Hampir saja nampan yang dipegang Rangga berguncang. Ngapain si Kipli ikutan nongkrong di sini?! Iya, itu panggilan baru Rangga untuk Zulkifli. Malah rasanya Rangga ingin memanggil pria itu "kuplik."
"Ya, gue lupa bilang esnya lebihin satu. Udah punya gue buat dia aja." Alano menunjuk Zulkifli.
"Eh, jangan gitu lah, Bos. Saya gampang pokoknya," tolak Zulkifli.
Hah? Sejak kapan Alano jadi bosnya si Kipli? Rangga mengernyitkan dahi.
"Ga, lo nggak bilang-bilang kalau temen lo ini konglomerat!" teriak Baehaqi.
"Maksudnya?"
"Yaelah, Mal Keraton di sono itu punya grup perusahaan ayahnya temen lo ini. Gimana sih, masa temennya sendiri nggak tahu."
Rangga terbelalak. Dia tahu bahwa Alano itu anak orang kaya, tapi nggak menyangka jika sekaya itu. Lalu kenapa Alano bersekolah di sekolahnya?
Meskipun sekolah mereka itu biayanya nggak murah, tapi seharusnya Alano disekolahkan di tempat yang lebih elit. Untuk ukuran Kampung Utan Lestari, sekolah Rangga itu termasuk mahal. Sedangkan untuk ukuran Alano, cuma seupil mungkin.
Namun Rangga mengenal Alano nggak lama, karena Alano sendiri anak pindahan tahun lalu. Alano dengan tampang garangnya seketika bergabung dengan Jafar dan anggota lainnya. Nggak heran jika Alano langsung menjadi ketua, karena dia bisa menyuap siapa pun.
"Jadi bisa nih toko bapak saya masuk ke Mal Keraton?" tanya Zulkifli sembari menyengir lebar.
"Bisa. Nanti gue atur," sahut Alano santai.
"Wah, masih jomlo nggak? Boleh tuh jadi besan," celetuk Baehaqi.
"Beh, jangan gitu dong. Rara kan sama Kipli. Babeh nggak punya anak cewek lagi kan selain Rara?"
Hampir saja Rangga menyemburkan es jeruk yang sedang diseruputnya. Gila, ternyata panggilannya Kipli beneran! Sok metal, tapi panggilan kampungan.
(Rangga nggak sadar kalau mereka tinggal di kampung).
"Oh iya, ngomong-ngomong soal pacar, panggilin dong ke sini. Mau kenalan gue," ujar Alano sembari melirik Rangga.
Ih, apaan kali ngelirik gue kayak gitu. Rangga bergidik.
"Wah, boleh banget! Sini Babeh panggilin." Baehaqi dengan suara bak petugas upacara segera memanggil anak gadisnya.
"Dih, giliran bininya nyuruh belanja, susahnya minta ampun," sindir Rojali.
Kemudian Nadzirah dengan rambut dicepol ke atas datang dengan wajah cemberut. "Apaan sih, Beh? Manggil anak sendiri udah kayak tarzan."
"Sini duduk. Kenalin ini temennya Babeh." Baehaqi menepuk pundak Alano.
"Hah? Temen gue kali," protes Rangga.
"Gue kan lagi nawarin peluang bisnis ke pacar lo. Terus sekalian gue pengin tahu. Rangga juga suka cerita temen-temennya di kampung ini," terang Alano.
Rangga hanya melirik Nadzirah dengan datar. Dia melihat Nadzirah berkali-kali menepis rangkulan Zulkifli. Sebelumnya dia pernah melihat mereka berdua bertengkar. Jangan-jangan mereka mau putus?
"Jadi lo temennya Rangga di sekolah?" tanya Nadzirah.
"Iya, gue juga baru daftar jadi murid di pengajian sini," jawab Alano.
"Demi ngejar cewek." Rangga pura-pura terbatuk. Lalu dia menahan jeritan akibat disikut oleh Alano.
"Oh, satu pengajian dong." Nadzirah manggut-manggut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rangga Bukan Bad Boy
Teen FictionRangga, bocah Kampung Utan Lestari. Hobinya main catur bareng gank bapack-bapack. Awalnya niat Rangga bergabung dengan gank bapack-bapack, karena ingin pedekate dengan anaknya Baehaqi, Nadzirah. Tapi Nadzirah menolaknya dengan alasan Rangga terlalu...