"Gimana, Zain?"
"Gimana apanya, Kak?"
"Ish, Zaira!"
Zain terdiam, fikiran nya tiba-tiba berkelana mengingat pertemuannya dengan Zaira yang telah beberapa kali ini.
"Ck, kok diem sih, Zai," decak Zena kesal.
"Dia itu baik, lucu, ada aja sikapnya," monolog Zain seraya menatap ke arah layar televisi yang sedari tadi menyala tanpa di perhatikan.
"Kan, tunggu apalagi?" Desak Zena.
"Tap-," ucapan Zain terpotong karena tiba-tiba Ibu Alya dan Ayah Albi datang menghampiri keduanya.
"Ada apa sih, kayanya seru banget," ujar Ayah Albi seraya duduk disamping Zain yang diikuti oleh Ibu Alya.
"Kebetulan. Yah, tau enggak?" tanya Zena dengan wajah berbinar.
Ayah Albi menggeleng tanda tidak tahu.
"Si adek, udah nemuin pujaan hatinya, Yah," ucap Zena sedikit histeris. Zain yang berada disamping Zena, mendengus kesal mendengarnya.
"Kok di bocorin sih, Kak," kata nya.
Ibu Alya dan Ayah Albi saling melempar senyum seketika.
"Alhamdulillah dong, Ibu sebentar lagi punya menantu baru."
"Kamu enggak pacaran kan, Zai?" tanya ayah Albi dengan mata yang terfokus kepada Zain.
Zain menggeleng, ia tersenyum tipis kepada sang ayah. "Enggak mungkin, Yah. Zain sedang ikhtiar, Zain baru sekali istikharah, kedepannya akan terus Zain lakukan lagi, Yah," jelas Zain.
Ayah Albi mengangguk, ia menepuk pundak sang anak bungsu dengan senyumnya. "Bagus, setelah itu, temui orang tuanya, minta izin untuk ta'aruf," nasihat Ayah Albi, membuat Zain mengangguk dan tersenyum.
"Iyaa, Yah. Terimakasih, mohon do'anya Bu, Yah."
Zena yang disebelah nya ikut tersenyum, ia merangkul sang adik dengan senyuman bangganya.
"Semangat jemput jodoh nya, Zai. Kakak yakin, kamu sama Zaira emang takdir."
**
Siang ini, Zaira tengah berada dikantin TK Al-Ikhlas bersama dengan Putri. Disana keduanya tengah menikmati batagor dengan tenang.
"Put," panggil Zaira.
"Kenapa?" tanya Putri.
"Tau engga?" Putri menggeleng. "Kan belum dikasih tau," ucapnya.
Zaira seketika tersenyum paksa. "Iya bener," katanya.
"Apaan sih, penasaran deh."
"Kamu inget ngga, Put? Cowo yang kita temuin pas di kondangan Bu Dida waktu itu."
"Inget, inget. Yang anak kecil itu kan?"
"Nah iya, Put!"
"Dia ternyata adik nya Bu Zena, kepala sekolah TK Albirru," jelas Zaira, membuat Putri membulatkan kedua bola matanya. "Serius? Demi apa?" tanya nya histeris.
"Iya, Put. Masa aku boong sih."
"Ya ampun, pantesan tuh cowo ganteng banget, Za. Bu Zena nya aja cakep full gak ketolongan," seru Putri seraya menopang dagu dengan kedua tangannya.
Zaira mengangguk membenarkan. "Aku heran, kenapa kak Zain bisa setampan itu," lirihnya.
"Apa, Za? Kak Zain?"
Putri seketika menatap Zaira penuh tanya. "Jadi, namanya Zain?" tanya Putri.
"Iya, Put," jawab Zaira.
"Definisi jodoh ga kemana ya, Za."
Zaira menautkan kedua alisnya bingung. "Maksud nya gimana?"
Putri seketika terkekeh pelan. "Siapa tau tuh cowo jodoh aku," ucapnya dengan percaya diri.
Zaira yang mendengarnya mendelik ke arah Putri, seakan tak suka dengan ucapan temannya ini.
"Mimpi!" Seru Zaira, kemudian berlalu dari sana.
**
"Biar saya antar," ucap Zain.
"Tidak usah kak, Zaira bisa pulang sendiri," tolak Zaira dengan halus.
"Tapi, ini sudah hampir gelap,"
Zaira terkekeh pelan, "Ini masih sore kak, Maghrib masih ada 2 jam-an lagi," katanya, membuat Zain menunduk.
"Zaira sudah pesan ojol," lanjut Zaira.
"Kamu bisa cancel," ujar Zain.
Zaira terdiam, kenapa Zain begitu ingin mengantar nya pulang. Namun belum sempat ia bertanya, tiba-tiba sebuah motor berhenti dihadapan keduanya.
"Permisi, atas nama mbak Zaira?" tanya si pengendara motor tersebut.
"Ah iya, Pak. Itu saya," jawab Zaira.
"Ayo mbak."
"Kak, terimakasih ya atas tawarannya, terimakasih juga atas jamuan nya, tolong titip salam ke Kak Zena, Zaira pulang, dan tolong bilangin, terimakasih untuk hari ini," ucap Zaira disertai senyuman hangatnya.
"Yasudah, kamu hati-hati ya, Za. Nanti saya sampaikan," kata Zain, tak lupa disertai senyuman nya.
"Assalamu'alaikum," pamit Zaira, dan bergegas naik ke atas motor.
Motor pun melaju meninggalkan Zain yang terdiam di depan gerbang panti dengan mata yang terus menatap ke arah laju motor yang ditumpangi Zaira.
"Wa'alaikumussalam Warahmatullah.."
Zaira mengakhiri cerita nya, membuat Anisa yang sedari tadi diam menyimak dan mendengarkan tiba-tiba bertepuk tangan.
"Speechless aku, Za."
"Jangan-jangan tuh cowo, emang naksir sama kamu, Za," lanjut Anisa dengan polosnya dia berkata seperti itu.
"Ngaco kamu."
"Tapi kan, Zaira," belum sempat Anisa melanjutkan perkataannya, Zaira sudah lebih dulu memukul lengan Anisa cukup kuat.
Plakkk
"Astaghfirullah, sakit woy," ringis Anisa seraya mengusap pelan lengannya.
"Abisnya, kamu kalo ngomong jangan ngaco dong. Mana mungkin kak Zain mau sama aku, dia ganteng nya Masya Allah banget, belum dia berasal dari orang yang berada, ya gak cocok sama aku, bagaikan langit dan bumi lah," gerutu Zaira pelan.
Anisa yang mendengarnya sedikit kesal dengan sahabatnya ini. "Tapi, Za! Di dunia ini, tidak ada yang tidak mungkin!" Pekik Anisa tepat dihadapan wajah Zaira, membuat sang empu terdiam dan menunduk seketika.
"Udahlah, jangan buat aku jadi berharap," ujar Zaira pelan.
**
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
KETEMU JODOH
SpirituellesJika yang diinginkan Zain adalah Zaira? Lantas apakah Zaira juga menginginkan Zain, sama seperti Zain menginginkan Zaira? -Selamat datang di KETEMU JODOH- Hallo temen kejo:v hehe itu panggilan buat pembaca di lapak ini yaaa :) MAKASIH BANYAK yang ud...