Seorang lelaki terlihat gelisah di dalam kamarnya. Lelaki itu bolos sekolah selama beberapa hari ini, siapa lagi kalau bukan Doni. Ia mengacak-acak rambutnya dengan gusar, bahkan enggan membalas panggilan dari orang tuanya.
"La, maafin gue," gumam Doni berkali-kali dengan kata yang sama. Ia tidak tenang, sebab Aquila belum menjawab pesannya sama sekali setelah hari itu.
Doni mengumpat pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia berbuat seperti itu? Aquila, apa yang terjadi dengan gadis itu? Bagaimana gadis itu sekarang?
"akhh!" Doni bersuara dengan kesal pada dirinya sendiri. Ia duduk ditepi tempat tidurnya, menangkup wajahnya gelisah. Tidak ada kabar apapun yang ia dapatkan dari Aquila, mungkin gadis itu menjadi takut padanya.
"Doni, kamu kenapa? Makan dulu, yuk. Mama sudah masak," ujar sang Mama dari luar mengajaknya untuk makan bersama.
"Doni belum lapar, Ma. Mama duluan saja," balas Doni tanpa berniat membuka pintu kamarnya. Lelaki itu terlihat lesu dan prustasi. Ia memikirkan bagaimana Aquila saat ini. Sanggup kah ia menatap wajah Aquila bila bertemu dengannya nanti.
Sementara di luar sana, sang Mama khawatir dengan putranya yang tidak mau sekolah berhari-hari, bahkan makan pun tidak seperti biasanya. "Kamu benaran nggak papa, Don? Ada masalah di sekolah kamu?" tanya sang Mama lagi dari luar dengan khawatir.
"Doni nggak papa, Ma. Nggak ada apa-apa," sahut Doni lagi menatap pintu kamarnya.
"Keluar lo, nggak usah bikin Mama khawatir gini," teriak sang Kakak membuat Doni hanya berdecak malas. Selalu saja seperti ini.
"Kak, masih pagi, jangan teriak-teriak," tegur sang Mama menghampiri lelaki dengan pakaian formal, bersiap untuk kembali bekerja.
"Yuk, sarapan dulu," ajak sang Mama mendapatkan anggukan pelan dari putra sulungnya itu.
"Anak itu kenapa, Ma?" tanya Dhani kepada Mamanya di meja makan sana. Mereka menyantap sarapan lebih dulu.
"Mungkin ada masalah di sekolah. Nanti Mama coba bicara lagi sama Doni," sahut sang Mama menjawab pertanyaan itu. Dhani mengangguk sekali, dan kembali menyantap makanan di depannya itu.
***
Taman yang semula senyap dan sunyi, kini terdenhar jelas isak tangis dari Aquila. Widi sesekali mengusap punggung gadis remaja di depannya itu, tatapan menjadi sendu melihat itu.
"Rika takut, tante. Rika, takut bilang sama Papa dan Mama," ujar Aquila yang duduk di hadapan Widi, matanya sebam menangis tak henti sejak tadi.
Widi dulunya adalah dokter psikolog di sebuah rumah sakit jiwa yang cukup besar. Wanita itu berhenti dari karirnya setelah menikah, suaminya menginginkan hal itu dan Widi pun tidak mempermasalahkan juga hal itu.
Widi menarik tubuh Aquila dalam pelukkan nya, ia merasakan pedih dengan apa yang Aquila ceritakan pada dirinya. Ia tahu saat ini gadis itu sedang ketakutan, jika salah nada sedikitpun dalam bicara kepadanya, bisa-bisa terjadi sesuatu yang buruk pada Aquila.
"Rika harus gimana, tante? Gimana bilangnya ke Papa biar Papa nggak marah sama Rika. Rika takut itu. Rika tahu Rika nggak berhasil jadi kebanggaan mereka," ungkap Aquila menangis dalam pelukkan Widi.
"Rika tetap kebanggaan Mama sama Papa. Tante akan bantu untuk bicara sama Papa mu, ya. Rika nggak perlu khawatir lagi, tante akan bantu Rika. Tenang, ya," balas Widi pada telinga Aquila.
Mata Widi menatap Nando dan Yuni yang berada tidak jauh dari posisinya dirinya. Tanpa mengatakannya pun, Widi yakin mereka sudah mendengar apa yang Aquila ucapan pada dirinya.. Bisa dilihat dari reaksi Yuni yang juga mengeluarkan air matanya sembari memandang Aquila dan dirinya.
"Rika takut," ucap gadis itu dengan lirih. Isak tangisnya tidak seperti tadi, rasanya gadis itu sudah mulai tenang meski sedikit ketakutan.
"Ada tante Widi, sayang," sahut Widi dengan lembut menarik senyum di bibirnya dengan tipis..
.
.
*:..。o○ Selow Update ○o。..:*
❈ Bintangnya jangan lupa
❈ Don't be a silent reader
❈ Terima kasih sudah membaca
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Life
General FictionApa yang akan kalian lakukan jika bertemu dengan seseorang yang ada dalam permainan yang sama dengan kalian? Lima remaja ini saling bertemu setelah 5 tahun sebelumnya mereka memainkan sebuah game yang dinamakan 𝘗𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘗𝘦𝘳𝘢𝘯. Saat...