16. Keputusan yang Bulat

15 7 4
                                    

Semenjak rencana mengubah Rangga menjadi cowok saleh, teman-temannya berubah menjadi sekumpulan boyband syariah. Eit, sebenarnya hanya Rangga dan Alano.

"Rois sama Pohan lebih kayak asisten boyband kali ya," celetuk salah satu siswi.

"Eh, tapi kan ada anggota boyband Korea yang gemuk."

"Tapi masih ganteng! Mana ada anggota boyband yang kribonya ngalahin pohon beringin dan mukanya boros. Kayaknya kakeknya Lee Min Ho jauh lebih ganteng."

"Eh, buset! Gue denger yak! Dasar cewek-cewek centil!" teriak Pohan saat dia bersama yang lain sedang berjalan menuju masjid untuk salat duha.

"Padahal Allah melihat hamba-hamba-Nya dari ketakwaan. Bukan dari fisik." Rois mengangguk-angguk sok bijak.

"Itu komentar bagi orang yang pas-pasan," sindir Rangga.

"Lo itu anaknya ustazah juga. Ustazah Khodijah, lihat nih kelakuan anaknyaaa!" sembur Rois.

Elora yang melihat keributan itu segera memanggil Dimas sebagai ketua Rohis. Padahal Alano sudah melirik Elora sedari tadi. Namun dia langsung kecewa ketika Elora meminta bantuan Dimas. Apa dia masuk rohis juga ya?

Usai salat duha, Alano berlari mengejar Elora. "Elo! Elora!"

Elora menengok tanpa menatap wajah Alano.

"Gue sama Rangga dan lainnya bisa masuk rohis nggak?"

"Bisa aja. Daftar ke Dimas ya kalau buat ikhwan. Aku ketua khusus akhwat."

"Ikhwan? Akhwat? Apaan lagi, gue kagak ngerti." Alano menggaruk kepalanya.

"Ya ampun, di sekolah kita ada pelajaran Bahasa Arab. Masa nggak tahu sih? Ikhwan jamak dari akhun. Akhwat jamak dari ukhtun."

"Jamak? Apa lagi dah?"

"Kamu itu, makanya belajar lagi yang lebih giat."

"Maunya sih gue les privat Bahasa Arab sama orang yang jago, kayak elo." Alano menggaruk kepalanya sembari memalingkan wajah.

Kemudian Rangga berjalan melewati mereka sambil mendendangkan lagu. "Aku bisa membuatmuuuu, jatuh cinta kepadaku meski kau tak cintaaa."

"Apaan sih, Ga?" Elora memelotot.

"Gue cuma nyanyiin soundtrack buat kalian berdua"

Elora menggelengkan kepala. "Katanya kamu sama Alano mau masuk rohis?"

"Dasar, makhlus modus. Modus terooss sampe kiamat, tapi umpannya kagak kena-kena." Rangga menggelengkan kepala dramatis sambil berjalan menuju kelas.

***

"Heh, sontoloyo! Apa-apaan ini? Pendaftaran rohis? Abis salat zuhur, gue keluar dari masjid dapet selembaran pendaftaran anggota dari si Dimas." Pohan menggebrak meja Alano.

"Gue bilang ke dia kalau kita berempat mau masuk rohis," jawab Alano dengan santai.

"Lo kalau mau modus sama Elora, jangan bawa-bawa kita, man. Yang mau taubat kan si Rangga. Kita taubatnya medium aja. Nggak seekstrem ini," protes Rois.

"Hijrah itu jangan setengah-setengah. Allah aja nggak pernah setengah-setengah ngasih kita rejeki. Ya, nggak, Elo?" Alano menengok ke belakang.

Elora yang fokus memakan kotak bekal bersama teman-temannya hanya menengok sembari mengerutkan keningnya.

"MasyaAllah tabarakallah, Ustaz Alano. Getol banget ngincer Ustazah Elora. Sampe gue lupa kalau lo itu mantan ketua gank yang hobi tawuran." Rangga sengaja mengeraskan suaranya supaya Elora mendengarnya. Namun nyatanya Elora dan teman-temannya tidak menggubris itu. Ya, teman-temannya Elora juga anggota rohis yang menjaga pandangan dengan lawan jenis.

Rangga Bukan Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang