❄️Enam belas❄️

1.5K 138 13
                                    

"Renzo, bangun dulu, sayang." Lusi duduk di pinggir kasur, sembari mengusap kepala Renzo dengan lembut.

Tadi sore, selepas si kembar selesai memakan bubur kacang hijaunya, Lusi menyuruh mereka berdua untuk beristirahat di kamar. Lusi pun juga berencana ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak. Namun tidak disangka Lusi malah ketiduran. Saat terbangun, Lusi teringat dirinya dan putra-putranya itu belum makan malam. Mereka bahkan melewatkan sholat maghrib dan isya. Lusi terkejut saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Nando lembur, jadi tidak ada yang membangunkannya. Darzen juga belum pulang. Sedangkan maid sudah pulang dari sore. Mereka memperkerjakan maid memang dari pagi hingga sore saja. Biasanya saat malam Lusi lah yang menyiapkan sendiri makan malam untuk keluarganya. Jika Lusi pulang kerja lebih awal, ia akan memasak. Namun jika Lusi lembur, ia akan memesankan makanan online. Untung tadi sore Lusi sudah sempat memasak untuk makan malam dibantu oleh maid, sebelum maid pulang. Jadi ia tinggal menghangatkan saja.

Setelah mengqodho sholat maghrib dan isya, Lusi pun bergegas menuju kamar putra-putranya sembari membawakan makan malam untuk Renzo, sekaligus mengajak Zelo untuk makan malam.

Setibanya di kamar Renzo, ternyata dua putra kembarnya itu masih nampak terlelap.

"Ren, bangun dulu, yuk." Lusi mengulang kalimatnya untuk membangunkan putranya itu.

"Hmm? Makan malam ya, ma?" Renzo menjawab dengan gumaman. Lalu bertanya sambil membuka mata.

"Iya, tapi sudah lewat jam makan malam ini. Mama tadi ketiduran. Cepat bangun dulu, yuk. Kamu juga belum minum obat, kan?"

Renzo mengerjap, melirik jam dinding di kamarnya. Sudah jam 9 lewat 15 menit.

"Zalio gimana? Udah mama samperin ke kamarnya ajak makan malam?" Renzo langsung teringat Zalio. Ia khawatir karena adiknya itu pasti belum makan malam juga.

"Belum, abis ini mama samperin Zalionya. Mama nyamperin kamu duluan, karena kamu udah telat banget belum minum obat. Itu udah mama bawain makan malamnya. Cepat dimakan, abis itu langsung minum obat."

Lusi beralih melangkah ke sisi kasur satunya, ingin membangunkan Zelo.

"Aku mau makan malam bareng kalian di ruang makan, ma." Ujar Renzo.

"Emangnya udah kuat jalan?"

"Kuat kok. Udah gak terlalu lemes. Kan udah tidur lumayan banyak. Aku mau makan bareng kalian. Bareng Zalio juga." Jawab Renzo menatap Lusi yang berdiri di samping kasur.

"Yaudah, tapi diminum dulu obatnya."

"Kan belum makan malam, ma. Nanti aja abis makan, baru minum obat. Udah terlanjur telat juga. Lagian aku baik-baik aja kok."

"Ya karna udah telat, jangan malah tambah ditelat-telatin lagi, Ren. Minum dulu sebentar. Gak sampe lima menit."

"Nanti aja, ma. Abis makan malam. Ya?!" Ujar Renzo dengan wajah memohon.

Belum sempat Lusi menjawab, Renzo kembali bersuara sembari turun dari kasur, "Aku ke bawah duluan ya, ma. Biar aku aja yang nyamperin Zalio, sekalian coba bujuk dia supaya mau  ikut makan malam bareng." Ujarnya, lalu meraih nampan berisi makanan yang dibawa Lusi tadi, "ini sekalian aku bawa ke bawah ya, ma."

Renzo selalu antusias jika sudah menyangkut adiknya. Membuat Lusi tidak tega untuk melarang.

"Beneran udah kuat jalan sendiri? Kalo belum kuat, nunggu sekalian aja sama Zelo. Biar dibantu jalan," Balas Lusi, lalu beralih pada Zelo yang masih tidak terusik tidurnya, "Ze, bangun. Kamu mau makan malam gak?" Katanya sambil menggoyang bahu putranya itu.

KARENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang