Chapter 16

241 18 0
                                    

Sinar matahari pagi menembus masuk lewat jendela kamar inap Acha. Acha mengerjapkan matanya terbangun dari tidurnya. Acha melihat kesekeliling kamarnya. Ia mendesah kecewa karena tidak menemukan Devan di sampingnya. Acha mengambil hp nya dan mendengarkan kembali pesan suara Devan semalam.

"Devan kemana? Katanya pas Acha bangun pagi ini, Devan bakal ada di samping Acha. Tapi kenapa sekarang Devan gak ada?" lirih Acha kecewa. Semalam Acha benar benar berharap Devan akan menepati ucapannya. Tapi ternyata Devan hanya membohonginya saja.

Seorang wanita muda masuk dengan pakaian dokternya ditemani suster di belakangnya. "Acha. Sekarang kamu sudah bisa pulang. Tangan kamu akan sembuh dalam waktu 2 Minggu. Tapi, kamu tidak boleh memaksakan tangan kamu untuk beraktivitas. Karena itu bisa menyebabkan tangan kamu sembuh dalam waktu yang lebih lama" setelah mengatakan itu, dokter dan suster keluar dari kamar inap Acha untuk melakukan pekerjaan selanjutnya.

Acha duduk melamun di atas brankar sambil menunggu Bi Sumi datang untuk mengemas barangnya bersama Pak Darma yang menjemputnya.

Cklek...
Pintu terbuka, Acha menoleh ke arah pintu. Ia pikir Bi Sumi sudah datang. Tapi, bukannya menemukan Bi Sumi Acha malah melihat seseorang yang membawa boneka beruang yang besar. Acha terkekeh melihat Devan kesulitan berjalan karena boneka beruang yang di bawanya menghalangi pandangannya.

"Kok Lo udah bangun sih. Kan jadi gagal surprise nya" kesal Devan setelah meletakan boneka beruang di kursi dekat brankas Acha.

"Ya iyalah Acha udah bangun. Orang ini udah jam 7" balas Acha.

"Gue telat ya.. maaf, gue bangun telat tadi" Acha mengangguk mengerti.
Melihat kehadiran Devan, itu sudah cukup untuk membuat Acha senang.

"Kenapa Devan bawa boneka sebesar ini kerumah sakit?"

Devan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Gue bawain boneka ini buat Lo. Gue gak tau Lo suka apa. Tapi, Calvin bilang cewek bakalan seneng kalau cowoknya beliin dia boneka. Makanya gue bawain boneka ini buat Lo" jelas Devan gugup. Devan takut jika Acha tidak menyukai boneka yang di bawanya.

Acha tersenyum mendengar jawaban polos dari Devan. Acha tak menyangka cowok dingin kayak  Devan bisa bersikap manis seperti ini.
"Makasih Devan. Acha seneng banget karena Devan ngasih boneka ini buat Acha" Acha menarik boneka beruang yang ada di kursi dan memeluknya gemas.

Melihat reaksi Acha yang kegirangan membuat Devan tersenyum senang. Padahal Devan sudah menyiapkan hukuman untuk Calvin, jika yang ia lakukan ini tidak berhasil membuat Acha senang.

"Oh ya, Bi Sumi sama Pak Darma mana ya.. kok mereka belum dateng?" tanya Acha heran.

"Mereka gak akan dateng Cha, karena gue yang bakal nganter Lo pulang" jawab Devan.

Kini Devan dan Acha sudah berada di dalam mobil Devan. Mereka sedang di perjalanan pulang ke rumah. "Sebelum pulang ke rumah. Lo mau jalan jalan dulu gak " tanya Devan.

Acha terdiam sejenak untuk berpikir. "Boleh" Devan tersenyum tipis ketika mendengar keputusan Acha.

Devan menghentikan mobilnya di dekat sebuah taman yang indah. Setelah Devan memarkirkan mobilnya, Devan keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Acha. Acha dan Devan memasuki taman. Mereka berjalan berdampingan layaknya sepasang kekasih.

Devan ragu, ia ingin menggandeng tangan Acha. Tapi Devan takut Acha menolak di gandeng olehnya. Oh ayolah, Devan sudah berlatih semalaman bersama Calvin sampai sampai ia bangun telat dan mengacaukan surprise yang ia rencanakan sendiri. Devan tidak ingin menyia nyiakan latihannya hanya karena rasa ragu yang menjalar di hatinya. Devan memberanikan dirinya untuk menggandeng tangan Acha.

X - OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang