Eps - 07a

14 3 0
                                    

Tak terasa, malam telah tiba. Terlihat Zain yang baru saja menyelesaikan sholat isya berjamaah di mesjid. Ia langsung bersiap-siap dan menata beberapa buah tangan yang akan dibawanya.

"Zain," panggil sang ibu seraya memasuki kamarnya.

Zain menoleh seraya tersenyum, "iya, Bu?"

"Gimana, udah selesai?" Tanya ibu Alya

"Alhamdulillah, semuanya sudah selesai," jawabnya seraya menghampiri sang ibu yang berada di dekat pintu.

"Bismillah ya, nak, maafkan ibu karena belum bisa bertemu Zaira," ucap ibu Alya.

Zain tersenyum, kemudian meraih tangan sang ibu untuk digenggam. "Gapapa, Bu. Ibu do'akan saja yang terbaik untuk anak ibu ini ya." Katanya.

Ibu Alya tersenyum haru, dipeluknya Zain dengan erat. "Pasti, nak."

Sedangkan dibawah Billy, adik sepupu Zain, yang merupakan anak satu-satunya dari adik sang ayah, yaitu Tante Bunga. Ia tengah menunggu seraya memainkan handphone nya.

"Berangkat," kata Zain yang kini berjalan menuju pintu utama.

Billy pun berdiri dan segera menyusul sang abang. "Tungguin dong bang, buset ya allah gue nungguin dari tadi, malah lu tinggalin," decak Billy seraya membuka pintu mobil bagian penumpang.

"Kalo bukan mbak Zena sama bang Rangga yang nyuruh, ogah gue nganter lu," kata Billy.

"Oh jadi ga ikhlas?" Tanya Zain datar.

Billy seketika melebarkan senyumnya seraya menatap Zain. "Bercanda bang, gass berangkat."

"Lagian ya, sekarang itu malam Minggu, dan kamu itu jomblo. Mending temani saya malam mingguan ke rumah calon istri."

"Baru juga ta'aruf, belum jadi calon," cibir Billy.

"Kalo iri bilang." Kata Zain sambil tersenyum kemudian menjalankan mobilnya menuju rumah Zaira.

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertukaran CV sudah selesai dilakukan, dengan masing-masing memberikan sebuah map kertas berisikan data diri dan lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertukaran CV sudah selesai dilakukan, dengan masing-masing memberikan sebuah map kertas berisikan data diri dan lainnya.

Diruang tamu, Zaira dan Zain ditemani Billy dan Anisa. Keempatnya tengah mengobrol kecil, orang tua Zaira pun sesekali bergabung untuk memantau putrinya.

"Plot twist banget gue ketemu bocil disini," ujar Billy, matanya menatap Anisa yang kini juga tengah menatapnya sinis.

"Bosen juga kali gue tiap waktu ketemunya orang kaya modelan begini terus. Ga di kampus, kelas, organisasi," cerca Anisa.

"Kok bisa si kak, punya saudara tengil kaya ni orang?" Tanya Anisa pada Zain.

"Saya juga nemu di jalan," jawab Zain santai.

Billy yang mendengarnya sontak membulatkan kedua matanya. "Astagfirullah, bang," katanya dengan tangan mengelus dada.

Sedangkan Zaira, ia sedari tadi diam menyimak ketiganya. Ia bingung harus bersikap seperti apa.

"Ini juga, calon istri ngapa diem terus sayangku," ucap Anisa mencolek tangan Zaira yang duduk di sampingnya.

"Calon istri apaan coba," sahut Zaira.

"Nih ya mbak Zaira, gue kasih tau. Abang gue itu kalo tidur kaya helly kopter," ujar Billy pada Zaira.

"Emang iya?" Zaira melirik Zain sekilas.

"Fitnah lebih kejam dari pembunuhan," ucap Zain melirik Billy sinis.

"Mbak Zaira tau, dia tampang doang dingin, padahal mah hatinya hello kitty," ucap Billy lagi.

Zaira tersenyum mendengar ucapan Billy. Lagi ia melirik Zain sekilas.

"Gapapa, mending hello kitty dari pada hatinya keras kaya kamu, Bill."

"Sialan lu mbak," kesal Billy yang dihadiahi cubitan di bibirnya.

"Ucapan nya," sarkas Zain.

Zaira dan Anisa tak kuasa menahan tawanya melihat interaksi keduanya.

"Masya Allah," lirih Zain saat tak sengaja matanya menatap Zaira yang tengah tertawa.

"Bang, Zaira buat gue aja ya," bisik Billy tepat ditelinga Zain.

Zain seketika menoleh dengan tatapan tajamnya.

"Silahkan, kalo dia nya mau," ucap Zain.

"Hehe bercanda, bang," ucap Billy cengengesan.

Tak terasa, waktu juga sudah menunjukkan pukul sembilan. Akhirnya Zain memutuskan untuk segera pamit pulang.

"Pak Handi, Bu Hilya, saya pamit. Terimakasih sudah mengijinkan saya bersilaturahmi kesini," ucap Zain kepada orang tua Zaira.

"Iya nak Zain, sama-sama."

Zain dan Billy pun menyalami keduanya. Saat didepan Zaira, ia menunduk seraya menangkupkan kedua tangannya.

"Saya pamit, Za. Terimakasih."

Zaira juga ikut menangkupkan kedua tangannya. "Iya kak, hati-hati ya," balasnya disertai senyuman.

"Awas lu kangen gue ya," bisik Billy pada Anisa.

Anisa pun melirik Billy sinis. "Ga kebalik?"

"Assalamu'alaikum," Ucap Zain seraya meninggalkan pekarangan rumah Zaira yang disusul oleh Billy dibelakangnya.

**

Bersambung....

KETEMU JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang