13 | JANJI SUCI PERNIKAHAN

1.8K 169 76
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Suasana masjid pada malam hari ini terpantau sedikit berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana masjid pada malam hari ini terpantau sedikit berbeda. Setelah seluruh rangkaian salat berakhir, biasanya orang-orang akan lekas berhamburan untuk pulang menuju rumahnya masing-masing. Namun, kali ini banyak orang memilih untuk tetap tinggal sehabis mendengar pengumuman yang disampaikan melalui microfon di awal menjelang pelaksanaan salat tarawih tadi.

Sebagian dari mereka berlalu lalang membantu mempersiapkan sesuatu yang akan dilakukan dalam beberapa waktu ke depan. Sementara, sebagiannya lagi hanya duduk tenang menanti sesuatu tersebut dimulai.

Di tengah hiruk-pikuk itu, seorang gadis dengan mukena yang masih membalut tubuhnya nampak termangu, tak percaya dengan apa yang akan terjadi sebentar lagi. Tetapi tak ada yang tahu, bahwa di dalam keheningan itu, ia ternyata sedang sibuk bertarung dengan dirinya sendiri.

Sejak tadi, Insi mati-matian berusaha mengendalikan gugup yang membuncahi sekujur tubuhnya. Detak jantungnya pun kini sudah tak terkontrol lagi. Tentu saja ia tak bisa tenang, sebab dalam beberapa jam lagi dirinya akan menyandang status sebagai seorang istri.

Ya. Malam ini adalah malam akad pernikahan antara Muhammad Khaizan Al-Fatih dan Haura Insiyyah.

Mungkin, kebanyakan dari acara pernikahan ditandai dengan suasana mewah nan meriah. Tetapi, atas permintaan dan juga perencanaan dari Khaizan, pelaksanaan hari sakral kedua insan di malam hari ini pun hanya tersuguh secara sederhana pun minimalis.

Bukan tak ingin memberikan yang terbaik untuk perempuannya. Bagi Khaizan, kemegahan tak menjadi syarat dari keberhasilannya proses pernikahan, melainkan dari kesahihan dalam ijab dan kabulnya. Lagi pula, ini hanya akad, bukan resepsi yang telah dijanjikannya.

Begitu pun dengan Insi yang tak mempermasalahkan, ia manut-manut saja kepada sang Calon Suami.

Beberapa hari yang lalu, Khaizan telah meminta Insi untuk fokus saja mempersiapkan diri, tak usah ikut sibuk dengan persiapan akad.

Ya. Khaizan yang mempersiapkan segalanya. Insi hanya ikut campur tangan pada bagiannya, itu pun hanya sedikit.

Meski Insi sudah mengikuti saran dari Khaizan, tak dapat dipungkiri, tetap saja ia masih belum bisa siap secara utuh.

"Nggak usah tegang gitu mukanya, In."

Seketika Insi mengerjap. Ia menoleh dan mendapati seseorang tengah duduk di samping kanannya. "A-apaan sih, Bun. Siapa juga yang tegang," elaknya.

"Iya, In. Biasa aja. Jangan tegang."

Lagi-lagi Insi menoleh ke sumber suara. Tepatnya di sisi kirinya. Tampaklah wanita paruh baya tengah mengguratkan senyum untuknya.

"Iya, Tante."

"Umi," ralat Sarah. "Mulai sekarang panggil saya Umi, ya?"

Insi mengangguk, ia sedikit merasa canggung. "I-iya, Umi."

Ramadan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang