"Nah, ini dia, yayasan panti asuhan Albirru, Za," ujar Zena saat langkahnya memasuki bangunan berlantai dua tersebut.
Zaira menatap kagum kearah sekeliling dalam bangunan tersebut. "Masya Allah, luas sekali ya, Kak."
"Alhamdulillah, anak-anak panti juga betah berada disini, Za."
"Tapi kok sepi ya?" tanya Zaira, karena memang benar, tidak ada anak-anak panti yang berkeliaran.
"Ini kan waktunya tidur siang, jadi wajar tempat nya sepi, Za," ucap Zena menjelaskan.
"Yaudah yuk, kita ke lantai dua," ajak Zena seraya berjalan menuju arah tangga, dan Zaira pun mengikuti nya dari belakang.
"Masya Allah..."
Zaira berdecak kagum dengan bangunan panti ini, sebab dilantai dua, tepatnya dibalkon, balkon nya begitu luas, disana terdapat rumput sintetis serta beberapa meja dan kursi. Balkon nya juga aman dari panas dan hujan.
"Duduk disini, Za."
Zaira pun duduk disamping Zena. Ya mereka duduk lesehan di rumput tersebut. Karena rumput nya juga bersih. Jadi aman.
"Panti ini, di dirikan oleh ayah saya, Za," kata Zena memulai pembicaraan.
"Masya Allah, ayah kak Zena, luar biasa hebatnya," ucap Zaira seraya tersenyum ke arah Zena.
"Alhamdulillah, semuanya hasil kerja keras ayah. Saya sebagai anaknya pun begitu bangga."
"Pasti. Aku yang bukan siapa-siapa disini, juga ikut merasa bangga, Kak." Ucap Zaira lagi, senyum nya semakin mengembang.
"Apalagi, dengan adanya yayasan ini, pasti banyak sekali orang yang terbantu," lanjutnya, membuat Zena mengangguk menyetujui ucapan Zaira.
"Benar sekali. Karena semenjak panti ini ada, siapapun atau orang disekitar saya yang menemukan anak kecil tinggal di jalanan, maka mereka akan langsung dibawa kesini, untuk apa? Pastinya untuk mendapatkan hidup yang lebih layak."
"Alhamdulillah, semoga yang keluarga kak Zena lakukan ini, mendapat balasan yang tak kalah luar biasanya dari Allah yaa, Kak."
"Aaamiiin, terimakasih atas do'anya, Za."
Zaira mengangguk seraya tersenyum. "Sama-sama, Kak."
Dalam hati Zena berdo'a semoga saja Zaira memang jodoh adiknya. Karena entah kenapa, dari awal pertemuan, mau bagaimana pun Zaira, Zena sudah jatuh hati ingin mengklaim bahwa Zaira adalah adik iparnya.
"Ya Allah. Jadi kelupaan saya," ucap Zena teringat sesuatu dan segera berdiri dari duduknya.
"Ada apa, Kak?" tanya Zaira seraya ikut berdiri.
"Saya kan kesini mau jemput anak saya, Za. Kamu tunggu disini ya, saya mau cari dia ke kamar anak-anak panti. Gapapa kan?"
"Iya, Kak. Gapapa."
"Yasudah, saya kesana ya." Pamit Zena. yang diangguki oleh Zaira.
**
Zain berjalan menaiki tangga ke lantai dua, ia baru saja sampai di panti asuhan dan langsung menuju kedalam. Saat tiba di lantai dua, ia segera menuju balkon. Disana ia melihat Zaira tengah duduk lesehan sendiri an seraya sesekali mempotret dirinya dengan kamera depan.
Zain tak bisa menyembunyikan senyum nya. Apapun yang berhubungan dengan Zaira, entah kenapa akhir-akhir ini selalu membuat dirinya merasa senang.
"Astaghfirullah," lirih Zain mengusap wajahnya dengan sebelah tangan kanannya.
"Huft."
Zain menghembuskan nafasnya pelan, segera ia hampiri Zaira dengan langkah panjangnya.
"Assalamu'alaikum," salam Zain, membuat Zaira menoleh ke arahnya.
Raut wajah Zaira nampak terkejut, melihat kedatangan Zain di hadapannya. Dengan segera ia berdiri dari duduknya.
"Wa-wa'alaikumussalam," jawabnya sedikit terbata.
Zain berdehem untuk menetralkan jantungnya, karena tiba-tiba saja jantungnya berdetak lebih cepat, membuat ia menjadi gugup untuk berbicara dengan Zaira.
"Kak Zain," panggil Zaira,
"Kakak, kok a-ada disini?" lanjut Zaira bertanya.
"Saya memang sengaja kesini, Za," ucapnya.
"Kamu sendiri? Sedang apa disini?" lanjut Zain.
Zaira tiba-tiba saja tersenyum canggung, mukanya terlihat gelagapan bingung dengan situasi yang dihadapi nya sekarang.
"Ah iya," Zaira tersenyum tipis,seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Aku, aku diajak kak Zena kesini," ucap Zaira.
"Kak Zena?" Zain berusaha menahan senyum nya.
"I-iyaa kak, maksudnya Bu Zena loh," ucap Zaira mencoba menjelaskan.
Zain seketika terkekeh pelan, menurut nya Zaira ini lucu sekali. "Iya iyaa, saya paham, Za." katanya membuat Zaira menghembuskan nafasnya panjang.
Tak lama muncul Zena dengan Ruby yang berada digendongan nya.
"Om, om Zai, nda. Om Zai."
Teriak balita usia 4 tahun tersebut, membuat Zain dan Zaira seketika menoleh ke sumber suara.
"Itu kan," gumam Zaira, ia seketika teringat dengan balita yang ia tolong saat di pesta pernikahan, ia juga ingat, itu kan keponakan Zain.
"Hallo cantik," sapa Zain dengan senyuman lebarnya. Diraih nya Ruby kedalam pangkuan nya.
"Allo. Om,"
Zaira memperhatikan interaksi antara Zain dan Ruby. Ia sungguh tidak mengerti, maksudnya apa? Jadi Ruby itu anaknya Kak Zena? Atau bagaimana sih.
"Za," Zena menepuk pundak Zaira pelan, ia tahu, bahwa Zaira pasti sedang kebingungan.
"Yuk duduk dulu."
Zaira pun hanya menurut, ia duduk tepat disamping Zena, dan dihadapannya ada Zain dan Ruby.
"Kamu pasti bingung kan, Za?" tebak Zena dengan sedikit terkekeh.
Zaira seketika ikut terkekeh. "Agak bingung sih, Kak. Kok bisa?" tanya nya, tatapan yang semula menatap Zena seketika beralih menatap Zain dan Ruby dihadapan nya secara bergantian.
"Jadi, Za. Zain ini om nya Ruby," ucap Zena, Zaira hanya mengangguk sebagai tanda jawaban.
"Dan pastinya, Zain itu adik nya saya. Lebih tepatnya adik kandung saya satu-satunya," jelas Zena.
Lagi, Zaira cukup terkejut dengan pernyataan ini. Ah dirinya cukup malu, bisa-bisanya ia bertanya kepada Zain, untuk apa disini? Pantesan, jawabannya sudah ketebak.
"Jadi, Ruby ini putrinya kak Zena?" tanya Zaira dengan tatapan polosnya.
Seketika Zena tergelak mendengar pertanyaan polos dari Zaira. Begitupun dengan Zain, mati-matian ia menahan untuk tidak tertawa. Tapi kenapa, Zaira justru membuat nya melepaskan tawanya begitu saja.
"Hahaha lucu banget kamu, Za," ucap Zena disela sela tawanya.
Zain, dia sedang berusaha untuk meredakan tawanya, "ekheum," dehemnya.
"Zaira, Zaira."
Sedangkan Zaira? Ia hanya terdiam dengan deretan giginya yang ia tunjukan untuk keduanya.
**
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
KETEMU JODOH
SpiritualJika yang diinginkan Zain adalah Zaira? Lantas apakah Zaira juga menginginkan Zain, sama seperti Zain menginginkan Zaira? -Selamat datang di KETEMU JODOH- Hallo temen kejo:v hehe itu panggilan buat pembaca di lapak ini yaaa :) MAKASIH BANYAK yang ud...