PART 20

124 6 4
                                    


Halo readersnya Julivan, apa kabar? Terima kasih untuk kalian yang masih bertahan baca cerita ini. I truly appreciate you! Ini part 20nya, semoga suka.

Happy reading

____________________________________________________________________

"Baik Tuan"

Setelah selesai menelepon, Lukas mengendarai mobilnya menuju apartemen dalam keadaan jengkel. Ia gagal membujuk Arman untuk membolehkannya pergi. Bisa saja dia menyelonong masuk, tapi jelas itu akan memberikan kesan yang buruk, apalagi Julia ada disana.

Lukas sampai di apartemennya dan mendapati ada 4 orang bodyguard yang jelas itu bukan anak buahnya berada di ruang tamu. Mereka menundukkan badan sebagai tanda hormat untuknya

"Tuan besar sedang menunggu anda Tuan Muda"

Ia berjalan ke arah ruang kerjanya dan dia melihat lelaki tua tengah duduk di ruang kerjanya. Di kursi kerjanya lebih tepatnya. Dia adalah Henry Russel Grey, ayah Lukas, pemilik perusahaan kapal tangker minyak dan ekspor impor terbesar di Euro-Amerika.

"Ayah?"

Pria itu berbalik dan melihat putra keduanya itu. Ia dapat melihat dirinya waktu muda dulu pada putranya itu.

"Kapan ayah sampai disini?" tanya Lukas sambil menaruh jas putih dan tas punggungnya di sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kapan ayah sampai disini?" tanya Lukas sambil menaruh jas putih dan tas punggungnya di sofa

"Barusan" ujar Henry singkat

Lukas menaikkan satu alisnya heran. Ayahnya bukan tipe orangtua yang repot-repot menemui anak-anaknya. Dia hanya akan menelepon kita semua dan menyuruh kami untuk berkumpul dirumah

"Ada apa kemari?" tembaknya

"Menemuimu, putraku, apa lagi?"

"Ck! Cut the bullshit. Aku tau ayah seperti apa. Jangan coba-coba membodohiku" sungut Lukas sambil mendudukan dirinya di sofa

"Baiklah. Ayah sudahi basa-basinya" ujar Henry sambil membenarkan kemejanya sendiri

"Sampai kapan kamu memerankan sandiwara ini?"

Lukas langsung menoleh ke ayahnya

"Dan apa-apaan kamu mengganti namamu? Hah?!" Henry to the point

Deg.

Sial.

Lukas menghela nafas gusar dan menggosok wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia tak percaya harus berhadapan dengan ayahnya sendiri saat sedang tidak mood seperti ini.

"Ayah. Ayah tau..."

"Anthony!"

"Ayah! Namaku Lukas dan sekarang dengarkan aku!" sahutnya

Keduanya bersahutan dengan nada yang sedikit membentak. Kedua laki-laki itu terdiam beberapa saat. Di wajah Lukas tergambar emosi yang mulai merasuki otak dan hatinya. Tapi wajah Henry tergurat emosi yang bercampur rasa sedih. Sampai kapan Putranya akan seperti ini...

JULIVANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang