Siang ini Zaira baru saja pulang dari rutinitas nya sebagai seorang pengajar di taman kanak-kanak. Masih lengkap dengan pakaian nya layaknya guru pada umumnya, Zaira memilih untuk membeli seblak di tempat langganannya yang berada di tengah-tengah kota.
"Bu, seblak suki campur ceker tulang, pedasnya level dua ya, Bu." Ujar Zaira memesan pesanannya, dan kemudian duduk dikursi yang di sediakan disana.
Seraya menunggu pesanan nya jadi, Zaira fokus ke handphone yang dibawanya. Sesekali ia menscrool sosial medianya, berfoto sampai membuat video tiktok. Hingga tidak sadar, ada seorang laki-laki yang tiba-tiba duduk di kursi sebelahnya.
Zaira yang semula menunduk, kini menoleh ke arah orang tersebut.
"Loh."
"Kamu."Keduanya sama-sama terkejut, karena kembali lagi dipertemukan.
"Ketemu lagi kita." Ucap Zain seraya menyunggingkan senyumnya.
Zaira pun tersenyum, tidak menyangka akan kembali bertemu dengan laki-laki dihadapan nya.
"Hehe iya." Ucap Zaira seadanya.
Keduanya terdiam, bingung harus berinteraksi seperti apa.
"Ekheum.." Zain berdehem, membuat Zaira menoleh kearahnya.
"Kalo boleh tau, nama kamu siapa?" Tanya Zain
"Panggil saja Zaira, Kakak sendiri?"
"Oh Zaira, saya Zaini."
"Panggil saja Zain, salam kenal ya." Lanjutnya dengan senyuman khasnya."Salam kenal kembali, Kak Zain." Ucap Zaira seraya membalas senyuman Zain.
"Kuliah?" Tanya Zain, Zaira menggeleng pelan.
"Ah iya, kamu seorang guru ya, Za?" Tebak Zain saat melihat pakaian yang dikenakan Zaira. "Ngajar dimana?" Sambung Zain bertanya.
"Di TK Al Ikhlas, Kak." Jawab Zaira.
"Maaf ya, kalo saya kurang sopan dengan lancang nanya-nanya ke kamu." Ucap Zain sedikit merasa tidak enak.
Zaira pun terkekeh mendengar ucapan Zain. "Gapapa, Kak. Santai hehe." Ujarnya.
Tiba-tiba si penjual seblak datang ke hadapan Zaira, seraya menyerahkan satu kantong plastik berisikan cup seblak.
"Ini mbak pesanannya, dua puluh ribu."
Dengan segera Zaira pun berdiri, dan mengambil pesanannya seraya menyerahkan uang pas.
"Terimakasih ya, Bu." Ucap Zaira.
"Sama-sama, mbak." Ucapnya kemudian kembali pergi dari hadapan Zaira.
"Kak Zain, Zaira duluan ya. Assalamu'alaikum." Ucapnya berpamitan kemudian melenggang darisana.
"Wa'alaikumussalam Warahmatullah."
"Hati hati, semoga kita bisa bertemu lagi Zaira." Gumam Zain, namun Zaira sudah tidak ada dihadapannya.
**
Zain tiba di rumah Zena sang kakak setelah sebelumnya mampir ditukang seblak langganan kakaknya.
"Assalamu'alaikum." Salam Zain seraya memasuki rumah Zena yang kebetulan pintu nya terbuka.
"Wa'alaikumussalam Warahmatullah."
Jawab dari dalam ruang keluarga, disana terlihat Zena dan Rangga, suami Zena yang kebetulan sedang ada di rumah. Sedangkan Ruby, keponakan nya tengah diajak berlibur oleh keluarga dari Rangga.
"Bang Rangga, apa kabar?" Tanya Zain seraya menyalami Kakak iparnya tersebut.
"Alhamdulillah, kamu gimana, Zai?"
"Baik bang." Ucap Zain seraya duduk di karpet bulu sana, tepat dihadapan mereka.
"Nih Kak, seblaknya." Sambung Zain seraya menyimpan satu kantong plastik berisikan seblak tersebut dihadapan Zena.
Zena menerima nya dengan senyuman lebarnya. "Terimakasih adek tersayang."
"Oh iya kak, Kakak tau TK Al Ikhlas?" Tanya Zain.
Zena yang mendengarnya hanya mengangguk, kedua tangannya fokus membuka bungkusan seblak tersebut.
"Kenapa emangnya?" Lanjut Zena menatap sang adik heran.
"Engga Kak, sekedar nanya." Ujar Zain diakhiri cengiran tak berdosanya.
"Pasti ada apa-apa nih, nggak mungkin tiba-tiba nanya tanpa sebab, Zai." Sahut Rangga menimpali yang diangguki Zena.
Zain menatap keduanya dengan bingung, tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali.
"Mencurigakan." Ucap Zena.
"Jadi Kak..." Zain menggantung ucapan nya seraya menatap keduanya.
Zena dan Rangga menatap Zain tajam, bisa-bisanya mereka dibuat penasaran.
"Apaan? Nggak usah bertele-tele, Zai!" Tukas Rangga.
Zain berdehem dan mengatur napasnya sebentar.
"Zain sudah empat kali bertemu dengan perempuan yang sama. Dan pas di kedai seblak tadi, pertemuan Zai dengan dia yang keempat. Dan Zai baru tahu namanya siapa." Tutur Zain.
Zena dan Rangga yang mendengarnya hanya manggut-manggut seolah mengerti dan paham.
"Jadi, kamu kefikiran dengan perempuan tersebut?" Tanya Rangga, Zain mengangguk tepat sasaran.
"Wah adek Kakak sedang jatuh cinta." Seru Zena, yang dihadiahi tatapan tajam oleh Zain.
"Namanya?" Tanya Rangga.
"Zaira."
"Lalu hubungan nya dengan TK Al Ikhlas apa?" Heran Zena.
Zain menghembuskan nafasnya pelan. "Karena dia mengajar disana, Kak." Ucapnya.
"Minta petunjuk sama Allah, kalo kamu kefikiran dia terus, Istikharah Zai. Biarkan Kakak kamu juga bantu kamu buat nyari tau tentang perempuan yang kamu maksud." Jelas Rangga.
Zain yang mendengarnya tersenyum ke arah Rangga. "Iya bang, akan saya coba. Terimakasih, bang." Serunya.
"Akhirnya hati seorang Zaini bisa terketuk juga." Ucap Zena disertai kekehannya.
"Tenang aja, kakak pasti bantu untuk kebahagiaan kamu Zai. Semangat!" Sambungnya.
Zain tersenyum mendengar nya. Bersyukur sekali punya kakak kandung dan kakak ipar yang begitu perduli padanya.
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/330059729-288-k938245.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KETEMU JODOH
EspiritualJika yang diinginkan Zain adalah Zaira? Lantas apakah Zaira juga menginginkan Zain, sama seperti Zain menginginkan Zaira? -Selamat datang di KETEMU JODOH- Hallo temen kejo:v hehe itu panggilan buat pembaca di lapak ini yaaa :) MAKASIH BANYAK yang ud...