k16: Pertemuan Yang Tak Pernah Damai

158 37 2
                                    

HAPPY READING
.
.
.
.
.
.
.
.

Kriiiingggg!
Bel istirahat berdering, seperti alarm kebebasan bagi para murid SMA Brijaya. Raka dan Geo baru saja selesai menjalani hukuman yang terasa panjangnya seperti seabad. 

Di lorong sekolah, Raka mampir ke toilet. Dengan wajah basah setelah membasuh muka, ia keluar, merasa lebih segar. Namun, harapannya untuk langsung ke kantin hancur seketika.

Langkahnya terhenti. Bukan karena sesuatu yang besar, melainkan seseorang yang menyebalkan.

Brak!
Tubuhnya menabrak seseorang. 

Seseorang yang selalu berhasil membuatnya kehilangan mood: Geo. 

“Lo lagi?!” seru Raka dengan nada kesal, memandang Geo seperti musuh bebuyutannya. 

Geo mendengus dan melipat tangan di dada. “Minggir, gue mau ke toilet!” 

Raka menyipitkan mata, nadanya semakin sinis. “sehari aja gak lihat muka lo, bisa gak? Gue muak banget, sumpah,!” 

Geo mendekat dengan tatapan menantang, menatap tajam, sambil menjawab santai, “Muak? Nih, gue lebih muak ngeliat muka lo yang, ugh, sok ganteng, nyebelin!.” 

Raka mendekat balik, tak mau kalah. “Eh, Denger ya, lo gak level buat ribut sama gue!, Gausa terlalu sokap sama gue, kita gak kenal!. Tapi ya udahlah, capek gue ngomong sama orang yang gak jelas.” 

Alih-alih minta maaf, Geo hanya mendengus pergi, menabrak bahu Raka yang menghalanginya untuk pergi ke toilet. Tingkahnya yang seenaknya membuat Raka mendengus kesal. “Dasar orang gila,” gumamnya, sebelum melangkah pergi ke kantin. 

***

Di kantin, Raka menemukan empat cowok duduk di meja pojok. Salah satunya adalah Bian, saudara kembarnya. ditemani tiga sahabat mereka: Gilang, Riyan, dan Bima.

“Lama banget sih, lo!” tegur Bian begitu Raka mendekat dan duduk. 

Raka hanya mendengus pelan sambil bersandar di kursi. 

“Cemberut amat muka lo,” goda Gilang, si cowok bermata sipit yang terkenal rusuh dan kelewat percaya diri. 

Riyan, yang selalu ceplas-ceplos, langsung menimpali, “Lagi PMS, mungkin.” 

Bima, si polos, mengerutkan dahi. “PMS itu apa?” tanyanya polos. 

Hening sejenak, sebelum meja itu pecah oleh tawa. Gilang bahkan tertawa sampai terbatuk-batuk. 

Raka yang tadinya bad mood, kini mulai tersenyum kecil. Ia membuka mulut untuk menjelaskan. “PMS itu—” 

Kalimatnya terpotong ketika Bian buru-buru menutup mulutnya. “Jangan ajarin dia yang aneh-aneh!” ucap Bian sambil memelototi Raka.

Mereka tertawa lebih keras, sementara Bima hanya ikut tersenyum, meski jelas tak paham apa yang lucu. Kepolosannya malah membuat mereka semakin terpingkal. 

***

15.10

Waktu terasa berlari, bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Para murid berhamburan keluar kelas, semangat menuju gerbang sekolah. 

“Kita cabut duluan ya, bro!” ujar Gilang sambil memasang helm. 

“Duluan ya, Ka, Bi, Ma!” tambah Riyan, sebelum melajukan motornya bersama Gilang. 

Raka, Bian dan Bima mengangguk sambil melambaikan tangan. 

“Kamu gak mau aku antar?” tawar Bian kepada Bima, yang tampak berdiri santai di dekat pagar sekolah. 

Bima menggeleng cepat. “Enggak, aku nunggu sopir aja. Kalian duluan aja.” 

“Yaudah, kita tunggu sampai sopir lo datang,” ujar Raka. 

“Ngga usah. Sopir aku pasti datang kok. Cabut aja kalian.” 

"Hshhhhh diem!" Potong Raka.

Baru saja ia selesai bicara, sebuah mobil hitam berhenti di depan gerbang. Tin-tin!

“Nah, Itu dia! Aku duluan ya!” seru Bima sambil berlari kecil ke arah mobil. Ia melambaikan tangan sebelum masuk. 

Raka dan Bian membalas lambaian itu dengan senyum kecil. 

Tiba-tiba, Bian menyenggol bahu Raka. “Siapa cepat sampai rumah, dia yang menang!” Seru Bian tiba-tiba, tanpa aba-aba, ia langsung menyalakan motor dan tancap gas.

“Heh, curang lo!” Raka buru-buru menyalakan motornya dan mengejar, meninggalkan halaman sekolah yang kini mulai lengang.

***

Next...

Ig: wp_ayayti1
Tt: ayayti

KARAFERNELIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang