❄️Empat belas❄️

1.6K 147 13
                                    

"Baru pulang dari rumah sakit harusnya udah lebih sehat, bugar, tapi kok ini malah masih lemes," Renzo yang baru akan melangkah turun dari mobil, langsung melontarkan keluhan.

Seperti kesepakatan, Renzo pulang di hari ke 5 setelah rawat inap di rumah sakit. Sekarang ini mobil yang Renzo tumpangi beserta anggota keluarganya yang lain baru saja tiba di depan mansion. Nando dan Darzen juga ikut menjemput di tengah kesibukannya masing-masing, mereka berdua menyempatkan diri untuk membawa Renzo pulang.

"Siapa suruh batu banget dibilangin?! Lo harusnya di rawat seminggu, tapi malah minta pulang dihari kelima." Zelo yang sudah turun dari mobil lebih dulu lantas menyahuti kembarannya.

"Dikorting dua hari doang, gak ngaruh kali. Gue lemes ini gara-gara lo yang gak bolehin gue banyak tidur. Jadinya tidur gue kurang. Istirahat gue juga kurang." Balas Renzo sedikit kesal. Lalu melangkah turun dari mobil, dibantu Lusi.

"Sini abang gendong." Darzen menawarkan punggungnya pada sang adik.

"Gak usah, bang. Biar Zelo aja yang gendong gue. Ze, lo harus tanggung jawab karna udah bikin gue lemes kayak gini. Buruan gendong gue sampe ke kamar!" Renzo menolak di gendong abangnya dan malah beralih mentitah sang kembaran.

"Gue mana kuat gendong lo, Ren. Ntar malah jatuh. Lo mau balik masuk rumah sakit lagi gara-gara nyium lantai?!"

"Gak ada alesan. Badan gue ringan. Gak mungkin lo gak bisa gendong. Nanti kalo bang Darzen sama papa lagi gak ada di mansion, gue minta tolong siapa lagi, kalo bukan sama lo. Jadi sekarang latihan. Buruan, Ze! Gue gak kuat berdiri lama." Ujar Renzo memaksa.

"Kamu pasti bisa, Ze. Abang bantu pegangin biar kalian gak jatuh." Darzen menyemangati adiknya.

"Iya, papa juga jagain ini dari belakang." Nando juga ikut bersuara. Mendukung keinginan Renzo yang ingin digendong oleh Zelo.

Zelo mendengkus. Sepertinya mereka sengaja ingin mengerjainya. Zelo tidak punya pilihan selain menuruti keinginan kembarannya yang minta digendong.

Nando dan Darzen lantas membantu Renzo naik ke punggung Zelo. Lusi hanya memandangi mereka berempat dengan senyuman. Lalu melangkah lebih dulu memasuki mansion.

◾◾◾◾

"Stop dulu, Ze. Gue mau ke kamar Zalio bentar." Renzo menghentikan langkah Zelo yang akan melewati kamar Zalio.

"Kalo lo turun disini, gue gak mau gendong lagi. Pokoknya sekali pemberhentian aja." Ujar Zelo menyahut sebelum kembali melanjutkan langkahnya.

"Lah, udah kayak naik pesawat aja, sekali pemberhentian. Bentar doang, Ze.. please."

Zelo tidak menghiraukan dan tetap melangkah melewati kamar si bungsu.

"Ke kamar Zalio nya nanti aja, ya. Tadi katanya masih lemes. Pulihin dulu tenaganya. Zalio juga pasti capek baru pulang sekolah." Nando yang berjalan di belakang si kembar, memberi pengertian pada Renzo.

"Iya, lo tau sendiri Zalio kalo lagi capek, sering ngamuk-ngamuk. Kek cewek lagi pms. Jadi ntar aja lo samperinnya. Biarin dia istirahat dulu." Zelo ikut menambahkan.

"Yaudah deh. Gue juga mau tidur dulu kalo gitu."

"Gak ada tidur jam segini. Malam baru lo boleh tidur!" Sahut Zelo, lagi-lagi melarang Renzo tidur.

"Terus gimana gue mau istirahat, kalo Lo gak bolehin gue tidur? Gue butuh tidur nya sekarang bukan ntar malem!"

"Ya lo nanti baring aja tapi jangan merem!"

"Ah, bodo amat! Pokoknya gue mau tidur, sambil merem!" Balas Renzo. Ia sudah tidak ingin menuruti larangan kembarannya.

"Gue gak mau jaga Zalio kalo gitu!" Ujar Zelo mengeluarkan jurus ancamannya lagi.

KARENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang