18 | SAHUR DATE

1.8K 120 25
                                        

بِسْــــــــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua pasutri kini sudah berada di ruang dapur. Atensi Insi sepenuhnya tertuju pada Khaizan yang tengah bergulat dengan berbagai perlengkapan memasak. Tak hanya ingin berdiam diri, Insi berinisiatif untuk membantu Khaizan. Karena tadi Khaizan mengatakan akan memasak nasi goreng, Insi pun meraih pisau yang berada di atas rak meja. Setelah itu ia ambil beberapa bawang putih, lalu mulai memotongnya. Namun baru beberapa kali mengayunkan tangan, pisau tiba-tiba meleset dan mengenai telunjuk kiri gadis itu.

"Awh!"

Pekikan tersebut membuat Khaizan sigap mendatangi Insi guna mengecek kondisi sang Istri. Sebagai tindak pertolongan pertama, Khaizan langsung mengulum telunjuk Insi yang terus-menerus mengeluarkan cairan merah. Menurut penelitian salah seorang dokter, air liur mengandung unsur senyawa alami yang mampu menghalangi perkembangan infeksi pada luka. Begitu aliran darah telah berhenti, Khaizan beranjak pergi dan kembali membawa sekotak obat.

Secara hati-hati Khaizan merawat luka Insi. Mulai dari membersihkan luka bekas sayatan, sampai dengan merekatkan sebuah plester kecil. Di ujung aktivitasnya, Khaizan mengecup singkat telunjuk istrinya yang terluka itu.

"Syafakillah."

Tidak mengerti dengan kosakata bahasa arab yang barusan Khaizan lontarkan, Insi menautkan kedua alis seraya bertanya, "Maksudnya?"

"Semoga Allah memberikan kesembuhan kepadamu."

Rasa perih yang sempat menjalar, tak lagi Insi rasakan. Sirna tatkala memperoleh Khaizan yang tak hanya mengulang lisannya, tetapi juga mengulang tindakan manisnya tadi.

"Sudah, kamu duduk manis saja."

"T-tapi, kan, aku mau sekalian belajar masak," sanggah Insi menahan keberanjakan Khaizan.

Lelaki itu tersenyum lantas membelai lembut kepala Insi. "Lain kali aja lagi, ya? Sekarang serahkan semuanya pada saya."

Beberapa menit kemudian, aroma lezat mengepul dan berhasil menelusup ke dalam indra penciuman Insi. Nasi goreng dengan hiasan telur serta potongan timun sudah siap tersaji di atas meja. Insi terperangah sejenak, takjub melihat hasil masakan yang dibuat oleh tangan suaminya. Benar-benar sedap dipandang mata dan menggiurkan selera. Ia jadi tak sabar ingin lekas mencicipi butiran-butiran nasi yang berwarna merah kecoklatan itu.

Reaksi Insi cepat berganti sebab mendapati adanya satu kejanggalan. Porsi makanan tersebut memang cukup banyak, cukup untuk dinikmati oleh dua orang. Tetapi mengapa hanya ditempatkan dalam satu piring? Memang tidak ada lagi piring yang lain?

"Tangan kamu, kan, luka. Jadi kita makan sepiring berdua saja, biar saya bisa suapi kamu." Seperti cenayang, Khaizan bisa membaca kebingungan Insi.

"Yang luka itu tangan kiri, Mas. Tangan kanan gak kenapa-kenapa, masih bisa buat makan. Lagian yang luka juga cuma satu jari, bukan setelapak tangan sampai nggak bisa buat megang apa-apa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 15, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ramadan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang