Chapter 25

355 26 5
                                    

Kini Acha dan Devan sedang berada diruang makan, dengan Acha yang menyuapi Devan. Jika kalian bertanya siapa yang memasak? Tantu saja jawabannya adalah Devan. Devan sengaja memasak sepiring makanan agar Acha mau menyuapinya. Jika Devan membuat 2 piring  makanan. Acha pasti akan menyuruhnya makan sendiri. Devan menumpukan tangannya di atas meja. Lalu meletakan dagunya di atas tumpukan tangannya. Devan terus memandang Acha seakan Acha akan menghilang jika ia tidak memperhatikan Acha.

Acha menatap sinis Devan. Ia masih merasakan sakit di pipinya akibat dari gigitan Devan. Sedangkan yang menggigit, hanya memasang wajah polos sambil sesekali senyum senyum tidak jelas. Acha bisa melihat pancaran kebahagiaan dari wajah Devan. Padahal biasanya Devan hanya memancarkan hawa dingin dengan wajah datarnya. Acha menyuapi Devan dengan malas. Acha tau, sepiring makanan hanyalah akal-akalan Devan agar ia mau menyuapi Devan.

"Cih, dasar licik. Mentang-mentang Acha gak bisa masak. Devan jadi seenaknya sama Acha" batin Acha.

"Liat aja. Setelah makan, Acha bakal usir Devan dari rumah. Devan pikir ini rumah Devan? Sorry ya... Ini tuh rumah Papah Tama, Papahnya Acha. Jadi, Acha bakal usir Devan jauh jauh dari rumah Papah" Acha menyeringai membayangkan kejadian yang akan segera ia lakukan.

Acha menyodorkan suapan terakhir pada Devan. Seakan sudah tau rencana Acha, Devan melahap suapan terakhir dari Acha dan langsung berlari menaiki tangga menuju lantai 2.

"Devan. Devan mau kemana?" pekik Acha terkejut karena Devan yang tiba-tiba berlari. Acha ikut berlari mengejar Devan.

Devan memasuki kamar Acha, menutup pintu dan menguncinya dari dalam.

"Devan. Buka pintunya" Acha menggedor gedor pintu dengan keras.

"KELUAR DARI KAMAR ACHA, DEVAN" teriak Acha sambil terus menggedor-gedor pintu.

"GAK MAU CHA. GUE GAK MAU KELUAR. GUE MAUNYA DISINI" Devan balas berteriak membalas teriakan Acha tadi. Devan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia menatap kesekeliling kamar dan mulai merencanakan sesuatu.

2 jam kemudian....

Devan membuka pintu dengan senyuman yang tak dapat diartikan. Wajah Devan tampak berseri-seri. Di depan Devan sudah ada Acha yang berdiri dengan muka masamnya. Acha bersedekah dada dan menatap sinis Devan. Acha tau pasti ada yang tidak beres di sini.

Devan membungkukkan badannya mempersilahkan Acha masuk. Acha mendekati Devan dan mencium aroma yang tak asing di Indra penciumannya.

"Devan wangi banget. Devan udah mandi?" tanya Acha yang hanya di balas senyuman manis oleh Devan. Membuat Acha semakin curiga pada Devan. Acha kembali menghirup aroma di sekitar tubuh Devan. Acha berlari ke kamar mandi ketika menyadari bau harum dari tubuh Devan. Devan berjalan keluar kamar dengan menenteng tas yang sudah ia siapkan sejak tadi.

"DEVAAAAN. Kenapa Devan ngabisin sabun Acha" Devan berhenti sejenak ketika mendengar teriakan Acha yang menggema ke seluruh rumah. Devan kembali berjalan dengan santai menuju motornya yang berada di garasi rumah Acha.

Acha keluar dari kamar mandi dengan membawa botol kosong di tangannya. Botol yang seharusnya berisi banyak sabun cair karena Acha baru memakainya 2 kali. Tapi, dalam 2 jam Devan menghabiskannya. Pantas saja Devan sangat harum tadi.
Ternyata karena Devan menghabiskan sebotol sabun. Acha memeriksa ke setiap sudut kamarnya, tapi tak kunjung menemukan Devan. Acha melihat ke meja riasnya. Sepertinya ada yang kurang.

"Parfum Acha" gumam Acha. Acha mencari parfumnya di laci meja rias. Parfumnya menghilang. Acha melihat ke lemari khusus tempat ia menyimpan tas. Dan lagi-lagi, salah satu tas nya menghilang. Tas ransel berwarna hitam. Acha melihat ke arah koleksi bonekanya. Ada berbagai bentuk boneka disana. Ada boneka Boba, boneka berbentuk hewan dan lain-lain. Acha mengepalkan tangannya ketika menyadari boneka kesayangan nya menghilang.

X - OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang