Zaira duduk disebuah cafe ditemani dengan secangkir milk shake strawberry kesukaannya. Ia terlihat menunggu seseorang dengan sesekali melihat ke arah pintu masuk disana.
Zaira menghela nafasnya pelan, tangannya bergerak membuka kembali kolom chat dengan seseorang yang ia tunggu sudah dari 15 menit yang lalu.
Disana, sudah tidak ada balasan apapun dari sang pengirim. Chat berakhir di Zaira yang mengatakan bahwa ia telah sampai.
"Mungkin macet kali ya," gumam Zaira, mencoba untuk menenangkan dirinya agar lebih bersabar.
"Bu Zaira," panggil seseorang membuat Zaira menoleh ke sumber suara.
Dihadapannya, berdiri Zena dengan senyuman berbinar menatap ke arahnya.
"Bu Zena," dengan cepat Zena berdiri dan menyalami Zena.
"Duduk, Bu."
Zaira dan Zena pun duduk saling berhadapan.
"Ah iya, saya minta tolong sama kamu ya, kalau diluar sekolah jangan panggil saya Bu," ujar Zena membuat Zaira menatap Zena dengan tatapan seolah bertanya kenapa.
"Panggil Kakak saja biar lebih akrab," lanjutnya, membuat Zaira berfikir dan akhirnya mengiyakan.
"Maaf banget, saya baru nyampe. Tadi mobil saya mogok," tutur Zena meminta maaf.
Zaira menggeleng pelan kemudian tersenyum ke arah Zena.
"Enggak apa-apa, Kak. Alhamdulillah Kak Zena sudah sampai disini dengan selamat."
Ia, orang yang ditunggu Zaira sedari tadi adalah Zena. Semalam Zena menghubungi nya dan mengajak Zaira untuk bertemu, meskipun ada banyak pertanyaan dibenaknya, akhirnya Zaira pun mengiyakan ajakan Zena tersebut.
Akhirnya, keduanya masih sama-sama terdiam sambil menikmati pesanan yang sudah Zena pesankan ulang.
"Bay the way Za. Kamu beneran enggak keganggu kan waktunya gara-gara saya ajak jalan," kata Zena seraya menatap Zaira.
Lagi, Zaira hanya tersenyum dan menggeleng kan kepalanya pelan. "Tidak sama sekali kak," ucapnya.
Zena mengangguk-anggukan kepalanya. "Alhamdulillah kalo kaya gitu."
"Oh iya, rumah kamu dari sini jauh atau deket?" tanya Zena.
Zaira nampak berfikir, kedua tangannya saling bertautan diatas pangkuannya. "Dibilang deket sih enggak, tapi dibilang jauh juga enggak, Kak."
"Kaya nya pertengahan ya," tebak Zena.
"Iya bener, Kak. Di jalan lestari, komplek 3," jelas Zaira menyebutkan alamat rumahnya.
"Umur kamu berapa, Za?" tanya Zena lagi.
"Baru dua puluh tiga," jawab Zaira.
"Udah ada pasangan dong?"
"Alhamdulillah, masih single hehe."
"Maafin saya ya Za. Kalo saya lancang tanya tanya ke kamu." ucap Zena merasa tidak enak.
Zaira menggeleng pelan, ia tersenyum lebar ke arah Zena. "Masya Allah, tidak apa-apa, selagi Zaira bisa jawab, kenapa tidak."
Keduanya melanjutkan obrolan dengan tenang, Zaira sendiri awalnya sedikit aneh, kenapa rasanya ia seperti diintrogasi ya. Tapi, kesini makin kesini, Zena juga menceritakan sedikit tentang nya kepada Zaira. Dari Zena yang sudah menikah, mempunyai anak, tinggal dimana. Mungkin bisa dibilang, Zaira dan Zena sama sama satu frekuensi, jadi terlihat mudah untuk akrab.
Waktu juga tidak terasa, waktu dzuhur tiba, akhirnya Zaira dan Zena memutuskan untuk ke mesjid terdekat yang berada disana. Dengan menggunakan mobil yang dibawa Zena, karena kebetulan Zaira tidak membawa kendaraan.
"Kita makan siang dulu ya, Za," ajak Zena.
"Boleh, Kak. Mau dimana?"
Zena nampak berfikir seraya memakai sabuk pengaman nya. "Kalo nasi Padang aja gimana?" tanyanya meminta persetujuan.
"Boleh, Kak."
Keduanya langsung tancap gass menuju warung nasi Padang terdekat.
**
Meskipun ini hari weekend, yang seharusnya ia bersantai di rumah, kini Zain justru disibukkan dengan tumpukan barang yang berada di gudang AB Mall. Ternyata, saking banyaknya stok barang disana, ada beberapa barang yang sudah melebihi batas kadaluarsa nya. Mau tak mau, Zain juga harus ikut turun dan memantau.
"Saya mau, setelah ini kalian lebih teliti lagi dalam memilah dan memilih barang yang mau di jual. Jangan sampai, ini terulang kembali!" ucap Zain tegas memberi peringatan kepada beberapa manager dan orang kepercayaan Zain disana.
"Baik, Pak!" ucap mereka serentak.
Zain mengangguk, kemudian melihat jam tangannya, waktu sudah hampir dzuhur, akhirnya ia memutuskan untuk undur diri dari sana.
"Kebetulan, sebentar lagi Dzuhur, kalian sekarang istirahat terlebih dahulu, sholat, lalu lanjutkan lagi pekerjaan nya nanti."
"Saya permisi, Assalamu'alaikum."
Semuanya menunduk, dan menjawab salam dari Zain seraya serentak. Para pegawai disana sangat beruntung mempunyai atasan seperti Zain, yang baik dan super sabar, meski dingin, tapi ada saat dimana Zain begitu hangat terhadap mereka. Itu lah yang membuat mereka betah dan begitu menghormati seorang Zain.
Drtt drtt drt
Zain segera meraih ponselnya yang ia simpan di saku jaketnya. Ia baru saja selesai melaksanakan sholat, dan kini langkahnya sedang berjalan menuju ke arah basment, tempat dimana mobilnya disimpan.
"Wa'alaikumussalam Warahmatullah," jawab Zain kepada seseorang di sebrang telepon.
"Sudah, Bu."
"Tapi Ibu enggak papa kan?" tanya Zain, seketika raut wajahnya berubah khawatir.
"Alhamdulillah, iya Bu siap! Zain kesana sekarang ya," iya tersenyum dan mengangguk mendengar suara perintah dari sang Ibu.
"Iya Bu, Assalamu'alaikum."
Zain menutup telepon nya, kemudian segera memasuki mobil. Namun saat akan melaju tiba-tiba sebuah pesan baru masuk ke handphone nya.
Kak Zena
Zain, kakak sekarang otw panti sama Zaira. Kamu kesini ya, harus pokoknya. Ini kesempatan kamu Zai!!!
**
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
KETEMU JODOH
EspiritualJika yang diinginkan Zain adalah Zaira? Lantas apakah Zaira juga menginginkan Zain, sama seperti Zain menginginkan Zaira? -Selamat datang di KETEMU JODOH- Hallo temen kejo:v hehe itu panggilan buat pembaca di lapak ini yaaa :) MAKASIH BANYAK yang ud...