Chapter 3

297 40 12
                                    

"kenapa Lo bisa makan bareng sama Acha di kantin" tanya Devan pada Aksa.

Kini mereka sedang berada di markas yang ada di rooftop sekolah. Tadinya ruangan ini adalah ruangan tak terpakai yang diubah menjadi markas oleh Anggota inti Darkness. Hanya anggota inti Darkness yang bisa memasuki markas ini.

"Kenapa ? Lo cemburu ?" tanya Aksa dengan senyuman mengejek di wajahnya.

Aksa dan Devan bertatapan dengan sengit. Sedangkan Calvin, Reyhan, dan Dafa hanya menatap mereka bingung. Tidak tau apa yang sedang mereka bicarakan.

"Ngapain juga gue cemburu. Kayak gak ada kerjaan aja" balas Devan.

"Kalau cemburu bilang bos. Jangan sampai gengsi ngebuat Lo terlambat menyadari isi hati Lo sendiri" ujar Aksa menasehati.

"Siapa juga yang cemburu.Gue cuman penasaran kenapa Lo bisa bareng sama cewek kayak dia" ucap Devan teguh dengan pendiriannya bahwa ia tidak cemburu.Aksa menghembuskan nafas kasar. Bos nya ini memang sangat keras kepala dan gengsi.

"Tadi gue liat dia lagi sendirian. Mukanya sedih terus matanya natap makanan yang ada di tempat sampah. Gue tanya dia kenapa, dan dia jawab dia laper dan gak bawa uang. Karena kasian, yaudah gue traktir dia ke kantin"  jelas Aksa. Devan menganggukan kepalanya mengerti.

"Oh" balas Devan singkat membuat Aksa kesal setengah mati. Dirinya sudah menjelaskan panjang lebar dan Devan hanya meresponnya dengan balasan singkat.

"Untung Lo bos gue. Kalau bukan udah gue tendang Lo ke ujung dunia" gerutu Aksa dalam hati.

"Gak usah ngomongin gue dalam hati" ucap Devan membuat Aksa menyengir.

Devan termenung mengingat kembali penjelasan Aksa tadi. Jadi gadis itu tidak makan karena Devan membuang makanan nya. Lalu kenapa ia tidak meminta uang pada Devan dan malah menerima traktiran dari Aksa. Jadi Devan sudah salah paham pada Acha. Devan kira, Acha adalah gadis yang caper pada semua cowok. Tapi ternyata ia salah. Acha dekat dengan cowok lain karena dirinya sendiri. Devan lah yang slalu mengabaikan dan meninggalkan Acha sendiri.

Devan mengusap wajahnya kasar. Kepalanya pusing karena terus memikirkan gadis berisik itu. Devan memutuskan untuk pergi ke kelas di ikuti teman temannya.

Bel istirahat berbunyi....
"Kantin yuk bos" ajak Calvin.

"Lo pada duluan aja ntar gue nyusul"
balas Devan membuat yang lain bingung. Karena Devan tidak biasanya bersikap seperti ini.

"Biasa...orang galau mah beda" ucap Aksa membuat Devan menatapnya tajam. Aksa tidak menghiraukan tatapan yang di berikan Devan. Aksa mengajak yang lain pergi ke kantin terlebih dahulu.

Devan menggebrak meja kesal. Untung saja tidak ada orang di kelas, sehingga tidak ada yang terganggu.
20 menit sudah berlalu... Devan masih belum menemukan cewek yang membuat kepalanya pusing. Devan pikir, jika ia diam dikelas maka Acha akan kembali mengajaknya ke kantin untuk makan bersama. Tapi sampai sekarang, Acha masih belum datang. Apakah gadis itu marah padanya karena perkataanya Barusan ?

Sampai bel pulang berbunyi, Acha masih belum ke kelasnya. Devan menepis pemikirannya kenapa ia terus memikirkan gadis berisik itu? Hp Devan berdering, Devan langsung mengangkat telepon "Devan. Hari ini kamu ajak Acha main ke rumah ya... Mommy kangen sama calon mantu Mommy" terdengar suara heboh dari sebrang sana.

Devan menjauhkan hp nya dari telinga, suara berisik Mommy nya bisa saja membuat gendang telinganya pecah. "Devan kamu dengar Mommy kan" tanya Renata. Karena ia tidak mendengar tanda tanda kehidupan dari Devan.

"Iya mom. Devan denger kok" jawab Devan meskipun ia tidak dengar dengan jelas ucapan Mommy nya tadi.

"Ya udah Mommy tunggu kedatangan kamu sama Acha" Renata langsung mematikan telepon sepihak.

Kali ini, Devan tidak mempermasalahkannya karena pikirannya fokus pada ucapan Mommy nya tadi. Tunggu, Apakah Devan tidak salah dengar ? Mommy nya menyuruh nya untuk mengajak Acha ke rumah. Bagaimana Devan mengajak Acha main kerumah sedangkan Acha saja masih marah padanya.

Devan segera berlari ke parkiran, Untung saja Acha belum pulang. Devan langsung menghampiri Acha. Setelah berada di depan Acha, ia bingung harus mengatakan apa.

"Maaf" kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya membuat ia semakin bingung untuk melanjutkan perkataannya.

"Maaf kare-na gue sa-lah paham. Gue nge-cap Lo ce-wek ca-per padahal Lo gak sebu-ruk itu" Devan mengucap dengan terbata membuat ia semakin malu. Devan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pasti sekarang ia terlihat aneh di mata Acha.

Acha tertawa melihat tingkah laku Devan. "Kenapa Lo ketawa" tanya Devan pada Acha. Memangnya apa yang lucu ? Kenapa Acha tertawa ? Atau Acha sedang menertawakan
nya?

"Devan lucu. Acha makin suka" Acha menjeda ucapannya. "Acha udah maafin Devan kok" lanjutnya dengan  diakhiri senyum yang sangat manis.
Acha senang karena Devan mengetahui dimana letak kesalahannya dan langsung meminta maaf pada Acha.

Devan tersenyum tipis mendengar Acha sudah memaafkan nya. "Kalau gitu Lo mau kan ikut gue main ke rumah. Nyokap gue kangen sama Lo"

Acha terdiam mendengar ucapan Devan. Apa jangan jangan Devan minta maaf hanya untuk membujuk nya ikut ke rumah ? Apa permintaan maaf Devan tadi tidak tulus untuk nya? Semua pemikiran negatif itu terus muncul di kepala Acha. Acha mengumpulkan keberaniannya, lalu bertanya pada Devan. "Devan minta maaf sama Acha karena Devan takut Acha gak mau ikut Devan main kerumah" bilang nggak Devan, Acha mohon batin Acha.

Devan menyeringai "ketahuan ya..."

"Menurut Lo ? Kalau bukan karena nyokap gue. Gue gak Sudi minta maaf sama cewek kayak Lo" lanjutnya dengan nada dingin.

Acha tersenyum kecut, sekali lagi Devan berhasil. Devan berhasil mempermainkan hatinya. Devan berhasil membuatnya senang lalu setelah itu membuatnya sedih dengan menyakiti hatinya.

"Gak papa. Walaupun Devan gak tulus minta maaf sama Acha. Setidaknya Devan udah mau minta maaf sama Acha dan itu udah cukup buat Acha" lirih Acha pelan tapi masih bisa di dengar oleh Devan.

"Naik motor gue sekarang. Awas kalau Lo ngadu yang nggak nggak Sama nyokap gue" ancam Devan yang sudah berada di atas motor.

"Devan tenang aja. Acha gak akan ngadu kok sama Mommy" terang Acha seraya naik ke motor Devan.

"Dia Mommy gue. Jadi stop panggil nyokap gue Mommy. Cukup panggil nyokap gue Mommy saat dia ada di depan Lo" ucap Devan membuat Acha bungkam.

"Gak usah pegangan. Gue gak mau tangan kotor Lo ngotorin jaket kesayangan gue" Acha menatap tangannya sendiri. Tangannya bersih, bahkan sangat bersih. Tapi kenapa Devan mengatakan bahwa tangannya kotor.

"Iya. Acha gak akan pegangan sama Devan" balas Acha.

*********

X - OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang