Chapter 17

205 20 2
                                    

Hari ini adalah hari ke 7 sejak Acha keluar dari rumah sakit. Hari ini Devan akan bolos untuk menemani Acha di rumahnya. Devan pergi kerumah Acha dengan mengendarai motornya. Saat Devan sampai ke rumah Acha, Pak Darma langsung membukakan gerbang untuk Devan.

"Acha nya ada Bi?" tanya Devan pada Bi Sumi setelah turun dari motornya.

"Ada Den, Non Acha masih tidur di kamarnya" jawab Bi Sumi. "Mau bibi bangunin gak Den" lanjutnya.

"Jangan Bi. Devan mau buat makanan spesial buat Acha"

"Mau bibi bantuin gak Den"

"Gak usah bi. Biar Devan aja"

Devan memasuki dapur dan mulai mengeluarkan bahan bahan makanan yang ia beli dari supermarket sebelum pergi ke rumah Acha. Devan mulai memotong dan memasak makanan. Dalam waktu 20 menit. Devan sudah menyelesaikan semua masakannya dan mulai menatanya di atas meja.

Dikamar yang bernuansa Abu-abu. Acha terbangun dari tidurnya. Hari ini ia bangun terlambat dari jam biasanya ia terbangun. Acha menatap ke sekeliling kamarnya. Acha sangat bosan. Acha ingin pergi ke sekolah, tapi Devan melarangnya dengan alasan tangan kiri Acha yang sedang terluka. Acha memasuki kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Acha malas mandi pagi ini. Lagipula, Acha tidak akan keluar rumah.

Acha keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju kemeja makan, karena Acha merasa lapar. Acha terkejut melihat Devan yang sedang menata makanan di atas meja makan.

"Eh Cha, Lo udah bangun. Makan yuk. Gue udah masakin semua makan kesukaan Lo" ajak Devan.

Acha menghampiri meja makan dan duduk di salah satu kursi. Memang, Devan tak pernah absen sehari pun untuk mengunjungi Acha di rumah. Devan mengunjungi Acha sebelum dan  sesudah sekolah. Tadinya, Devan ingin slalu bolos untuk menemani Acha. Tapi Acha memarahi Devan dan menyuruh Devan untuk pergi ke sekolah.

Acha senang karena Devan slalu menemaninya sehingga Acha tidak lagi merasa kesepian di rumah. Acha juga senang karena Devan slalu bersikap manis dan perhatian padanya. Acha benar benar senang karena Devan tak bersikap ketus dan dingin lagi padanya. Acha harap Devan akan slalu bersikap hangat padanya, selamanya. Hingga mereka menikah dan menua bersama. Acha menggelengkan kepalanya sepertinya ia sudah berpikir terlalu jauh. Acha mulai memakan makanan yang di masak oleh Devan.

"Gimana? Enak gak?" tanya Devan gugup. Devan takut Acha tidak menyukai makanannya karena tidak enak.

"Enak. Acha baru tau kalau Devan bisa masak" jawab Acha antusias dengan mata yang berbinar.

Devan tersenyum mendengar jawaban Acha. Tidak sia sia, ia menghabiskan waktu untuk belajar masak pada Renata - Mommy nya.

"Makan aja sampai belepotan kayak gini. Kayak anak kecil tau gak" Devan mengusap lembut sudut bibir Acha untuk menghilangkan sisa makanan menggunakan ibu jarinya.

Acha tertegun ketika kembali mendapatkan perlakuan manis dari Devan. "Makasih Devan" Acha berterima kasih pada Devan dan di balas senyuman manis dari Devan.

Acha mencoba untuk menetralisir jantungnya yang kembali berdetak kencang. Acha mulai memakan kembali makanannya. Devan yang melihat Acha kesulitan untuk memotong daging sapi, langsung menghampiri Acha.

"Sini. Biar gue yang potongin" Devan merebut pisau kecil di tangan kanan Acha dan mulai memotong daging sapi. Devan mengarahkan daging sapi yang telah ia potong kecil ke depan mulut Acha.

"Devan gak perlu nyiapin Acha. Acha bisa sendiri kok"

"Tangan Lo luka Acha. Udah Lo tinggal buka mulut dan makan" perintah Devan membuat Acha menggembungkan pipinya kesal. Karena tangannya terluka Acha jadi banyak merepotkan Devan.

X - OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang