“Udahan, kak. Leka capek lari-lari terus,” ujar Leka dengan napas memburu tidak karuan. Gadis dengan seragam SMP itu duduk di tepi bangunan sembari mengatur napasnya, di ikuti pula dengan Zayn. Tak jauh beda, Zayn juga terlihat ngos-ngosan.
“Jadi haus. Mau minum?” tanya Zayn dibalas anggukan kecil oleh Leka. Zayn berdiri hendak pergi ke warung yang ada membeli minuman.
“Eh, kak. Pulang aja, yuk,” seru Leka tiba-tiba membuat Zayn menghentikan langkahnya. Lelaki itu terlihat bingung.
“Kenapa? Ayah ‘kan nggak ada di rumah,” balas Zayn menghadap ke arah gadis itu. Leka lantas berdiri tepat di depan Zayn sembari membawa tas sekolahnya.
“Laper. Mau makan aja di rumah,” ucap Leka mengusap perutnya yang berbunyi dengan senyum yang menampilkan deretan gigi gadis itu.
Zayn terkekeh pelan, lelaki itu mengambil ranselnya. “Yaudah, yuk. Tapi, ke rumah nenek, ya. Gimana?” Leka menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
Zayn menyalahkan motornya, kemudian Leka naik di belakang seperti biasanya. Zayn membawa gadis itu pergi ke rumahnya untuk bertemu dengan neneknya. Terakhir keduanya bertemu beberapa bulan lalu, itu juga hasil Leka kabur dari rumahnya.
Kalau dilihat, Leka sudah seperti maling di rumahnya sendiri. Selalu mengendap-endap dan diam-diam saat ingin masuk atau keluar rumah. Entah kapan kebebasan itu bisa didapatkannya. Namun, ada kalanya Leka bersyukur tidak diberikan kebebasan itu.
“Kak, rasanya nggak punya orang tua gimana, sih?” tanya gadis berambut panjang itu tiba-tiba.
Zayn mengerutkan keningnya, melirik Leka dari spion. “Kenapa nanya begitu?” sahut Zayn dengan suara sedikit keras agar terdengar oleh Leka.
“Leka capek, kadang juga kesel sama Ayah. Selalu ngelarang Leka ini itu, kalau salah dikit di pukul. Kadang Leka iri tahu sama mereka yang nggak punya orang tua, pasti enak punya kebebasan,” terang Leka. Tanpa disadari air mata gadis itu mengalir diatas pipinya. Matanya pun ikut memerah.
“Kak Zayn udah pernah bilang soal ini, ‘kan. Kenapa Leka nangis? Leka harus berterima kasih sama Ayah, karena udah menjaga Leka,” jelas Zayn berusaha menenangkan gadis di belakangnya itu.Zayn tidak pernah bisa membaca suasana hati gadis ini. Terkadang bisa berubah dengan tiba-tiba. Apa mungkin karena lapar mood gadis ini jadi berubah?
“Nggak tahu. Leka suka nangis sendirinya, padahal nggak ada apa-apa.” Leka mengusap air matanya dengan kain jaket milik Zayn.
“Loh, kok pakai jaket kakak, sih?” protes Zayn tidak terima. Padahalkan baru kemarin dicucinya.
“Iya, nanti baju seragam Leka kotor. Jadi, pakai jaket kak Zayn aja,” jawab Leka dengan santainya mengusap hingus di hidungnya dengan jaket Zayn lagi.
“Ya bukan berarti pakai jaket aku juga, ‘kan,” duel Zayn menghela napasnya dengan pasrah..
.
.
*:..。o○ Selow Update ○o。..:*
❈ Bintangnya jangan lupa
❈ Don't be a silent reader
❈ Terima kasih sudah membaca
𝘕𝘵: 𝘔𝘢𝘢𝘧𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘳𝘵 𝘱𝘦𝘯𝘥𝘦𝘬. 𝘒𝘢𝘱𝘢𝘯-𝘬𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘱𝘢𝘯𝘫𝘢𝘯𝘨𝘪𝘯. 🙏🙂
KAMU SEDANG MEMBACA
Real Life
General FictionApa yang akan kalian lakukan jika bertemu dengan seseorang yang ada dalam permainan yang sama dengan kalian? Lima remaja ini saling bertemu setelah 5 tahun sebelumnya mereka memainkan sebuah game yang dinamakan 𝘗𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘗𝘦𝘳𝘢𝘯. Saat...