Chapter 1

1.4K 97 39
                                    

"DEEVAAAAN"
Teriakan cempreng yang memekakkan telinga membuat Devan menghentikan langkahnya. Seorang perempuan berlari menghampirinya.

Devan menatapnya dingin "apa?"

"Kok Devan ninggalin Acha sih, Acha kan baru pindah ke sekolah ini. Harusnya Devan itu ngajak Acha keliling, bukan malah ninggalin Acha"
Gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal.

Devan kembali berjalan tanpa menghiraukan ocehan gadis disampingnya. Membuat Acha membelalakan matanya "what, Acha dikacangin. Perasaan gak ada orang yang pernah ngacangin Acha kayak gini" pekik Acha.

Acha menghentakan kakinya kesal dan kembali berlari mengejar Devan. Langkah kaki Devan yang lebar membuat Acha kesulitan untuk mensejajarkan langkahnya yang kecil.

"Devan. Devan tau gak kelas Acha dimana" tanya Acha mencari topik pembicaraan. Devan terus berjalan membuat Acha semakin kesal karena terus diabaikan.

Devan tiba tiba menghentikan langkahnya membuat Acha yang berjalan dibelakangnya refleks menabrak punggung tegap Devan.

"Kenapa berhenti tiba tiba. Kan jadinya Acha nabrak Devan" Acha mengelus elus jidatnya yang sakit.

Devan membalikan tubuhnya dan menatap Acha dengan tajam. "Ini kelas Lo. Jangan ngikutin gue lagi. Karena gue gak suka cewek berisik kayak Lo"

Acha menatap Devan dengan tatapan tak percaya. Baru kali ini ada orang yang berbicara sekasar itu padanya. Ia slalu di manja papih nya. Wajahnya yang cantik dan sikapnya yang periang membuatnya disukai banyak orang. Karena itu, Acha belum pernah mendapatkan perlakuan kasar sebelumnya.

"Makasih Devan. Maaf kalau Acha buat Devan risih dan gak nyaman" lirih Acha lalu masuk kedalam kelas.

Devan menatap kepergian Acha. Ada rasa bersalah yang menjalar di hatinya. Apakah tadi ia sangat kasar ? Tapi sedetik kemudian, Devan menghilangkan pikirannya dan berjalan pergi ke kelasnya.

"Kusut amat tuh muka bos. Udah kayak gak punya duit aja" canda Aksa pada Devan yang baru saja masuk kelas.

"Masih pagi udah kusut aja tuh muka. Gimana kalau siang, jadi kakek kakek Lo bos" olok Calvin membuat Devan menatapnya sinis. Cari mati memang.

"Sini. Cerita sama babang Dafa" Dafa merangkul Devan dan menepuk nepuk dadanya.

Devan menatap malas teman temannya. Mereka mempunyai ke kepoan tingkat akut. Mereka tidak akan berhenti bertanya sebelum puas mendapatkan jawaban yang mereka inginkan.

"Lo kenapa Dev. Kalau ada masalah cerita sama kita kita" Devan beralih menatap Reyhan yang baru saja berbicara. Memang hanya Reyhan lah yang paling waras diantara mereka ber4.

"Ntar kita tambahin masalah Lo. Supaya muka Lo tambah kusut dan cepat tua" ucap Reyhan disambut gelak tawa oleh Calvin, Aksa dan Dafa.

Sementara Devan mendengus kesal. Baru saja ia berpikir bahwa salah satu anggotanya ada yang waras. Tapi ternyata semuanya sama. Sama sama gak waras.

"Dia udah dateng dan mulai hari ini dia sekolah di sekolah ini" Devan membuka suara membuat teman temannya berhenti tertawa.

"Tunangan Lo bos" tanya Reyhan sok serius.

"Cantik gak bos" timpal Calvin.

"Sikapnya gimana bos" tanya Aksa.

Devan memutar bola matanya malas saat berhadapan dengan pertanyaan yang di lontarkan teman temannya. Ia memilih pergi dan duduk di bangkunya. Ia menelungkupkan wajahnya diatas meja dan memejamkan matanya untuk tidur. Tapi, suara berisik teman temannya yang terus saja bertanya membuatnya tidak bisa tidur. Devan mengangkat wajahnya dengan kesal. "Berisik. Gue mau tidur" setelah mengatakannya Devan kembali mencoba untuk tidur. Hal itu membuat semua orang langsung bungkam. Mereka tidak mau membangunkan singa yang sedang tidur.

X - OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang