Bab 28. 𝐀𝐒 | 𝐃ia 𝐋ebih 𝐂antik

3 1 0
                                    

"Ma, Rika berangkat." Suara melengking gadis berseragam putih abu-abu itu menggema dalam rumah yang sederhana itu.

Dengan membawa tasnya dan langkah terburu-buru, Aquila meninggalkan rumahnya tanpa menyantap sarapan yang dibuatkan oleh ibunya. Gadis itu bahkan tidak mendengarkan sahutan ibunya dahulu.

"Hati-hati, sayang," teriak sang ibu dari dalam menyaksikan putrinya berangkat ke sekolah. Ia menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.

"Doni, maaf lama," ujar Aquila kepada lelaki yang menyandang status sebagai pacarannya. Lelaki itu duduk di atas motornya, matanya menatap datar Aquila.

"Iya, lama ... Lama banget," ketus Doni sedikit kesal dengan kekasihnya. Ia menyodorkan helm kepada Aquila dengan perasaan kesal yang dirasakannya.

"Maaf," ujar Aquila dengan lirih, seraya menerima helm yang diberikan oleh Doni. Aquila tidak berani menatap wajah kekasihnya itu karena merasa bersalah membuat Doni menunggu dirinya terlalu lama.

Sementara Doni menoleh mendapati Aquila yang belum juga memakai helm itu. "Ck, cepatan naik. Mau gue tinggal, ha?" timpal Doni berdecak di atas motornya yang sudah ia nyalakan.

Aquila tersentak mendengarnya, gadis itu lantas segera memakai helm di kepalanya lalu naik di belakang motor Doni. Semalam Aquila meminta Doni untuk berangkat bersama dengan dirinya, meski awalnya lelaki itu menolak namun pada akhirnya tetap mau.

"Doni, maaf," ucap Aquila tiba-tiba dengan nada lirih dari belakang tubuh lelaki yang tengah mengendarai motor itu.

"Lupain," sahut Doni dengan singkat, sekilas melirik Aquila dari kaca spion motornya.

"Besok nggak usah dandan menor kaya gitu. Gue nggak suka lihatnya," seru Doni membuat Aquila menatap lelaki itu. Ia tidak mengerti ucapan Doni, dahinya berkerut seolah bertanya.

"Bibir lo terlalu merah," ucap Doni lagi melihat Aquila dari kaca spion motornya itu.

"Lagian lo itu mau ke sekolah, bukan ke kondangan. Nggak perlu pakai lipstick terang begitu," sambung Doni dengan nada yang tak suka.

"Iya, makasih. Aku hapus sekarang, kok," jawab Aquila.

Di belakang sana, Aquila tersenyum simpul mendengarkan ocehan dari Doni. Ia mengambil tisu yang sempat dibawahnya tadi, lalu menghapus lipstick pada bibirnya.

***

Berjalan setengah waktu, sekolah Aquila kini ramai dengan para siswa yang berkerubung di depan pintu kelas 11 A. Salah satunya Aquila yang berdiri di sana untuk menghampiri pacarnya.

"Ramai banget. Ada apa, sih?" gumam Aquila bertanya-tanya. Gadis itu berdiri tidak jauh dari pintu masuk kelas itu.

Aquila ingin menerobos kerumunan itu, namun ia melihat kekasihnya sudah keluar dari sana. Gadis itu pun menghampiri kekasihnya dengan senyuman di bibirnya.

"Hai," sapa Aquila dengan senyuman pada lelaki yang berada di sampingnya itu. Doni hanya melirik Aquila sekilas dengan wajah datarnya.

"Nggak usah sok cantik. Dia lebih cantik dari lo," timpal Doni risih dengan Aquila yang terus memainkan rambut panjangnya itu. Doni menujukan gadis dengan rambut pirang yang menjadi pusat perhatian siswa-siswi. Gadis itu adalah murid baru.

"Ha?" Aquila menatap Doni tidak paham. Apa maksud ucapannya? Gadis itu hanya menatap rambutnya yang menggumpal saat terkena angin. Namun entah kenapa rasanya aneh saat Doni berkata itu kepadanya.

Aquila menatap gadis yang dipuji oleh kekasihnya tadi. "Ya, dia memang lebih cantik, sih. Kenapa juga aku ini," gumam Aquila.

Setelah berkata itu kepada Aquila, Doni berjalan lebih dulu meninggalkan kekasih di belakangnya. "Tinggal besok. Satu hari lagi," ucap Doni dalam hatinya.

Lelaki itu menoleh menatap Aquila. Terlihat Aquila sedang berbicara dengan seorang lelaki di sana. Tanpa sadar tangan Doni mengepal dengan raut wajahnya tak suka.

Doni berdecak sebal. "Baru gue tinggal beberapa menit juga," ketus Lelaki itu dengan nada tak suka.

Lelaki itu melanjutkan langkahnya menuju kantin dengan perasaan kesal. Jika ada yang melihatnya, mungkin akan berkata jika ia lelaki aneh yang meninggalkan kekasihnya sendiri, namun tidak suka jika kekasihnya berbicara dengan lelaki lain.


Hubungannya dengan Aquila belum lama, baru-baru ini. Namun mata Aquila menangkap sikap Doni yang tidak seperti biasanya. Lelaki itu sekarang jadi gampang uring-uringan.

Doni duduk di salah satu bangku kantin setelah membeli sebotol minuman. Tak lama Aquila datang menghampiri lelaki itu dengan membawa dua makanan.

"Minum doang mana kenyang," ucap Aquila ikut duduk di sana dengan kekasihnya.

Doni menatap makanan itu tanpa selera. "Gue nggak laper," sahut Doni seadanya.

"Yaudah, aku makan sendiri aja. Asal duduknya dekat kamu," timpal Aquila mengambil salah satu makanan yang di bawahnya tadi. Doni hanya memandangi Aquila yang menyantap makanannya. Ia sebenarnya ingin menanyakan apa yang dibicarakan dengan lelaki tadi itu, namun ia mengurungkan niatnya.

.

.

.

*:..。o○ Selow Update ○o。..:*

❈ Bintangnya jangan lupa
❈ Don't be a silent reader
❈ Terima kasih sudah membaca

Real LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang