"Lo kepengen jadi bad boy? Kenapa?" tanya Alano sembari mengunyah, lalu menenggak es teh tanpa ampunan. "Ahhh, sedep banget!"
"Jangan sok tahu!" sembur Rangga.
"Bukan sok tahu. Gue nguping obrolan ... siapa itu temen lo yang rambutnya kayak pohon beringin?" Alano mengernyitkan dahi.
"Pohan!"
Alano menjentikkan jarinya. "Yah, itu pokoknya. Gue bisa paham sih. Pasti lo biar dikejar-kejar cewek di sekolah ini? Atau lo pernah diputusin pacar, terus lo mau balas dendam dengan jadi bad boy?"
"Gue nggak pernah pacaran." Lebih tepatnya tumbang sebelum berkembang.
"Mau nggak gue bantuin jadi bad boy?"
Rangga menyipitkan matanya. "Ada apa lo tiba-tiba baik sama gue?"
"Jangan lo kira gue badan amal. Ada imbalannya."
"Apa? Uang? Bukannya lo banyak?"
Alano mulai berdeham. Dia menceritakan dengan perlahan bahwa dia ingin berubah. Dia benar-benar takut akan diskors dari sekolah.
"Ya, lo kalau mau taubat datang ke pengajian lah. Atau minimal datang ke Ustaz Bahari di kampung gue. Beliau jago nge-rukyah. Siapa tahu setan di badan lo pergi," cibir Rangga.
"Gue belon selesai, oon! Gue kepengen berubah supaya bisa dekat sama Elora."
"Elora, anak kelas kita? Yang kalem, jilbabnya nutupin dada?"
"That's right, man! Cuma lo yang bisa bikin dia ketawa. Terus dia juga sering ngobrol sama lo."
"Sekelas juga ketawa kali kalau gue lagi ngebanyol. Dia suka ngobrol sama gue, karena dia ngaji di tempat umi gue. Di perumahannya nggak ada pengajian, makanya ngaji di majelis taklim gue."
"Ya, pokoknya kalau lo bisa bikin Elora deket sama gue. Minimal dia mau ngobrol sama gue. Gue bakal suksesin lo jadi bad boy yang handal."
"Oke, boleh juga tawarannya."
Mereka pun saling berjabat tangan. Usai menandaskan makan siang, Alano berbelok ke warung dekat sana.
Rangga merasa heran, kenapa Alano membeli sebungkus besar kopi dan beberapa kotak rokok. Lalu dia paham saat Alano memberikannya kepada Maman, sekuriti yang bertugas sedang menjaga.
"Buat stok seminggu, Pak."
Maman dengan semringah menerima itu semua. Kemudian dia membukakan gerbang dengan sukacita.
"Besok pelajaran pertama jadi bad boy dimulai. Jangan lupa tugas lo," pesan Alano.
***
"Bu Rif'ah, wali kelas kalian, mulai hari ini sudah mulai cuti lahiran. Jadi Bu Ghaida akan menggantikannya. Bu Ghaida sebelumnya mengajar kelas tujuh." Kepala Sekolah meninggalkan kelas 9 B setelah perkenalan tersebut.
Ghaida segera menunjuk Alano dan gank-nya yang duduk di deretan paling belakang. "Coba yang di belakang. Kepalanya jangan ditaruh di meja. Kalian mau tidur atau sekolah?"
"Si Jafar nih, Bu, kerjaannya tidur. Tapi katanya jadi seger gara-gara lihat Ibu." Choki-salah satu gank Alano-menaikkan kedua alisnya.
"Huuuuu!" Sekelas sontak menyoraki Choki.
"Biasa, Bu, Jafar emang nggak bisa lihat yang bening dikit!"
"Bu Ghaida udah nikah belom?"
Tidak disangka, wajah lembut Ghaida memerah. Dia menggebrak meja sehingga satu kelas terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rangga Bukan Bad Boy
Teen FictionRangga, bocah Kampung Utan Lestari. Hobinya main catur bareng gank bapack-bapack. Awalnya niat Rangga bergabung dengan gank bapack-bapack, karena ingin pedekate dengan anaknya Baehaqi, Nadzirah. Tapi Nadzirah menolaknya dengan alasan Rangga terlalu...