Chapter 8

233 29 0
                                    

Flash back on
"Kalian semua. Ayo kejar aku" ucap seorang gadis berambut panjang. Ia mempercepat laju sepedanya.

"Pelan pelan Bi, kalau kamu jatuh terus terluka, kita semua yang bakal di marahin sama Devan" peringat Reyhan.

Reyhan mempercepat laju sepedanya berusaha mengejar gadis di depannya. "pelan pelan Rey. Kalau Lo gak ngebut, gue jadi gak fokus main game nya" ucap Aksa dengan santainya. Ia duduk di belakang Reyhan, sudah pasti ia di bonceng oleh Reyhan.

Aksa duduk menghadap belakang agar lebih leluasa untuk bermain game. Aksa adalah orang yang paling pemalas di antara yang lain. Bahkan untuk mengayuh sepeda pun ia tak mau dan lebih memilih menebeng pada Reyhan. "Otak Lo game mulu Sa" balas Reyhan kesal tapi tidak di hiraukan oleh Aksa. "Minta di pukul nih anak" gumam Reyhan kesal dengan tingkah laku temannya yang satu ini.

"Eh, Daf. Cepetan kek bawa sepeda nya. Lo gak liat kita udah ketinggalan" Calvin menoyor kepala Dafa dari belakang. Calvin berdiri di belakang Dafa, ia di bonceng oleh Dafa.

"Eh Asu, kalau gue gak ngebonceng Lo juga, gue udah nyampe sekolah dari tadi kali. Lo pikir Lo gak berat apa" balas Dafa kesal membuat Calvin menyengir.

"Ya kan sepeda gue rusak Daf" ucap Calvin.

Mereka berlima sedang di perjalanan menuju sekolah. Sebenarnya para cowok bisa mengendarai motor. Tapi Devan menyuruh mereka semua untuk memakai sepeda ke sekolah. Tentu saja alasannya karena gadis berambut panjang tadi.

Bruuuk...
Seorang gadis terjatuh dari sepeda nya tepat di depan gerbang sekolah. "Bianca... Lo gak papa" Devan yang baru datang dengan motornya langsung menghampiri Bianca yang terjatuh.

Bianca Jovanka. Gadis cantik dengan sikap yang lembut dan anggun. Perempuan yang menjadi cinta pertama seorang Devano Dirgantara
"Aku gak papa kok Van, cuman ke gores dikit aja" jawab Bianca dengan nada lembut.

Devan menatap marah pada teman temannya yang baru saja datang. "Gue nyuruh Lo semua pake sepeda ke sekolah buat nemenin dan jagain Bianca. Kenapa sekarang Bianca bisa jatuh dan luka kayak gini"

"Udah Van, ini semua salah aku. Kalau kamu mau marah, marah aja sama aku. Jangan sama mereka" bela Bianca.

"Iya, iya. Aku gak marah lagi" balas Devan mengalah.

Jangankan Devan yang lain saja tidak berani berkata kasar di depan Bianca. Karena Bianca akan memarahi mereka. Mereka juga malu jika berbicara kasar di depan gadis selembut Bianca.

Aksa yang baru selesai bermain game, mematikan hp nya dan memasukannya kedalam celana birunya. Saat mata Aksa melihat lutut Bianca yang terluka. Aksa langsung mengambil air mineral yang ada di pinggir tas Calvin. Aksa menghampiri Bianca dan berjongkok di depannya. Aksa membersihkan luka Bianca menggunakan air mineral, mengeluarkan plester yang ada di saku bajunya dan menempelkannya di lutut Bianca.

"Makasih Aksa" ucap Bianca tulus dan Aksa membalasnya dengan senyuman tipisnya.

"Ayo kita masuk. Sebentar lagi upacara di mulai" Aksa menepuk pelan bahu Devan. Lalu masuk ke sekolah diikuti yang lain.

30 menit berlalu.... Upacara masih berlangsung.
Bruuuuuk.... Seorang siswi jatuh pingsan dengan darah yan mengalir dari hidungnya. Membuat siswi yang lain memekik histeris. Anak PMR yang berjaga dengan sigap mengangkat Bianca, siswi yang jatuh pingsan.

Devan langsung berlari setelah mengetahui bahwa siswa yang pingsan adalah Bianca. Dia berlari menghampiri Bianca di ikuti teman temannya. Devan yang khawatir langsung menelepon ambulans. Bianca di bawa kerumah sakit menggunakan ambulans. Bukannya Devan lebay, tapi ini bukanpertama kalinya Bianca mimisan dan jatuh pingsan. Ini sudah sering terjadi dan disaat Devan mengajak Bianca ke rumah sakit. Bianca slalu menolaknya dengan alasan, ia begini hanya karena kelelahan.

X - OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang