Eps - 02b

10 3 0
                                    

Siang ini, Zaira baru saja pulang dari kegiatannya sebagai pengajar di taman kanak-kanak. Sampai rumah, ia merebahkan tubuhnya sebentar. Lalu bangkit lagi untuk mengganti pakaian. Karena Zaira akan kembali lagi keluar, untuk pergi ke supermarket, perintah dari mamah Hilya sebelumnya.

Mengenakan pakaian santai, Zaira pergi ke Supermarket yang berada di Mall tengah kota dengan motor kesayangan nya. Saat sudah sampai, Zaira memarkirkan motornya di parkiran depan. Dan bergegas belanja sesuai list kebutuhan sang mamah tercinta.

Selesai memilah dan memilih, Zaira langsung menuju kasir untuk membayar semua belanjaannya yang hampir satu troli besar penuh. Lumayan banyak, tapi kebanyakan nya cemilan untuk isi kulkas.

Setelah selesai dengan belanjaanya, Zaira memutuskan untuk ke musholla yang berada di Mall sana terlebih dahulu, karena waktu sudah menunjukkan waktu Dzuhur. Setelah sebelumnya ia menitipkan belanjaannya ke tempat penitipan barang.

Mengambil wudhu di tempat wudhu perempuan, lalu melaksanakan Sholat dengan menggunakan mukena yang tersedia di Musholla sana. Mushola nya cukup ramai, jadi Zaira merasa aman.

Selesai sholat, Zaira kembali menyimpan mukena nya ke tempat semula. Kemudian segera bergegas darisana.

"Sudah tiga kali dengan sekarang, saya ketemu kamu dalam sebulan ini."

Ucap seseorang tiba-tiba, membuat Zaira terkejut ketika hendak melangkah keluar musholla.

"Astaghfirullahal'adzim."

Lirihnya, seraya menunduk kemudian menghembuskan nafasnya pelan.

"Ya Allah, Bapak lagi. Saya kaget, Pak." Ucap Zaira seraya menatap tajam Zain yang kini berdiri di samping Zaira.

"Sudah saya bilang, saya bukan bapak-bapak." Tekannya tanpa menatap Zaira.

"Emangnya saya keliatan bapak-bapak apa? Saya belum menikah, boro-boro mau punya anak." Lanjutnya.

Zaira yang mendengarnya seketika ingin tertawa, namun ia tahan.

"Ya terus urusannya dengan aku apa, Pak?" Batinnya bersuara.

"Ekheum. Yasudah kalo begitu saya minta maaf ya, Kak!" Seru Zaira seraya menekan kan kata Kak diujung kalimat.

"Oke tidak masalah. Saya maafkan." Ucap Zain seraya menoleh ke arah Zaira.

Deg

Namun, saat Zain menoleh, matanya malah tak sengaja menabrak manik mata Zaira yang tengah menatapnya sedari tadi. Selang beberapa detik, hingga keduanya tersadar dan saling mengalihkan pandangannya.

"Astagfirullah ya Allah." Lirih batin keduanya secara bersamaan.

"Eum, yasudah, Pak. Eh Kak. Maksudnya. Saya duluan. Assalamu'alaikum." Ucap Zaira, kemudian segera beranjak dari sana dengan tergesa.

"Kok malah salting sih ya Allah. Kenapa sih." Gerutu Zaira dalam hati.

"Wa'alaikumussalam Warahmatullah."

Lirih Zain seraya melihat kepergian Zaira.

Zain, ia tidak mengerti kepada dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia berani menegur Zaira, seorang perempuan asing yang sudah beberapa kali bertemu dengan dirinya, yang Zain sendiri belum mengetahui namanya sama sekali.

Padahal, Zain sendiri termasuk laki-laki cuek dan dingin. Tapi kenapa terhadap Zaira ia bisa seperti itu ya? Hanya masalah panggilan pun, ia mempermasalahkan nya, padahal mereka tidak saling mengenal.

Zain jadi bingung sendiri. Kenapa bisa ia kefikiran perempuan asing tersebut?

"Bisa-bisanya saya kefikiran orang yang bahkan saya gak tau dia siapa?" Ucap Zain kepada dirinya sendiri.

KETEMU JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang