❄️Twenty one❄️

1.8K 144 16
                                    

"Mulut lo kenapa bisa berdarah?" Zelo kembali melemparkan pertanyaan karena bukannya menjawab, kembarannya itu malah melamun.

"Ren?"

Renzo mengerjap, kemudian menatap Zelo dan menampilkan senyumannya lagi.

"Ini bukan darah gue. Lo tau 'kan gue itu kayak vampir yang selalu haus darah. Jadi tadi tuh gue abis gigit leher tikus yang ada di kamar mandi, terus gue hisap darahnya." jawab Renzo ngarang. Kemudian ia meringis sendiri. Sempat-sempatnya ia melawak disaat sedang menahan sakit begini. Mana garing dan menjijikan pula candaan nya.

"Jangan ngaco! Gue serius nanya!"

Nah 'kan Zelo aja jadi ngegas.

Sembari masih meringis, Renzo terkekeh pelan.

"Gigi gue yang berdarah," ujar Renzo kemudian, sembari mulai melangkah.

Zelo membantu kembarannya melangkah menuju kasur dengan dahi mengernyit.

"Gusi maksud lo?" Ujar Zelo, meralat perkataan Renzo.

"I-iya, gusi. Emang lo dengernya gue bilang apa?"

"Gigi,"

"Lo congek berarti, Ze. Mesti dikorek itu telinga lo," ujar Renzo yang sudah duduk di tepi kasur.

Percayalah, saat ini Renzo benar-benar sedang  berusaha keras menyembunyikan rasa sakitnya agar Zelo tidak khawatir.

Zelo hanya menanggapi dengan dengkusan, lalu mengambilkan selembar tisu yang berada diatas nakas, kemudian ia sodorkan pada Renzo untuk mengelap tangan dan bibir yang ada noda darahnya.

"Kok bisa banyak gitu sih darahnya. Sakit gak?"

Sakit banget, Ze. Tapi yang sakit dada gue bukan gusi.

Jawab Renzo. Namun hanya didalam hati. Renzo tidak ingin mengungkapkan kesakitannya itu pada Zelo.

"Lo mau pakai inhaler atau nebu?"

"Hmm?"

"Napas lo sesak, kan? Gue tau! Jangan kebiasaan ditahan, Ren. Kekurangan oksigen bisa bahaya. Jangan disepelekan!" Omel Zelo.

Zelo kesal karena ia tahu sejak tadi   napas Renzo terdengar berat tapi kembarannya itu malah menahan rasa sesaknya supaya terlihat baik-baik saja. Seperti biasa.

Kepala Renzo langsung menunduk. Ternyata ia tidak berhasil menyembunyikannya dari Zelo.

Apa memang sejelas itu ya kalau napasnya sesak?

"Jadi mau pakai inhaler atau nebu?" Zelo mengulang pertanyaannya.

"Gak usah,"

"Ren, plis jangan batu!"

"Inhaler aja," jawab Renzo dengan malas. Kepalanya masih menunduk.

Zelo lantas mengambilkan inhaler yang tersimpan di laci, lalu memberikannya pada Renzo.

Renzo menerima inhaler itu tapi tidak langsung menggunakannya dan malah digenggam saja.

"Ze, lo muak gak sih liat gue yang kayak gini terus? Grandpa aja keliatannya mulai muak sama gue dan gue pun juga udah muak sama diri gue sendiri. Lo juga pasti muak, kan, sama gue, Ze?"

Zelo nampak terkejut mendengar kembarannya tiba-tiba berkata begitu. Sudah pasti ini karena Grandpa yang sering mengatakan hal-hal menyakitkan pada Renzo. Kembarannya itu jadi semakin tertekan.

Zelo menghela napas sembari menarik kursi belajar, lalu meletakkan kursi itu tepat dihadapan Renzo yang duduk di tepi kasur. Kemudian Zelo mendudukkan diri di kursi itu, memandang lurus ke arah sang kembaran.

KARENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang