Cafe tutup lebih lambat dari biasanya. Banyak pengunjung hari ini, juga karena Leka bertemu dengan orang-orang itu. Ia tidak mengharapkan keinginan itu terjadi, tapi sepertinya tali takdir tidak memedulikannya.
“Maaf jadi menunggu lama,” ujar Agma dari dalam mobilnya. Pria itu lantas membukakan pintu untuk Leka.
Yah, Leka berdiri di depan cafe nya seorang diri untuk menunggu Agma. Ia bisa pulang sendiri, namun ia menghargai kehadiran pria itu.
“Nggak masalah,” balas Leka memasang sabuk pengamanannya.
Mobil itu kembali melaju ditengah-tengah jalanan yang ramai. Tidak ada suara dari keduanya. Masing-masing fokus pada kesibukannya. Leka yang sibuk memeriksa kenaikan penjualan hari ini. Naik drastis dari biasanya.
“Gimana tadi?” Agma bersuara memecahkan keheningan anatar mereka. Pria kembali tanpa supir setelah membantu pekerjaan sang ayah.
Leka beralih memandang Agma. “Mereka?” Agma mengangguk tanpa menatap wanita di sampingnya itu.
Terdengar helaan napas dari Leka, wanita itu lalu menutup iPadnya. “Ya begitulah. Ternyata jauh dari harapanku. Aku pikir mereka lebih pandai dari yang kulihat di ponsel.” Wanita itu bersandar pada pintu mobil dengan menopang lengan kirinya.
Bisa terlihat senyuman tipis pada wajah Agma. “Apa mereka seburuk itu? Bukankah seharusnya itu tidak mengejutkanmu.”
“Tidak buruk juga. Mungkin harapanku yang terlalu tinggi itulah yang mengejutkanku,” sahut Leka merubah posisinya.
“Oh, bagaimana di kantor?” Kini berganti wanita itu yang mengajukan pertanyaan.
“Bukan masalah besar. Sejauh ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan,” jawab Agma sekilas melirik ke arah Leka.
Leka kembali membuka iPadnya. “Aku mengirimkan email padamu. Tolong cek setelah kau sampai di rumah. Peningkatan untuk hari ini diluar dugaan, bahkan melebihi target yang kita tentukan,” jelas Leka sembari berkutik pada iPadnya.
“Sepertinya tekniknya berjalan dengan lancar, ya,” ucap Agma dengan pandangan yang tetap ke depan.
“Kau bisa melihat sendiri detailnya nanti,” balas Leka menutup iPadnya dan mengemasi tasnya.
“Oh ya, menurutmu aku ini bagaimana saat kau pertama bertemu denganku?” tanya Leka sembari menatap mata pria yang ada di sampingnya.
Agma memandang wajah Leka cukup lama. “Cantik,” ucap pria itu.
“Seharusnya aku tidak bertanya seperti padamu,” gumam Leka menghela napasnya. Alih-alih baper, wanita itu justru sebaliknya. Ia tahu ia cantik, tidak perlu diberitahukan lagi.
Agma menghentikan mobilnya di depan rumah kecil dengan lampu teras yang tidak begitu terang. Nuasa rumah kecil itu bertemakan gelap. Leka membuka pintu setelah mobil itu terhenti dan turun dari sana.
“Tunggu, aku baru ingat besok malam adalah pesta pernikahan Mama dan Papa. Apa kau bisa datang? Aku akan menjemputmu,” ucap Agma kepada Leka dari dalam mobilnya dengan jendela pintu yang terbuka.
“Aku akan datang denganmu. Jangan terlambat menjemputku besok malam,” balas Leka dengan senyum tipisnya.
“Pulanglah. Kau harus membaca email yang ku kirim padamu,” papar wanita itu.
Tak lama Agma melajukan mobilnya menjauh dari pekarangan rumah kecil itu. Setibanya di rumah, Leka langsung membersihkan dirinya lalu menyantap makanan ringan dengan ditemani oleh iPadnya.
Baru setelah itu ia beranjak mencuci muka dan mengistirahatkan tubuh di atas kasur. “Dia selalu melupakan hal-hal penting,” gumamnya sembari tertawa kecil lalu memejamkan matanya dengan sempurna.
Kini wanita itu berada dalam alam bawah sadarnya.
..
.
*:..。o○ Selow Update ○o。..:*
❈ Bintangnya jangan lupa
❈ Don't be a silent reader
❈ Terima kasih sudah membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Life
Aktuelle LiteraturApa yang akan kalian lakukan jika bertemu dengan seseorang yang ada dalam permainan yang sama dengan kalian? Lima remaja ini saling bertemu setelah 5 tahun sebelumnya mereka memainkan sebuah game yang dinamakan 𝘗𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘗𝘦𝘳𝘢𝘯. Saat...