Bab 03. 𝐂afe | 𝐄kspetasinya 𝐁erubah

20 12 3
                                    

Agma merogoh sakunya dan mengambil ponsel miliknya yang berbunyi. Sepertinya ada pesan masuk untuk dirinya. Pria itu hanya membaca pesan yang terkirim lalu melepaskan celemek dan berjalan mendekati Leka dengan jas di tangan kirinya.

“Maaf menyela,” seru Agma menatap mereka semua lalu memberikan isyarat kepada Leka agar ikut bersama dengannya.

“Sebentar, ya. Kalian minum saja dulu,” ujar Leka pergi mengejar langkah Agma.

Agma berhenti di depan pintu keluar diikuti sebuah mobil hitam datang dan berhenti tepat di mana Agma berada. Leka mengerutkan keningnya seolah bertanya.

“Ada problem di kantor Papa, kamu pulang duluan saja, ya. Jangan nunggu aku,” ujar Agma mengusap pipi Leka dengan satu tangannya. Leka tersenyum mengerti lalu memakai jas coklat itu pada Agma.

“Aku pergi, ya,” ucap Agma hendak memasuki mobil. Namun, tertahan dengan ucapan Leka.

“Tunggu. Dasinya berantakan.” Agma melihat dasinya lalu maju beberapa langkah di depan Leka dan tersenyum simpul. Leka menggelengkan kepalanya sekali sambil merapikan dasi pria itu. Meski usianya terbilang dewasa, tapi Agma tidak bisa memakai dasinya sendiri.

“Selesai, ganteng.” Agma terkekeh geli mendengarnya.

Agma mencium kening Leka, terlihat sangat tulus dan penuh cinta. Tak membuang waktu lagi pria itu langsung menuju kantor Papanya.

“Hati-hati,” ucap Leka di angguki Agma dari dalam mobil itu.

Di dalam cafe sana keempat teman Leka memperhatikan dirinya dengan heran saat Agma mencium kening wanita itu. Leka kembali menemui teman-temannya di dalam cafe, sebelumnya Leka menghampiri salah satu karyawan di sana dan mengatakan sesuatu.

“Dia siapa, Ka?” tanya Arbian disetujui yang lainnya. Leka duduk dan menatap temannya satu persatu.

“Dia? Oh, namanya Agma rekan saya, seharusnya,” jawab wanita itu dengan lirih pada kata terakhirnya.

“Tapi, kenapa kelihatan sweet banget, ya,” saut Naima juga.

Leka menarik napasnya sejenak. “Agma sama kaya kalian yang saya temui secara virtual, dan dia juga banyak tahu tentang keluarga saya.”

“Well kalian pacaran?” tebak Garrel membuat Leka tertawa kecil. Ya, mungkin dia juga mengharapkan seperti yang Garrel bilang.

“Awalnya mungkin semua orang mengira akan seperti itu, tapi sepertinya nggak sesuai ekspektasi yang ada.” Leka membuang acuh bahunya dan bersandar pada kursi yang didudukinya.

“Kami sering pergi berdua, ke mana pun itu bersamaan. Sampai Agma menyatakan perasaannya,” lanjut Leka lagi.

Arbian, Garrel, Naima, Aquila, dengan wajah antusias menyimak ucapan Leka dengan seksama. Leka tak pernah bilang sebelumnya jika dirinya mempunyai rekan lain. Keempatnya mengira merekalah rekan Leka, sebab wanita ini susah untuk berbaur dengan orang lain.

“Terus sekarang status hubungan kalian apa?” tanya Aquila penuh rasa penasaran.

Leka dengan ragu memperlihatkan tangan kirinya kepada teman-temannya, menunjuk pada jari manisnya. Sebuah cincin cantik dan elegan melingkar di jari manis Leka. “Kami tunangan,” ungkap Leka membuat keempat temannya melongo.

Arbian bahkan menyemburkan minumannya dan langsung menatap cincin yang melingkar itu.

“Tunangan!” ucap keempatnya bersamaan menimbulkan suara yang cukup keras hingga menarik perhatian pengunjung cafe lainnya.

Leka terlihat agak malu saat dirinya diperhatikan pengunjung cafe yang ada. Lalu kembali menurunkan tangannya ke bawah meja.

“Jangan teriak, kita jadi pusat perhatian,” seru Leka tertawa kecil.

“Keren, sih lo, Ka. Gue main gituan 3 tahun nggak ada yang nyantol,” ungkap Arbian dengan takjub.

“Iya, virtualnya benar-benar jadi nyata. Nggak kaya si Garrel,” saut Naima melirik Garrel.

Garrel yang merasa nama disebut menatap sinis ke arah Naima. “Apaan gue dibawa-bawa?” tukas Garrel dengan sengit.

Arbian menahan tawanya melihat ekspresi konyol wajah Garrel. “Ya Naima nggak salah, sih. Gue juga heran sama lo, kok bisa ketipu selama itu? Ck.”

“Mana gue tahu dia kaya gitu. Gue pikir ya Neuna udah jujur dan bilang semua,” jawab Garre terlihat lesu.

Mereka tertawa kecil melihat wajah Garrel. Lagi pula dia itu terlalu bucin hingga ditipu sampai 3 tahun lamanya. Miris sekali nasibnya dipermainkan seorang perempuan. Efek terlalu bucin dan menaruh perasaan ke orang yang belum pernah dia lihat dan kenal secara nyata.

.

.

.

*:..。o○ Selow Update ○o。..:*

❈ Bintangnya jangan lupa
❈ Don't be a silent reader
❈ Terima kasih sudah membaca

Real LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang