4. Cowok Bad Boy Idaman

31 7 4
                                    

"Pertama, rambut lo dibikin kesan acak-acakan, tapi elegan. Kayak Nicholas Saputra waktu jadi Rangga." Pendidikan menjadi cowok cool pun dimulai. Dengan tutor abal-abal, yaitu Khoirunnisa aka adiknya Rangga.

"Nggak kebayang gue." Rangga menaruh ibu jari dan telunjuknya di bawah dagu seolah sedang berpikir keras.

Nisa pun mengambil sisir dan mulai menyisir rambut Rangga. Pertama-tama Nisa akan membelah tengah rambut abangnya. Lalu dia akan mengacaknya.

"Lah, buat apa disisir kalau nantinya diacak-acak lagi?" protes Rangga.

"Udah diem aja deh, Bang."

Kemudian Nisa menatap Rangga sambil bertolak pinggang. Dia membentuk segiempat dengan jari-jarinya, dan dia melihat Rangga dari tengahnya seolah dia sedang memegang kamera.

"Udah cukup lumayan. Lo itu sebenarnya oke, Bang. Cuma otak lo agak korslet, jadinya mungkin itu yang bikin cewek illfeel. Inget, Bang, selain ganteng, kita para cewek juga butuh cowok yang waras."

"Kayak lo nggak aja," cibir Rangga.

"Nah, makanya masalahnya tuh ada di karakter lo. Coba mulai sekarang lo ke mana-mana bawa buku. Kayak Nicholas Saputra."

"Tapi gue baca komik aja ngantuk, Nis."

"Pura-pura aja, Bang. Lo akting jadi preman pasar aja bisa kayak tadi. Akting jadi cowok cool dan misterius itu cuma modal diem doang. Coba lo puasa ngomong deh. Itu mulut cerewetnya udah ngelebihin cewek. Oh iya, terus lo bawa buku tulis juga. Pura-pura nulis puisi. Kalau nggak, lo nulis bait lagu yang lo hafal."

"Ah, elaaaahh! Banyak amat bawaannya. Gue kan mau jadi bad boy. Cewek kayaknya nggak terlalu suka cowok baik-baik kayak Rangga AADC. Makanya si Rara nolak gue karena terlalu baik."

"Itu mah alesan dia aja, Bang. Cewek lebih suka sama cowok yang nggak banyak gaya. Cool dan misterius."

"Cowok cool boleh kentut sembarangan nggak?"

"Nggak boleh."

"Ngupil?"

"Apa lagi!"

"Ngeluarin ingus, srooottt?"

"Abang!"

***

Rangga mulai menerapkan apa yang Nisa ajarkan di sekolah. Dia berniat menggabungkan cowok cool, misterius, plus bad boy. Mantap, kan?

Dengan langkah kaki yang dibuat slow motion, Rangga berjalan memasuki gerbang sekolah. Dia pura-pura nggak menggubris sapaan teman-temannya. Mungkin sesekali dia merespon dengan mengangkat kedua alisnya, atau dengan mengangkat ujung bibirnya. Dia mulai menerapkan lirikan tajam kepada para cewek yang melewatinya. Semalaman dia berlatih supaya mirip dengan Nicholas Saputra.

"Et dah! Lo ngalangin jalan! Buset dah!" teriak Rois—temannya Rangga. Anak SMP yang wajahnya lebih tua dari bapak-bapak kantin SMPIT Harapan Bangsa. Dia sering diejek dengan panggilan Pak Raden. Padahal kumisnya nggak selebat Pak Raden.

"Woy, Pohon! Tumben lo nggak telat datang!" Rois memanggil temannya. Sebenarnya bukan pohon namanya, tapi Pohan. Kebetulan rambut Pohan mirip pohon beringin di samping lapangan sekolah. Jadi kalau siswa nggak mendapatkan bangku di bawah pohon beringin untuk berteduh, rambut Pohan bisa menjadi pilihan tempat untuk bernaung.

Pohan menggaruk kepalanya. Tentunya tangannya harus masuk melewati rimbun rambutnya hanya demi menemukan kulit yang gatal. "Iya, nih. Tumbenan gue nggak tidur lagi abis subuh."

Biasanya Rangga sudah heboh bersama kedua sohibnya. Namun kali ini Rangga benar-benar menjalankan perannya dengan baik.

"Die kenape?" bisik Pohan kepada Rois.

Rangga Bukan Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang