بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Gadis yang katanya tak ingin lagi berhubungan dengan Sarah, sekarang malah tengah duduk berdampingan di masjid.
Berawal dari saat akan berangkat tadi, Insi tidak sengaja berpapasan dengan Sarah di depan rumahnya. Sarah dengan senang hati mengajak Insi untuk berangkat bersama. Meski sebenarnya takut bila Sarah akan membahas kembali perihal kemarin, Insi hanya bisa pasrah menerima tawaran tersebut. Mau bagaimana lagi? Tak ada alasan yang tepat baginya untuk menolak.
Orang-orang terlihat berhamburan ke sana dan kemari karena pelaksanaan rangkaian ibadah yang telah usai. Sebagian ada yang langsung pulang, ada pula yang masih singgah bertahan. Insi hampir beranjak kalau Sarah tak membuka topik obrolan.
"Jadi gimana?"
"Gimana apanya, Tante?" tanya Insi bingung.
"Kamu mau kan, jadi menantu Tante?"
Duarr!
Seolah tembakan yang tepat pada sasaran. Kekhawatiran Insi akhirnya benar-benar terjadi.
Ini tante-tante ngapain, sih? Ngebet banget buat gue jadi menantunya, batin Insi. Menyesal rasanya karena ia tak melarikan diri saja sebelum zikir dan doa di penghujung salat tadi berakhir.
Supaya tak berlarut-larut dalam ketidaknyamanan. Detik itu juga, Insi mengalihkan pembahasan yang mematikan tersebut. "Imam hari ini suaranya bagus ya, Tan."
"Kamu suka?"
"Suka. Suaranya merdu banget!"
Insi nampak antusias sekali. Tak dapat dipungkiri, suara imam pada malam hari ini berhasil membuat kedamaian dan ketentraman dalam hatinya. Bukan maksud mengatai suara imam yang kemarin jelek. Tapi lantunan bacaan pemimpin salat kali ini lebih tertata rapi tempo nada dan ritme-nya, serta dibonusi suara emas yang memukau.
"Kalau kamu jadi menantu Tante, setiap hari kamu bisa dengar suaranya dengan bebas."
"Maksudnya, Tan?" Ragu-ragu Insi bertanya. Perasaannya menjadi tak enak begitu saja ketika melihat Sarah menyunggingkan senyum yang penuh arti.
"Itu tadi anak Tante yang jadi imam, si Khaizan." Sarah berhasil membuat bola mata Insi bergerak dari tempat seakan mau keluar.
Pantas Insi merasa tidak begitu asing dengan suara sang Imam. Ia memang sempat terpikir seseorang. Namun segera Insi tepis sebab mengira mana mungkin orang yang baru saja kemarin berimigrasi ke kawasan ini telah beranjak menjadi imam masjid.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadan Cinta
Romance[ Yang mau bacaan ringan, silahkan mendekat ] Ramadan, bulan suci yang begitu banyak dilimpahi oleh rahmat dan kasih sayang-Nya, siapa sangka juga membawa berkah cinta untuk Haura Insiyyah. Berawal dari beberapa insiden di sebuah masjid ketika akan...