Chapter 12

254 23 0
                                    

"Maafin kita Cha. Gara gara kita Lo jadi dimarahin sama Devan" ucap Dafa.

"Iya. Seharusnya kita gak maksa Lo buat ikut ke markas" timpal Calvin.

Acha menggeleng pelan. "Ini bukan salah kalian kok. Jadi kalian gak perlu minta maaf sama Acha"

Acha mengelap sisa air mata di pipinya. "Acha cengeng ya... di bentak dikit sama Devan aja. Acha udah nangis kayak gini" lanjutnya dengan di akhiri senyuman agar Calvin, Dafa, Reyhan dan Aksa tidak lagi menghawatirkan nya.

Ya, Mereka ber 5 sedang berada di taman dekat sekolah. Calvin, Dafa, Reyhan dan Aksa sedang berusaha menghibur Acha yang tengah menangis.

"Bukan Lo yang cengeng tapi Devan yang udah keterlaluan" ucap Reyhan.

"Kayaknya Devan lagi ada masalah
dan dia gak sengaja ngelampiasin emosinya sama Acha" Aksa berusaha menenangkan ke 3 temannya yang sedang emosi.

"Gak sengaja apanya. Kalau dia emang gak sengaja, dia seharusnya datang ke sini dan minta maaf sama Acha. Tapi lihat, dia gak Dateng kan" ucap Calvin yang kembali emosi.

"Aksa bener Vin, Devan mungkin lagi ada masalah. Gak mungkin kan, Devan marah gitu aja sama Acha"
Reyhan yang mulai berpikir dengan kepala dingin menyetujui ucapan Aksa tadi.

"Devan gak akan marahin Acha kalau Acha gak nakal. Jadi, Dafa sama Calvin jangan marah sama Devan ya..." ucap Acha. Sebenarnya Acha masih sakit hati dengan sikap Devan padanya tadi. Tapi, Acha tidak mau persahabatan Inti Darkness yang sudah di bangun sejak lama hancur begitu saja hanya karena dirinya.

"Kenapa sih Cha, Lo masih aja bela Devan. Padahal Devan udah sering banget nyakitin Lo" kesal Dafa. Mengapa Acha begitu baik sampai sampai ia membela orang yang sudah menyakitinya, pikir Dafa.

Acha tidak menghiraukan ucapan Dafa. Acha tersenyum lalu menatap ke 4 pria di depannya. "kalian ber 4 dan Devan udah sahabatan sejak lama. Acha gak mau liat kalian saling marahan dan bertengkar. Jangan sampai persahabatan yang udah kalian bangun dari dulu berakhir gitu aja hanya karena Acha"

Perkataan Acha membuat ke 4 pria di depannya terkejut. Mereka tidak menyangka Acha yang terlihat menggemaskan seperti anak kecil, memiliki pemikiran yang lebih dewasa dari mereka. Calvin dan Dafa terdiam, memikirkan apa yang Acha ucapkan. Apa yang Acha ucapkan memang benar. Tapi bukan berarti mereka akan membenarkan sikap Devan tadi. Mereka juga akan memberikan Devan sedikit pelajaran. Tentang apa arti menghargai sebuah perjuangan.

*******
Devan berdiri di depan pagar yang tinggi. Devan berada di depan rumah Acha. Devan melihat jam di tangannya, waktu menunjukan pukul 9 malam. Devan harap Acha belum tidur. Karena Devan ingin meminta maaf pada Acha atas sikapnya tadi di markas.

Devan menekan bel. Tak lama kemudian, muncul Pak Darma yang berjalan menghampiri pagar.

"Oh, Den Devan. saya kira siapa Den.
Aden pasti mau ketemu sama non Acha. Ayo atuh Den masuk dulu" ajak Pak Darma ramah. Penghuni rumah ini memang sudah mengetahui pertunangan Acha dan Devan.

"Gak usah pak. Saya disini aja. Saya cuman mau bicara sama Acha sebentar. Acha nya boleh di panggilin gak pak" pinta Devan.

"Iya Den. Sebentar" Pak Darma melangkah memasuki rumah menuju kamar majikannya. Devan diam menunggu.

"Maaf Den. Kata non Acha, dia lagi gak mau ketemu sama Aden" ucap Pak Darma pada Devan setelah menemui majikannya.

"Bilang sama Acha Pak. Gue gak akan pulang sebelum Acha datang ke sini"

Pak Darma kembali memasuki rumah. Sepertinya pasangan ini sedang bertengkar.

"Maaf Den. Non Acha bilang, non Acha gak peduli sama Aden. Mending Aden pulang aja" Pak Darma meringis dalam hati. kenapa ia terjebak dalam pertengkaran 2 remaja ini.

X - OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang