02 | MENJALANKAN MISI

1.9K 145 12
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oke, sip. Saatnya pergi!"

Gadis itu telah bersiap dengan mengenakan setelan blouse cokelat, celana kulot hitam, dan hijab pashmina yang sudah rapi menutupi kepala. Dadanya tampak membusung, bersemangat untuk lekas menjalankan misi. Totebag pun telah tersampir di pundak, berisi beberapa barang yang akan digunakan untuk menemani sekaligus melengkapi aksi kaburnya.

Perlahan langkah kaki Insi mengendap, berusaha keluar dari rumah tanpa tertangkap basah oleh Hafshah. Kepalanya celingak-celinguk memastikan keadaan sekitar. Sejurus kemudian, hati Insi sedikit lega saat dari kejauhan sorot matanya mendapati Hafshah yang masih sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan.

Meski sempat ragu melanjutkan misi sebab berat meninggalkan sarapan paginya, Insi kembali teguh pada pendirian. Lagi pula, ia bisa mencari sesuatu untuk mengganjal lambungnya di luar sana nanti. Selain Insi si pemalas, ia juga adalah Insi si tukang makan. Sangat doyan mengunyah, pun seringkali merasa lapar.

Baru hendak kedua pasang kaki Insi kembali beranjak, ia harus terhenti lagi di kisar tujuh langkah dari ambang pintu. Ternyata masih ada satu masalah. Khalid, ayahanda Insi, tengah membaca koran sembari menyeruput kopi hitamnya di sofa ruang tamu.

Celaka. Tak ada lagi jalan selain pintu yang kini sudah tak jauh dari tempat Insi berdiri itu. Satu-satunya benda yang akan membawanya pergi menuju dunia luar.

Alhasil Insi memutar otak lebih keras lagi, sampai tiba-tiba teringat, biasanya Hafshah akan memanggil ia dan juga Khalid bila sarapan telah siap tersaji. Berarti Insi harus menunggu sejenak untuk keberhasilan misinya.

Benar saja. Tak lama kemudian, teriakan Hafshah akhirnya kunjung terdengar. Khalid pun beranjak mendatangi sang Istri. Sementara di tempat persembunyian, Insi masih diam memperhatikan gerak-gerik ayahnya. Setelah memastikan Khalid benar-benar lenyap dari pandangannya, barulah ia berani mengangkat kaki.

Begitu berhasil menjajajaki kawasan luar rumah, Insi mengatur napas lebih dulu, lalu diakhiri dengan tercenung. Kemanakah dirinya akan pergi sekarang?

Brum....

Lamunan Insi buyar dan kepalanya reflek berputar mendengar bunyi deruman mesin yang lumayan cukup dekat dari tempat berdiamnya itu. Sebuah mobil pick-up hitam bergerak melintas dan kian lama kian mendekat ke arahnya dengan membawa berbagai peralatan rumah tangga.

"Ada yang pindahan?"

Keterkejutan Insi bertambah karena kendaraan tersebut berhenti tepat di hadapannya. "Lho, pindahannya di samping rumah gue?"

Bukannya segera pergi, Insi malah asyik menonton para tukang yang sibuk bekerja mengangkuti barang-barang untuk dimasukkan menuju ke dalam hunian.

Bangunan di sebelah tempat tinggal Insi memang sudah lama kosong. Setelah bertahun-tahun tidak ada yang mengisi, akhirnya sebentar lagi ada yang menempati juga. Dan itu artinya, ia akan memiliki tetangga baru.

Ramadan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang