-16-

1.7K 272 77
                                    

Nih udah double 👀🤣

*
*

Chaeyoung meringis kecil ketika Lisa mengobati luka cambukan dipunggungnya itu.

"Hiks mianhe Eonnie. Semua ini terjadi gara gara aku" isak Lisa.

Chaeyoung membalikkan badannya san menatap sang adek. Dia menghapus air mata Lisa "Lisa-ya, ini bukan salah kamu. Eonnie saja yang gagal menjaga kamu" sahut Chaeyoung. Andai bisa, Chaeyoung ingin sekali kabur dari rumahnya itu namun dia masih memikirkan sang adek yang membutuhkannya. Lagian dia tidak boleh membuat keputusan yang terburu buru. Apa pun yang terjadi, Jisoo dan Haein tetap kedua orang tuanya dan dia tidak ingin menjadi anak yang durhaka. Dia akan terus bertahan selagi dia mampu.

"Lisa-ya, kembalilah kekamar. Kamu harus istirahat" ujar Jisoo memasuki kamar Chaeyoung diikuti oleh Jennie dibelakangnya.

"Eonnie, aku kembali kekamar dulu ya" pamit Lisa.

"Iya Li. Kamu istirahat saja. Jangan difikirkan soal Eonnie" sahut Chaeyoung mengecup jidat Lisa yang tertutup poni.

Dengan bantuan sang Eomma, Lisa berjalan menuju kekamarnya.

"Eonnie" langkah Jennie terhenti ketika Chaeyoung memanggilnya. Dia hanya menatap Chaeyoung tanpa bersuara.

"Apa Eonnie juga marah sama aku?" Tanya Chaeyoung.

"Eonnie kecewa sama kamu Chae. Kamu gagal menjadi Eonnie! Kamu bahkan tidak bisa menjaga adek kamu" ujar Jennie.

Chaeyoung tersenyum miris "Terus Eonnie fikir Eonnie sudah berjaya menjadi seorang Eonnie? Apa Eonnie memperlakukan aku seperti adek Eonnie?"

"Maksud kamu apa Chaeyoung?! Apa kamu cemburu melihat Eonnie memanjakan Lisa hah!?!

"Iya, aku cemburu!" Teriak Chaeyoung dengan nafas yang memburu "Hanya Lisa yang difikirkan oleh Eonnie! Eonnie bahkan tidak menjalankan peran sebagai Eonnie untuk aku!"

"Jangan seperti anak anak Chae! Kamu sudah gede! Sudah seharusnya mandiri! Jangan manja kamu!" Setelah itu, Jennie berganjak pergi dari sana dengan kesal.

Chaeyoung menghela nafasnya dengan kasar. Dia capek. Benar benar capek dengan alur hidupnya "Oma, Opa, kenapa kalian tinggalin aku? Aku mau bersama kalian" lirihnya yang merindui sosok orang tua sang Eomma yang dulunya selalu memanjakan dirinya.

"Harapanku hanya sederhana. Aku ingin bahagia" lirihnya.

*

Pagi harinya, Chaeyoung telat bangun namun dia tidak kelihatan terburu buru. Dia yakin kalau Jennie sudah berganjak menghantar Lisa kesekolah dan dia pasti ditinggalkan.

Dengan menggendong tasnya, Chaeyoung berganjak turun dari kamarnya.

"Chae, ayo makan" langkahnya terhenti ketika Jisoo memanggilnya. Dia menatap kearah meja makan dan terlihatlah sang Eomma dan Appa yang berada disana.

"Aku tidak lapar" datar Chaeyoung yang melanjutkan langkahnya.

"Jangan kurang ajar Chaeyoung!" Sentak Haein.

Langkah Chaeyoung terhenti. Dengan menahan air matanya, dia menghampiri kedua orang tuanya "Ada apa lagi? Kalian masih ingin menyalahkan aku?"

"Kamu jangan merasa sok tersakiti Chae! Lagian kamu memang salah!" Sahut Haein.

"Apa selama ini Appa pernah memukul Jennie Eonnie sama Lisa kalau mereka bikin kesalahan? Tidak pernah bukan? Tapi kenapa Appa memukul aku setelah aku melakukan sedikit kesalahan walaupun nyatanya itu bukan kesalahan aku?"

"Chae" tegur Jisoo.

Chaeyoung menatap kedua orang tuanya secara bergantian "Eomma, Appa, apa aku anak kalian? Kenapa aku diperlakukan berbeda?"

Jisoo dan Haein sontak bungkam. Mereka tidak ada jawaban diatas pertanyaan dari anak mereka itu.

"Maaf kalau kalian menganggap aku kurang ajar. Aku duluan" pamit Chaeyoung bergegas pergi dari sana.

Baru saja beberapa langkah dari area rumahnya, sebuah superbike berhenti didepannya "Ayo naik"

"Chanyeol?"

Chanyeol menarik Chaeyoung mendekat dan dia memakaikan helm kepada yeoja itu "Cepatan naik, kita sudah telat"

Chaeyoung tersenyum haru dan bergegas menaiki superbike sahabatnya itu. Akhirnya superbike yang dikendarai oleh Chanyeol meluncur laju menuju kesekolah.






*

Gara gara lagi jamkos, Chaeyoung bersama sahabatnya memutuskan untuk menongkrong di rooftop sekolah. Rooftop itu memang sudah tidak digunakan bahkan ianya seakan menjadi gudang penyimpanan barang.

Namun berkat tangan Chaeyoung yang aesthetic, rooftop itu dibersihkan dengan rapi dan ianya dapat dijadikan tempat untuk mereka menongkrong. Kunci rooftop itu juga dipegang oleh Mingyu yang memang menjadi ponakan kepada kepala sekolah.

"Kenapa tadi pagi kalian berangkat bersama?" Tanya Ryujin kepo.

"Tadi pagi gue sudah tiba disekolah tapi gue hanya melihat Lisa yang keluar dari mobil Jennie Nuna. Jadi gue memutuskan untuk ke rumah Chaeyoung karena gue fikir dia kembali ditinggal. Ternyata tebakan gue benar si" jelas Chanyeol.

"Kenapa lo kembali ditinggal Chae?" Tanya Mingyu.

"Keluarga gue marah sama gue gara gara Lisa yang jatuh dari tangga" sahut Chaeyoung.

"Jangan bilang kalau mereka menyalahkan lo!?" Tanya Ryujin

Chaeyoung mengangguk singkat "Mereka bilang gue gagal sebagai seorang Eonnie. Gue gagal menjaga adek gue sendiri"

"Apa apaan si!? Semua itu salah si Viona itu! Bukan salah lo!" Kesal Ryujin.

Chaeyoung membalikkan badannya dan menyibak bajunya. Ketiga sahabatnya sontak terbeku.

"K-kenapa?" Dengan tangan terketar ketar Ryujin memegang luka dipunggung Chaeyoung.

Chaeyoung kembali menurunkan bajunya. Dia menatap ketiga sahabatnya secara bergantian "Gue dicambuk sama Appa"

"Tidak mungkin" lirih Chanyeol.

"Gue sendiri saja kaget. Appa gue yang selama ini tidak pernah kasar malah memukul gue hanya gara gara masalah kecil yang bukan salah gue" ujar Chaeyoung tersenyum miris.

"Apa sudah diobati? Mendingan kita ke uks sekarang. Gue akan mengobati lo" ujar Ryujin khawatir.

"Sudah diobatin kok sama Lisa. Walaupun punggung gue yang luka, hati gue yang lebih sakit"

"Gue merasa seperti sahabat yang tidak berguna. Gue tidak bisa melakukan apa apa untuk membantu lo" lirih Ryujin.

"Tidak! Kalian sahabat terbaik gue. Dengan kalian yang terus berada disisi gue saja gue sudah merasa senang. Tetap disisi gue untuk selama lamanya ya" ujar Chaeyoung menatap ketiga sahabatnya secara bergantian.

"Kita akan tetap menjadi sahabat lo untuk selama lamanya. Kita tidak akan pernah meninggalkan lo" ujar Mingyu dengan yakin.

"Gomawo" ujar Chaeyoung tersenyum haru. Walaupun dia tidak mempunyai keluarga yang bisa memberinya kehangatan, dia tetap bersyukur karena bisa mempunyai sahabat yang sanggup menjadi sandarannya.










  Tekan
    👇

Hopeless ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang