Bab 30. 𝐀𝐒 | 𝐌engurung 𝐃iri

2 1 0
                                    

Entah sudah berapa kali wanita baya itu mengetuk pintu kamar putrinya, namun belum juga mendapatkan respons dari putrinya di dalam sana. Yuni, sang ibunda dari Aquila terlihat cemas dengan kondisi putrinya.

Pasalnya gadis itu tidak biasanya seperti ini. Setelah pulang terlambat tiga hari yang lalu, perilaku Aquila mendadak berubah secara drastis. Gadis itu tidak keluar dari kamarnya, terkadang makan pun dibawakan oleh Yuni, sang ibu.

"Rika, sayang. Kamu di dalam 'kan, nak? Kamu kenapa, sayang?" ucap Yuni dengan cemas di depan pintu kamar putrinya itu.

Yuni menunggu jawaban dari putrinya, namun setelah 10 menit pun masih belum ada suara sahutan dari Aquila. Ia menjadi semakin khawatir dengan putrinya. Ada apa? Tidak biasa sekali Aquila seperti ini, bahkan ini untuk pertama kali Yuni melihat putrinya seperti ini.

"Kenapa, sayang?" tanya Nando menghampiri istrinya yang masih berdiri di depan pintu kamar Aquila.

"Rika kenapa, ya, Mas? Nggak biasa itu anak seperti ini. Aku jadi takut ada apa-apa sama Rika," adu Yuni kepada suaminya yang berdiri di hadapannya.

Yuni memandang pintu kamar putrinya dengan penuh khawatir "Dari tiga hari lalu, Rika jadi sering mengurung dirinya di kamar. Aku ajak bicara pun anak itu nggak merespons."

Nando terkejut mendengar ucapan istrinya. Lelaki baya itu menenangkan istrinya dalam pelukkannya. "Nggak ada apa-apa sama Rika. Biar aku coba bicara sama dia, ya. Kamu tenang dulu, ya."

Setelah itu Nando mencoba mengetuk kembali pintu coklat di depannya. "Rika, ini Papa, nak. Papa masuk, ya," ujar Nando dari luar sana. Tidak ada jawaban juga dari anak gadisnya itu.

Meski begitu, lelaki baya itu tetap membuka pintu yang tidak terkunci dan masuk ke dalam kamar putrinya. Yuni mengikuti langkah suaminya dari belakang. Pandangan pertama yang Nando lihat adalah sang putri yang tengah menangis di pojok tempat tidur sembari memeluk erat kedua kakinya.

Tidak ada suara dari tangisan putrinya itu. Pasangan suami istri itu mendekati Aquila dengan khawatir dan terkejut melihat kondisi putrinya. Ada apa dengan putri mereka? Sebelumnya Aquila tidak pernah seperti ini.

"Rika, kamu kenapa, sayang?" pekik Yuni langsung memeluk tubuh Aquila. Tak terasa air matanya pun ikut membahasi pipinya. Bagaimana pun juga Yuni itu seorang ibu, ibu mana yang tidak menangis melihat putrinya seperti itu.

Ia sendiri bahkan berusaha untuk tidak membuat Aquila menangis sampai seperti ini selama merawat anak gadisnya itu. Sama halnya dengan Yuni. Nando pun juga terkejut.

"Rika kenapa? Mama sama Papa khawatir, nak. Ada apa, sayang?" Kini ganti Nando yang bertanya.

Aquila memeluk erat tubuh ibunya. Ia menyembunyikan wajahnya di sana. Bahu gadis itu bergetar, gadis itu menangis sampai senggukkan. Yuni dan Nando saling memandang dengan bingung dan juga cemas.

"Rika, bilang sama Mama. Rika kenapa? Jangan mengurung diri lagi, Mama khawatir, sayang," tutur Yuni dengan lembut sembari mengusap-usap punggung putrinya.

Aquila memandang wajah ibunya dengan mata yang sebam. "Ma, Rika mau bertemu tante Widy. Rika... Mau bicara sama tante Widy," ucap gadis itu dengan sisan senggukkan yang masih ada. Wajahnya penuh bekas air mata.

Yuni dan Nando saling memandang bertanya-tanya, mereka sama sekali tidak paham dengan situasi putrinya saat ini. Namun syukurlah putrinya itu sudah mau bicara dan tidak mengurung dirinya lagi.

"Iya. Besok kita ke sana," balas Nando kepada putrinya itu.

***

Seperti yang diucapkan kemarin. Nando bersama dengan istrinya mengantar Aquila ke rumah Widy. Widy adalah teman SMA mereka berdua. Selama dalam perjalanan, Aquila hanya melamun memandang luar jendela. Gadis itu tidak mengeluarkan suaranya sedikit pun dalam perjalanan.

Yuni dan Nando kembali bingung dengan sikap putrinya yang mendadak berubah menjadi pendiam itu. Dan juga, tumben sekali putrinya itu ingin bertemu dengan Widy. Bukan tidak akrab, hanya saja ini pertama kalinya Aquila meminta untuk bertemu Widy.

"Hai, apa kabar? Lama banget nggak ketemu," ucap wanita pemilik rumah itu menyambut kedatangan teman SMA. Seperti wanita pada umumnya, keduanya melakukan ritual cipika-cipiki terlebih dulu.

"Baik, Wi. Kamu sendiri gimana kabarnya?" tanya Yuni bergantian. Setelah bercipika-cipiki dengan Yuni, Widy beralih menyalami Nando.

"Baik juga, kok. Yuk, masuk," ajak Widy kepada Nando dan juga keluarganya.

Setelah berada di dalam, Widy menyuguhkan beberapa makanan ringan dan juga minuman. Aquila masih belum bersuara, gadis itu hanya diam dan menundukkan kepalanya.

"Jadi, tumben sekali kalian kemari. Ada apa, nih?" ucap Widy bertanya dengan senyuman kecil dan duduk di sana.

"Ah, begini Wid. Rika katanya mau bicara sama kamu, jadi kami membawanya ke sini," jawab Yuni sekilas melihat suaminya dan memegang punggung tangan Aquila.

Widy menatap Aquila yang tidak bersuara sejak awal datang tadi. Wanita itu sudah bisa menebak, ada sesuatu yang Aquila sembunyikan dari orang tuanya.

"Oh, ya ampun. Boleh banget itu, mah. Aku malahan senang banget rasanya Rika mau bicara, padahal dulu waktu kecil ketemu aku aja lari," sahut Widy disertai tawa kecil dari Yuni dan Nando saat mengingat momen itu.

.

.

.

*:..。o○ Selow Update ○o。..:*

❈ Bintangnya jangan lupa
❈ Don't be a silent reader
❈ Terima kasih sudah membaca

Real LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang