Tell'em

658 63 0
                                    

Mingyu membatu. Langkah perlahannya berubah menjadi sebuah larian kencang. Tasnya bahkan ia lempar asal. Dari arah nya datang yang bisa ia saksikan adalah warga yang sedang terkapar. Api berderang. Jeritan kesakitan bahkan amarah Beta Beta teriakan.

Ia lantas membantu beberapa warga yang sedang mencoba memadamkan api. Walau masih tampak terbakar, beberapa rumah sudah padam karena bangunan sudah habis untuk dimakan. Kini Mingyu berusaha membantu, Rumah rumah di arah Timur masih terselimuti api. Namun aksinya mengoper air terhenti kala para beta mengelilinginya, menatapnya.

"Alpha."

Mingyu bingung. Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa kehadirannya kini seolah tak di harapkan bahkan tatapan orang orang disana nampak berharap jika Mingyu pergi?

"A-ah aku—"

"Alpha! Pergi!"

Bak Dejavu. Mingyu ingat memori kelam ini. Kala ia dengan niat baik membantu, Para Beta malah menatapnya takut. Seolah Mingyu pelaku, predator, dan akan memangsa mereka saat itu.

Kini tak bisa ia hitung jari tatapan itu. Seluruh Beta di desa kecil yang kini berbau asap sedang menatap Mingyu sama seperti dulu. Nafas mereka menderu. Beberapa dari Beta itu duduk dengan kelam masih berdarah darah.

"Luka tembak," Ucap Mingyu, "Apa yang terjadi disini?"

Mendekat, Mingyu di tolak. Bak kutub magnet yang sama, Para Beta menjauh begitu kaki Mingyu maju selangkah. Tak hanya mereka yang berkumpul, bahkan orang orang yang duduk di sisi bergeser ketika Pangeran Solasta mendekat. Mereka semua takut, Takut Pada Alpha, Pada Mingyu yang tak punya niat apa apa. Ia hanya ingin membantu.

"Mingyu..."

Suara ini, Mingyu tahu.

"Jisoo."

Omega yang nampaknya tak terluka itu berjalan mendekat. Ditangan ia membawa keranjang berisi selimut kotor dan beberapa kain lainnya, "Kau, Apa yang kau lakukan disini?"

"Aku berniat—"

"Apa para Alpha tadi adalah orang orangmu?"

"Alpha?"

"..."

"Apa yang sebenarnya terjadi disini?"

Jisoo melihat sekitar. Para Beta menatapnya dengan tuntutan. Seolah mengingkan jawaban atas hadirnya Mingyu disana. Pangeran Aita berjalan ke belakang Mingyu, Menjadi tameng bagi para Beta yang sejak tadi menatap Alpha itu takut sekaligus marah. Jisoo juga turut memperlihatkan ekspresi kalut, sedih dan rapuh disaat yang bersamaan.

"Jisoo, Tolong. Apa yang terjadi? Ada apa? Mengapa keadaannya begini?"

"Apa kami bisa mempercayai mu?"

"Tentu. Tentu saja."

"Kalau begitu, Bantu kami."

"...Tentu saja."

.
.
.

"Mereka datang dari arah yang berlawanan denganku, Pantas aku tak bertemu dengan mereka."

Jisoo diam. Di aula desa, para warga dikumpulkan. Yang sakit di obati, Yang wafat di pisahkan. Orang orang masih merasa trauma. Bahkan datangnya Mingyu malah menambah rasa khawatir mereka.

Mingyu berusaha tak mengganggu. Namun diam dan hadirnya saja sudah menarik perhatian. Seluruh mata tertuju padanya. Seolah menyalahkan semua yang terjadi tadi pada dirinya.

Gatal di pundak yang sebenarnya palsu Mingyu garuk dengan tangannya. Cerita Jisoo bak sebuah Gloomy Sunday Bagi Mingyu. Menakutkan sekaligus menusuk dada, membuat ia ingin turut mati bersamanya. terkesan beralur cepat, dan Mingyu rasa itu lah yang menjadikan banyak pertanyaan keluar dari kepalanya.

Alphas - GyuhaoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang