“Fotonya cantik, ya, kak.” Leka melihat foto dirinya yang bersandar di tubuh Zayn. Entah sejak kapan foto itu berada didekat mereka berdua. Zayn baru menyadarinya saat menggerakan tangannya.
Zayn ikut tersenyum simpul melihat foto itu. “Jadi ingat Mama sama Papa,” gumam Zayn agak sedih.
Sudah berapa lama semenjak kepergian orang tuanya. Kecelakaan maut yang merenggut nyawa orang tuanya menjadi rasa sakit yang belum bisa ia hilangkan hingga saat ini.
Leka mendongak ke arah Zayn, wajah pria itu terlihat sedih. Pasti merindukan Mama dan Papanya. “Rindu, ya, kak? Coba lihat, deh ke atas. Pasti Mama sama Papa kak Zayn ada di sana,” ujar Leka menatap ke langit yang berwarna biru.
Zayn juga mengikuti yang dilakukan Leka. “Ma, Pa lihat, deh. Zayn udah punya adik kecil,” ucap Zayn mengadu ke atas langit. Mata pria itu berkaca-kaca, Zayn lemah jika menyangkut orang tuanya.
“Mama ingatkan kalau dulu Zayn pernah minta dibuatin adik dan Papa bilang Zayn masih terlalu kecil untuk punya adik. Zayn masih cengeng dan suka nangis, tapi kalau sekarang gimana, Ma? Zayn udah pantaskan jadi kakak dan punya adik?” Pria itu mengatakan semuanya.
Zayn seolah sedang berhadapan dengan kedua orang tuanya. Ia menceritakan segala hal yang sangat ingin ia bagikan dengan Mama dan Papanya. Leka secara tidak sengaja menyaksikan kepedihan Zayn menahan rindu pada orang tuanya.
Leka meneteskan air mata mendengarkan semua keluh kesah Zayn, meski bukan untuk pertama kalinya. Gadis itu memeluk tubuh Zayn dari samping, menenggelamkan wajahnya di sana dengan bahu yang bergetar.
“Sakit, ya, kak rindu sama seseorang yang udah beda alam,” lirih Leka di sertai isakan. Zayn menunduk sambil tersenyum menatap Leka, tangannya bergerak mengusap-usap rambut gadis itu.
“Kenapa kamu nangis? Ayah sama Bunda masih ada disamping kamu, kan?” ujar Zayn menahan air matanya.
Leka melepaskan pelukan itu dan mengusap wajahnya yang meraja akibat menangis tadi. Dengan mata tajam ia melirik ke arah Zayn hingga sang empu kebingungan dan terdiam.
“Ya gara-gara kakak aku jadi nangis,” sebal Leka menekuk wajahnya. Bibir gadis itu terlihat cemberut dan sangat lucu. Zayn sampai gemas lalu mencubit pipi Leka hingga merah.“Aaaah! Sakit tau,” dengus Leka memukul Zayn sebagai balasannya. Namun pria itu justru menghindar sambil tertawa.
“Tapi, maksud kak Zayn adik kecil itu apa? Pakai sebut-sebut Leka lagi,” ujar Leka pada pria di depannya.
“Kamu itu udah kakak anggap kaya adik sendiri, karena keinginan kakak dari dulu adalah punya adik. Kamu baik, cantik, lucu dan yang paling kakak suka dari kamu itu adalah perhatian,” jelas Zayn disertai candaan.
“Perhatian?” ulang Leka masih belum paham.
“Iya. Waktu nenek sakit kamu bantu nenek minum obat dan bikinin bubur, kamu juga nolong anak-anak kecil yang jatuh dari sepeda, terus waktu tukang sayur ketabrak itu juga kamu tolongin ngutipin dagangannya,” Zayn menjeda kalimatnya sebentar.
“Kamu mungkin sakit, tapi kamu tetap perhatian sama sekitar kamu. Kamu ngasih bantu sama orang butuh, kenal atau nggak kamu bahkan nggak peduli,” sambung Zayn mengingat semua yang Leka lakukan saat gadis itu berhasil keluar diam-diam dari rumahnya.
Leka tersenyum remeh. “Ck, Leka nggak sebaik itu, kak,” sela Leka. Ia menundukkan kepalanya sambil menganggap remeh dirinya sendiri.
“Leka Cuma nggak mau ngelihat orang lain kesakitan. Karena Leka sendiri udah cukup sakit ngelihat diri sendiri,” ungkap Leka.
Gadis itu menaikkan pandangannya menatap kedua bola mata Zayn. “Leka nggak mau lihat orang lain kecewa karena nggak ada yang bantu dia disaat dia butuh bantuan dan dihiraukan sama orang disekitarnya,” papar Leka lalu berusaha tersenyum dengan manis.
Zayn termenung melihat gadis didepannya. Cantik. Satu kata yang terbesit saat melihat wajah Leka. Zayn lalu menarik pelan hidung Leka, pelan namun sampai merah.
“Gemas,” ujar Zayn melepaskan hidung Leka.
Leka kembali menatap tajam dan mengusap-usap hidungnya.
“Makanya punya hidung bagus. Jadi, nggak nyubit punya orang,” sinis Leka membuat Zayn tertawa.
“Enakkan nyubit hidung kamu. Biar makin mancung,” seru Zayn mengarahkan tangannya hendak menarik hidung gadis itu lagi
“Iihh! Enak aja, huh!” ketus Leka kembali dengan bibir yang cemberut.
“Cemberut terus, pulang, yuk. Nanti dicariin Ayah, lho,” ancam Zayn berdiri dari duduknya.
Leka justru tidak bersuara atau pun bergerak. Ia masih kesal dengan Zayn yang main cubit-cubit seenaknya sendiri.
“Nggak mau, nih? Yaudah kakak tinggal, ya, kalau dipukulin Ayah lagi salah sendiri lho, ya,” ujar Zayn melangkahkan kakinya menjauh dari sana.
Dengan kesal Leka menyusul langkah Zayn sambil menggerutu. “Awas nanti, ya. Aku aduin sama nenek,” ancam Leka berjalan mendahului Zayn.
Dari belakang Zayn tersenyum kecil melihat Leka yang sedang marah pada dirinya. “Lucu kan, Ma, Pa,” gumam Zayn lagi.
.
.
.
*:..。o○ Selow Update ○o。..:*
❈ Bintangnya jangan lupa
❈ Don't be a silent reader
❈ Terima kasih sudah membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Life
General FictionApa yang akan kalian lakukan jika bertemu dengan seseorang yang ada dalam permainan yang sama dengan kalian? Lima remaja ini saling bertemu setelah 5 tahun sebelumnya mereka memainkan sebuah game yang dinamakan 𝘗𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘗𝘦𝘳𝘢𝘯. Saat...