❄️Empat❄️

2.7K 171 7
                                    

Pada akhirnya Renzo pasrah, ia memilih tidur dengan Zelo dari pada kamarnya harus di pasang cctv oleh sang papa. Tentu saja ia tidak mau. Ia 'kan juga butuh privasi. Jika di pasang cctv ia akan merasa di awasi selama 24 jam. Sedangkan kalau tidur dengan sang kembaran, hanya malam hari saja ia di awasi.

Bagi penderita asma, kambuh di malam hari termasuk hal yang wajar. Apalagi ada pemicu yang menjadi penyebab asma nya bisa kambuh.

Sekarang jam 2 dini hari, asma Renzo kembali kambuh karena udara dingin di dalam kamar dan penyebabnya adalah suhu AC yang terlalu rendah. Sebelum nya ia tidak pernah menyalakan AC saat malam hari. Tapi karena sekarang ia tidak tidur sendiri, jadilah AC nya menyala. 

"Maafin gue ya, Ren. Gue lupa kalo lo gak bisa tidur pake AC pas malam." Ucap si pelaku yang menyalakan AC di kamar nya itu. Siapa lagi kalau bukan Zelo- kembarannya.

Zelo terus meminta maaf sembari tangan nya sibuk menyiapkan nebulizer sebagai obat uap untuk Renzo. Untungnya tadi sebelum tidur ia sudah belajar bagaimana cara menggunakan nebulizer dari sang papa. Karena otak Zelo yang encer, tidak sulit baginya untuk mengingat dalam sekali belajar.

Renzo duduk bersandar pada bantal yang terselip di headboard. Ia tidak bisa membalas permintaan maaf dari kembarannya itu karena tengah kepayahan menghirup oksigen. Sejak tadi ia terus terbatuk beberapa kali di sertai deru napas yang terdengar mengi. Ia sudah menyemprotkan inhaler tapi napasnya tidak kunjung membaik.

"Nih hirup ya.. napas pelan-pelan!" Zelo memasangkan masker yang sudah mengeluarkan uap ke hidung dan mulut Renzo.

"Maaf ya, Ren." Ucap Zelo lagi. Renzo masih tidak membalas. Ia memejamkan mata. Bertarung dengan udara itu sungguh melelahkan.

"Lo tidur aja ya, gue jagain sampe obat nya habis." Zelo berujar sembari memperbaiki posisi bantal di punggung Renzo agar posisi tubuh kembarannya itu bisa lebih nyaman.

Hanya menatap Renzo yang nampak sudah mulai terlelap dengan dada yang naik turun secara teratur saja, itu sudah cukup membuat Zelo bahagia. Tanpa sadar sudut matanya berair. Ia tidak bisa membayangkan kalau suatu saat sosok yang berada di hadapan nya itu pergi dari kehidupan nya. Mungkinkah nanti ia tetap bisa melanjutkan hidup tanpa adanya Renzo disisi nya?

Zelo segera menepis pikiran-pikiran buruk itu. Ia berharap Renzo bisa hidup lebih lama darinya, agar ia tidak merasakan yang namanya kehilangan seseorang yang disayang.

🍀🍀🍀


"Parah Lo, Ze! Udah tau kalo kembaran nya itu bengekan malah nyalain AC malem-malem," ujar Farhan sambil geleng-geleng kepala.

"Pecat aja jadi kembaran lo, Ren! Terus ganti gue yang jadi kembaran lo," Abin merangkul pundak Renzo sembari tersenyum dan menaik turunkan kedua alisnya.

Hari ini si kembar kembali masuk sekolah. Saat baru datang tadi mereka langsung di seret menuju kantin oleh dua sahabat nya itu.

"Mana bisa! Lo sama Renzo kaga ada mirip-mirip nya sama sekali. Mana bisa jadi kembaran!" Zelo yang membalas tidak terima.

"Jadi kembaran atau saudara gak harus mirip kali." Ujar Abin.

"Ya harus mirip lah, walaupun sedikit! Kalo gak mirip sama sekali itu berarti bukan saudara kandung!" Balas Zelo menegaskan.

"Kata siapa? Lo sama Zalio aja kaga mirip. Lo ganteng tapi masih gantengan Zalio!" Bukan Abin yang berujar melainkan Farhan yang duduk disebelah Zelo.

"Inti nya kan kita sama-sama ganteng!" Ujar zelo dengan percaya diri.

"Tapi serius loh, kalian berdua tuh gak mirip sama Zalio. Jangan-jangan kalian bukan saudara kandung!" Perkataan dari Farhan itu tidak langsung dibalas oleh sikembar ataupun Abin. Karena mereka sedang sibuk menghabiskan camilan masing-masing.

KARENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang