Chapter 32

153 10 1
                                    

Inti Darkness sedang berada di rumah sakit. Mereka berjalan menuju ruang inap Acha. Inti Darkness berhenti melangkah ketika mereka sampai didepan ruang inap Acha.

"Minggir. Gue sama temen-temen gue mau masuk ke dalem. Kita mau ngejenguk Acha" ucap Devan pada Quan dan Han yang sedang berjaga diluar ruang inap Acha. Quan bertanya kepada Renata yang berada didalam melalui earphone di telinganya.

"Untuk tuan Aksa, Reyhan, Calvin dan Dafa, Nyonya mengizinkan kalian untuk masuk. Sementara untuk anda, tuan muda. Nyonya masih belum mengizinkan anda untuk masuk" balas Quan datar, seperti biasa.

"Lo gak dibolehin masuk sama nyokap Lo, bos" ejek Calvin.

"Cie.. gak bisa ketemu Acha ni ye.." ledek Dafa.

"Yang sabar ya, bos" ujar Aksa prihatin, tapi lebih terdengar seperti ejekan.

Reyhan menepuk-nepuk pundak Devan, memberi semangat pada Devan untuk menghadapi ke gesrekan teman-temannya.

Devan mengabaikan ejekan teman-temannya. "Bilang sama Mommy. Gue mau bicara sama dia" ujar Devan serius.

Quan kembali menghubungi Renata melalui earphone nya. "Tuan muda. Nyonya menyuruh anda untuk masuk sendiri"

Devan melangkah menuju pintu masuk. "Tuan muda" panggil Quan sebelum Devan membuka pintu.

Devan menoleh kearah Quan. "Apa?"

"Maaf tuan muda. Karena saya anda terjatuh dari jendela. Saya berjanji, saya tidak akan mengerjai anda lagi" ucap Quan sambil membungkukkan badannya.

Devan sedikit terkejut, karena ini pertama kalinya Quan meminta maaf padanya. Sebenarnya, saat Quan mendorongnya keluar jendela, Devan sudah tau bahwa Quan sedang mengerjainya. Devan juga sudah terbiasa, karena Quan memang sering mengerjainya.

Devan menatap aneh pada Quan. Sedangkan Quan hanya menatap tuan mudanya dengan datar. Ia sudah melaksanakan perintah Acha. Yaitu : meminta maaf pada tuan mudanya.

Devan masuk kedalam ruang inap Acha disambut oleh Renata yang duduk di sofa dengan kaki yang disilangkan. Karena ruang ini ruang VVIP, ruangan ini sangat luas hingga kasur pasien dan sofa berjarak cukup jauh. Karena itu, Acha tidak akan mendengar hal yang akan di bicarakan Devan dan Renata.

"Apa yang mau kamu omongin, Devan?" Renata melirik Devan sekilas lalu meminum teh nya dengan anggun.

Devan duduk di sofa, berhadapan dengan Renata. "Devan udah tau siapa orang yang udah mitnah Acha. Karena itu, Devan mau minta izin buat bawa Acha untuk bertemu dengan pelaku itu"

"Kenapa kamu mau bawa Acha?" tanya Renata.

"Karena menurut Devan, Acha berhak tau siapa orang yang udah mitnah dia" jawab Devan jelas dan lugas.

Mendengar jawaban putranya, membuat Renata menyeringai kecil. "Ok. Kamu boleh bawa Acha. Tapi, kalau Acha sampai terluka. Kamu sendiri tau apa konsekuensinya"

"Iya Mom. Devan gak akan ngebiarin
orang lain ngelukain Acha sedikit pun" tegas Devan.

*****

Devan menyuruh Calvin untuk membawa sang pelaku ke markas Inti Darkness. Sedangkan yang lain, akan menunggu di markas.

Sesuai perintah, Calvin berjalan menuju kelas XII IPA 1 untuk menjemput sang pelaku. Calvin berhenti di ambang pintu dan memperhatikan orang-orang yang ada di dalam kelas.

Para siswi berteriak histeris ketika melihat Calvin yang mendatangi kelas mereka. Meskipun Calvin terkenal akan sifatnya yang playboy, tetap saja itu tidak akan mengubah ketampanannya yang membuat para kaum hawa meleleh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

X - OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang