersemangat bercinta, aku merasakan gerakan John makin brutal dari putaran pertama kami tadi.

Deru nafas John semakin nyaring, sementara tubuhku sudah benar-benar lemas. Ini kali ketiga John mengeluarkan spermanya di dalam milikku. Terasa benar-benar penuh.

"Ssshh ahhhh, Bear... kakiku lemas..", kuremas kuat tangan John untuk menahan kakiku yang gemetar.

Entah kenapa perutku juga terasa nyeri, tapi tidak sakit. Rasanya setiap kali otot kewanitaanku menjepit kuat kejantanan John, otot perutku terasa tertarik. Aku sempat mengulurkan tangan untuk mengusapnya, terasa keras, seperti kaku.

"Kakimu gemetar Senna, oke kita istirahat dulu..", John mengatakan itu dan meninggalkan kekehan singkat dibelakang.

John menarik tubuhku yang menungging, yaa doggy style adalah favorit John. Tapi kakiku benar-benar lemas kali ini. John menarik keluar kejantanannya lalu menggendongku.

"Bear aku lemas sekali, kau benar-benar bersemangat..", ucapku dengan mata yang masih terpejam.

"Tubuhmu terlihat semakin seksi Senna, sejak terakhir kali kita melakukannya di rumahmu." bisik John di telingaku.

Aku langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhku yang telanjang, terlebih bagian perut buncitku yang sudah mulai cukup ketara.

"Ishh", aku menanggapi acuh ucapannya lalu memiringkan tubuhku. Selain takut John menyadarinya, aku juga merasa tidak nyaman dengan perutku, terasa seperti sedang kram. Ototnya tertarik dan seperti melilit hingga belakang. Bahkan ini lebih terasa daripada rasa perih di lubang kewanitaanku karena ulah nakal kejantanan John.

John mengecup punggungku hingga tengkuk bagian belakang. John mulai menyingkap selimut dari tubuh bagian belakangku. Lelaki ini masih terus menggoda saja, jadi ingin kuremas miliknya dengan kuat.

'Dug'

Tanganku reflek mengusap perutku saat gerakan kecil yang cukup kuat tiba-tiba muncul. Perutku terasa sedikit kram, bagian bawahnya sedikit terasa sakit. Tapi tidak separah saat pertama kali melakukannya dengan John di rumahku. Aku masih bisa menahannya, tapi kali ini gerakan di dalamnya terasa begitu jelas. Apakah bayiku sedang protes?

"John jangan lagi, berhenti menggodaku. Aku benar-benar le...", ucapanku terpotong karena gerakan tiba-tiba John yang membalik tubuhku.

Kini dia menindihku dan tersenyum jahil. Sial, John menggesekkan kembali miliknya di bibir kelaminku. Aku terus menggelengkan kepala, sambil meremas seprai dan menggigit ujung bibirku. Aku sudah sangat tepar, mana mungkin bisa melakukannya lagi, bisa-bisa aku pingsan.

"Jangan.."
"Wajahmu yang ketakutan seperti itu semakin membuatku ingin melakukannya.."
"Kumohonn.."
"Sekali saja, kali ini aku akan pelan.."
"Sshhh.."

Perutku terasa begitu kram saat John mulai menggesekkan kembali kejantanannya. Entah apa hubungannya? Kupikir ini bukan karena tindakan John barusan. Apa memang bayiku sedang aktif saja ya?

"Aku bahkan belum mendorongnya masuk.."

John menatap heran diriku yang memejamkan mata saat mendesis pelan. Kuraih tangan John dan menempatkannya di perutku yang kini terlihat jelas sedikit membuncit. Beberapa detik kemudian aku kembali merasakan gerakan kuat bayiku.

'Dug'

John langsung menarik tangannya dan menatap heran ke arahku. Kubuka mataku lalu kembali menarik tangan kekarnya, menuntunnya untuk mengusap kembali perutku.

'Dug, dug.'

Kali ini dua kali gerakan. Kutahan tangannya yang masih kaget dengan apa yang terjadi. Tubuhnya berpindah dari atasku dan kembali duduk tepat di sampingku.

"Senna? Apa tadi? Maksudmu?"
"Hmm.."

Aku hanya mengangguk. Mata John fokus pada perutku, tangannya kembali terulur untuk mengusapnya.

"Aku bukan buncit karena banyak makan, kau jahat sekali Bear mengejekku seperti itu."

John mendekatkan wajahnya dan mengecupi perutku. John tidak menggubris ucapanku, sepertinya dia hanya fokus pada perutku yang sebenarnya tidak terlalu terlihat buncit.

"Aku akan bertanggung jawab." ucap John tegas.

Wajahku melongo, aku bahkan belum menjelaskan apapun. Bagaimana lelaki ini bisa-bisanya langsung mengucapkan hal seberat itu dengan mudah. Apa John beranggapan ini anaknya? Apa dia seyakin itu?

Dokter Andrea bilang bayiku sudah 20 minggu usianya. Yang jelas aku dan John melakukannya saat perayaan tahun baru. Jika memang ini anak John, usianya tidak seperti yang dikatakan Dokter Andrea. Tapi aku tidak mungkin mengatakan itu sekarang. Wajah John terlihat bahagia.

"Kau yakin, Bear?"
"Dia anakku, aku yakin akan bertanggung jawab."
"Iya, bayi ini anakmu."

Hanya itu yang bisa kuucapkan. Semoga ini keputusan terbaikku. Aku tidak mungkin mengatakan hal sebenarnya. Tidak mungkin aku mengatakan ini bayi Liam. John pasti akan sangat kecewa.

"Senna, ayo menikah."

Aku Hamil (Baby L) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang