04 | AWAL PERTEMUAN

1.5K 129 7
                                        

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Ba'da magrib, Insi terlihat sudah bersiap-siap untuk melaksanakan salat tarawih pertamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ba'da magrib, Insi terlihat sudah bersiap-siap untuk melaksanakan salat tarawih pertamanya. Di balik sosok yang urakan itu, ia ternyata juga memiliki sisi yang cukup religius dalam beribadah. Yah, walau sebenarnya pun masih dalam tahap belajar.

Berawal dari satu tahun yang lalu, Insi pernah mengalami kecelakaan yang membuat nyawanya hampir saja melayang. Waktu itu, Insi baru saja pulang dari rumah temannya. Karena pulang terlalu larut, alhasil ia mengendarai motor di tengah gelap gulitanya malam. Lampu depan motor yang tiba-tiba tidak berfungsi membuat ia terjatuh ke jurang yang lumayan dalam. Untung hanya motornya saja yang jatuh sampai lubang dasar, sementara dirinya yang sempat melompat tersangkut di antara bebatuan tebing. Setelah usaha berteriak meminta tolong sekuat tenaga dengan menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya, Insi berhasil diselamatkan oleh beberapa orang yang juga melewati jalan setapak itu.

Kejadian tersebut membuat Insi yang dulunya sangat jauh dari agama pun tersadar. Ia mulai mendekatkan diri kepada Sang Penolong sejatinya kala itu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Hanya Dialah sebaik-baiknya penolong dan sebaik-baiknya pelindung, sebagaimana yang tertera di surah Ali 'Imran ayat 173. Jika bukan karena kehendak-Nya, pertolongan tak mungkin akan ia dapatkan kala itu.

Usai sekian lamanya berkecimpung di depan cermin, Insi kemudian pergi menemui Hafshah untuk mengajak wanita itu tarawih bersama. Ia mendatangi bundanya yang tengah duduk bersantai menonton televisi di ruang tengah.

"Yuk, Bun."

Atensi Hafshah teralih pada gadis yang sudah rapi mengenakan mukena bali berwarna hijau sage dengan motif bunga sakura.

"Kamu sendiri aja, ya. Bunda lagi dapet tamu soalnya."

Penuturan sang Bunda membuat dahi Insi tertampil kerutan, ia lalu bersedekap dada sembari memanyunkan bibir. "Gak asik, ah! Kenapa Bunda harus dapetnya pas di awal puasa, sih?"

"Tanyakan pada rumput laut yang bergoyang, In." Hafshah tidak ingin darah tingginya terpancing karena menanggapi pertanyaan bodoh tersebut.

"Jadi ini aku pergi sendiri?"

"Bareng Ayah aja kalau gitu," sahut Khalid yang tiba-tiba ikut menimbrung.

"Ih, gak, deh! Aku cepet-cepet datang itu karena mau ambil tempat yang enak. Nanti malah keburu di ambil orang lain kalau berangkatnya bareng sama Ayah yang datangnya aja pas-pasan adzan."

"Terus maumu gimana, Tuan Putri?" tanya Hafshah dengan penekanan di ujung akhir kalimatnya.

Tidak perlu berpikir terlalu lama, Insi akhirnya memutuskan untuk pergi seorang diri. Dengan bertahannya ia di sini hanya akan membuat kekhawatirannya tadi mungkin terjadi. Pasalnya, jemaah tarawih di awalan malam biasanya akan ramai hingga bisa memenuhi seluruh penghujung masjid. Lain lagi bila pada detik-detik akhir ramadan, bangunan islami itu akan terlihat sepi bahkan sampai-sampai hanya menyisakan sejumlah dua baris saf. Entah menghilang ke manakah orang-orang tersebut. Sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang merugi.

Ramadan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang