❄️Fifteen❄️

1.6K 151 7
                                    

Zalio mengintip punggung Renzo yang menjauh dari celah pintu kamar yang ia buka sedikit. Setelah punggung kakaknya itu sudah tidak terlihat, Zalio kembali menutup pintu kamarnya. Lalu kembali bersandar di balik pintu itu. Memikirkan apa kakaknya itu baik-baik saja? Sebenarnya Zalio bingung kenapa Renzo bisa ada di mansion. Bukannya sang kakak harusnya masih berada di rumah sakit. Anggota keluarganya juga tumben tidak terlihat berada di dekat Renzo. Biasanya selalu ada yang mengikuti kemanapun Renzo pergi. Khususnya si Zelo yang tidak pernah bisa jauh-jauh dari Renzo.

Cukup lama Zalio berdiam diri di balik pintu kamarnya. Sampai terdengar suara ketukan yang membuat dirinya tersentak.

Zalio ragu mau membuka pintu. Kira-kira siapa kali ini yang mengetuk pintu kamarnya. Masa iya Renzo yang balik lagi menghampirinya. Tapi tidak mungkin secepat ini, karena tadi kakaknya itu terlihat tidak baik-baik saja.

"Zalio buka pintunya!"

Ah ternyata Zelo yang mengetuk pintu.

Zalio lantas membuka pintu kamarnya dengan malas.

"Renzo ada nyamperin lo kesini gak? Tadi katanya dia mau istirahat di ruang keluarga sambil nunggu lo keluar kamar. Tapi sekarang dia gak ada di ruang keluarga." Tepat saat pintu kamar sudah terbuka, Zelo langsung melemparkan pertanyaan pada Zalio yang menampilkan wajah datarnya, seperti biasa.

Sudah Zalio katakan bahwa Zelo itu tidak bisa jauh-jauh dari Renzo. Selalu Renzo yang Zelo dan anggota keluarganya itu pedulikan. Selalu dicari setiap atensinya tidak terlihat oleh indra penglihatan mereka. Walau hanya sebentar.

Berbanding terbalik dengan dirinya yang tidak pernah diperdulikan. Mungkin jika dirinya menghilang, Zelo ataupun anggota keluarganya yang lain tidak akan ada yang mencarinya. Karena dirinya bukanlah seseorang yang penting bagi mereka.

"Heh, Zalio, lo dengerin gue ngomong gak? Lo budek atau beneran bisu?" Zelo tersulut emosi melihat respon Zalio yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya. Adiknya itu malah bengong dengan raut wajah yang masih datar dan tidak mau menatapnya.

"Gak tau! Cari aja sana sendiri!" Zalio melirik Zelo sekilas untuk menjawab pertanyaan Zelo. Lalu kembali menutup pintu kamarnya dengan keras.

Zelo menarik napas dalam, emosinya sudah mencapai ubun-ubun, siap meledak. Kekesalannya pada Zalio beberapa hari yang lalu saja belum reda, kini malah semakin bertambah.

"BANGSAT BANGET YA LO EMANG! GUE NANYA BAIK-BAIK! DASAR ADEK DURHAKA!" Lagi-lagi emosi Zelo dibuat meledak karena Zalio. Heran, punya adik hobi banget mancing emosi.

"Ada apa, Ze? Kenapa teriak-teriak?" Lusi datang dari arah dapur, mendengar suara nyaring yang berasal dari salah satu putranya.

"Ada tikus, ma.. ngeselin banget!" Jawab Zelo asal. Menoleh ke arah Lusi yang berjalan mendekat.

"Hah, tikus? Dimana? Kok bisa ada tikus? Sebelumnya di mansion gak pernah ada tikus loh!" Lusi berjengit kaget mendengar kata tikus. Langkahnya memundur, tidak jadi mendekati Zelo. Kapalanya celingukkan melihat ke bawah, menelusuri setiap sudut ruangan. Tapi Lusi juga sedikit tidak percaya. Bagaimana bisa ada tikus di mansion mereka yang sangat bersih dan rapi itu.

"Udah gak ada kok, ma. Dia udah masuk lagi ke sarangnya." Zelo menghampiri Lusi yang terlihat panik.

"Oh iya, mama liat Renzo gak?" Tanya Zelo kemudian, saat teringat tujuan utamanya yaitu mencari Renzo.

"Renzo? Bukannya tadi kalian bawa dia ke kamar supaya bisa istirahat?" Tanya Lusi heran. Sejak tadi ia sibuk berkutat di dapur, membuat bubur kacang hijau untuk Renzo. Jadi tidak tahu kalau ternyata Renzo tidak berada di kamarnya.

KARENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang