Chapter 19

211 21 0
                                    

Devan mengantarkan Bianca kerumahnya. Rumah Bianca masih sama, rumah yang Bianca tempati 2 tahun yang lalu. Melihat rumah Bianca, membuat Devan teringat kembali pada masa lalunya. Ada banyak kenangan di rumah ini, karena Devan dan Bianca sering menghabiskan waktu bersama di rumah ini.

"Makasih Devan. Udah mau nganterin aku pulang ke rumah" ucap Bianca membuat Devan tersadar dari lamunannya.

"Oh ya. Bunga ini cantik. Buat aku ya..." Bianca menunjukan sebuah buket bunga di tangannya. Bianca mengambilnya saat Devan menjatuhkannya. Buket bunga yang seharusnya Devan berikan pada Acha.

Melihat buket bunga da tangan Bianca, membuat Devan ingat bahwa ia mengajak Acha bertemu di taman.
Devan langsung melanjutkan motornya meninggalkan Bianca tanpa sepatah kata pun. Devan mengendarai motornya dengan kecepatan full untuk kembali ke taman. Sesampainya di taman, Devan segera berlari ke tempat yang sudah ia siapkan untuk Acha. Tapi Devan tidak menemukan Acha disana. Devan mencari Acha ke seluruh penjuru taman. Devan mencoba menelepon Acha tapi nomor Acha tidak bisa di hubungi.

"Lo kemana Cha" batin Devan khawatir. Devan mengacak rambutnya frustasi.

Devan mencoba menelepon Bi Sumi- pembantu di rumah Acha.
"Hallo Bi. Devan mau nanya. Acha ada di rumah gak bi?" tanya Devan.

"Non Acha pergi dari jam 9 Den. Sampai sekarang Non Acha belum pulang. Bibi pikir Non Acha lagi sama Den Devan" jawab Bi Sumi di sebrang sana.

"Oh. Ya udah Bi. Makasih" Devan berusaha agar kegugupannya tidak terdengar oleh Bi Sumi. Bisa bahaya, jika Bi Sumi melapor pada Papih Acha dan berujung sampai ke telinga orang tua Devan. Bisa bisa Devan di hukum oleh Mommy dan Daddy nya.

Devan menelepon teman temanya, meminta agar mereka datang ke taman. Dalam waktu 15 menit, Aksa, Dafa, Calvin dan Reyhan datang bersamaan karena mereka dari tempat yang sama, Markas Utama Darkness.

Devan menghampiri teman temanya yang baru saja turun dari motor. "Acha hilang. Gue minta tolong sama Lo pada buat bantu gue nyari Acha" ucap Devan panik.

"Kenapa Acha bisa hilang? Bukannya seharusnya dia lagi sama Lo" tanya Calvin.

"Nanti gue jelasin. Sekarang kita harus nyari Acha. Gue gak mau dia kenapa napa" jawab Devan.

Devan hendak berjalan ke arah motornya tapi Reyhan mencegahnya dengan menahan tangannya. "Lo harus nenangin diri Lo dulu Dev" ucap Reyhan pada Devan.

"GIMANA GUE BISA TENANG BANGSAT. ACHA HILANG DAN GUE GAK TAU HARUS NYARI DIA KEMANA" teriak Devan emosi.

"KITA YANG SEHARUSNYA MARAH SAMA LO BEGO. LO YANG GAK BECUS JAGAIN ACHA. SAMPAI ACHA HILANG KAYAK GINI" Dafa balas berteriak pada Devan. Ia ikut terbawa emosi.

Devan dan Dafa saling menatap tajam satu sama lain. Aksa, Reyhan dan Calvin segera memisahkan mereka ber 2. Reyhan dan Calvin menenangkan Dafa, sementara Devan ditenangkan oleh Aksa.

Aksa mengajak Devan untuk duduk di dekat pohon. "Lo udah telepon Acha?" tanya Aksa pada Devan ketika Devan sudah mulai tenang.

"Gue udah nelepon dia berkali kali Sa. Tapi nomornya gak aktif"

"Lo udah nelepon orang di rumah Acha. Siapa tau Acha udah ada di rumah"

"Gue udah nelepon Bi Sumi pembantunya Acha. Dia bilang Acha berangkat dari jam 9 dan belum pulang sampai sekarang" jelas Devan dengan suara paraunya. Terdengar nada frustasi dari suara Devan.

Aksa terdiam, ia mencoba memutar otaknya untuk berpikir. Devan menundukan kepalanya dalam. Andai saja Devan tidak terlambat, mungkin sekarang Acha tidak akan hilang. Acha akan berada di sisinya saat ini. Devan mengepalkan tangannya emosi. Jika saja Geng Cobra tidak menghadangnya, maka Devan tidak akan terlambat. Apa mungkin hilangnya Acha ada hubungannya dengan Geng Cobra? Tapi tempat Geng Cobra menghadangnya tadi cukup jauh dengan taman ini.

X - OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang