❄️Nine❄️

2K 157 18
                                    

Saat Renzo membuka mata, sudah ada Zelo di ruang rawat. Duduk disamping ranjangnya. Itu berarti sekarang sudah sore. Cukup lama ia tertidur dan sesak di dadanya masih belum juga hilang. Di hidung nya masih terpasang nasal cannula untuk membantunya bernapas. Apa paru-parunya sudah semakin rusak? Sampai hampir seharian ini ia membutuhkan alat bantu pernapasan.

"Gue udah bilang 'kan, pas gue pulang sekolah, Lo harus udah baik-baik aja. Tapi ini apa? Lo masih pake itu, berarti lo belum baik-baik aja!" Ujar Zelo seraya menunjuk nasal kanula yang berada di hidung kembaran nya.

"Lo pikir gue mau pake ini terus?" Sahut Renzo ketus dengan suara lemah.

"Pokok nya malam ini gue mau nginep disini. Besok juga gue gak mau sekolah, gue mau nemanin lo sampe kondisi lo membaik!"

"Jangan, Ze.. lo harus sekolah. Lo harus jagain Lio," Renzo mencoba bangun dari posisi berbaring nya.

"Ngapain bangun? Udah baring aja. Lo masih lemes, kan?"

Renzo menghela napas. Ya, memang masih sangat lemas. Renzo lantas mengurungkan niatnya untuk duduk dan kembali berbaring.

"Lo harus sekolah. Kalo lo gak sekolah, ntar siapa yang jagain Lio disana?" Renzo mengulang lagi kalimat nya.

"Gue bisa titip ke Abin sama Farhan. Lo tenang aja, di sekolah Lio aman sama mereka. Lagian lo tuh kenapa sih takut banget Lio kenapa-napa? Dia itu udah bukan anak kecil lagi, Ren. Dia bisa jaga diri sendiri,"

"Lio adek kita, Ze.. walaupun udah bukan anak kecil lagi, sebagai kakaknya, kita harus tetap jaga dia," Ujar Renzo menatap wajah yang sedikit mirip dengannya itu.

"Iya, Terserah lo! Tapi gue tetap mau bolos. Dah, mending lo tidur lagi, biar cepat enakan!"

"Gue baru aja bangun, malah di suruh tidur lagi. Lo aja sana yang tidur!"

"Nggak, gue gak ngantuk."

"Oh iya, mama mana, Ze?" Tanya Renzo, baru sadar mama nya tidak berada di ruang rawatnya.

"Keluar, katanya sih ada yang mau dibeli." jawab Zelo.

"Ooh."

"Kenapa? Lo butuh sesuatu?"

"Enggak, gue cuma nanya doang. Tolong nyalain tv dong, Ze.. bosen nih."

"Remotnya mana?"

"Gak tau, coba aja cari di laci nakas."

Zelo beranjak dari duduk nya. Melangkah ke arah nakas yang berada tepat di bawah tv yang menempel di dinding ruangan itu. Membuka laci nakas dan menemukan yang dicari. Zelo kembali melangkah ke samping ranjang, menyerahkan remote tv itu pada Renzo. Kemudian duduk kembali di kursi, lalu mengeluarkan handphonenya dari saku celana. Zelo sedang tidak ingin menonton tv. Jadi Zelo biarkan Renzo memilih acara tv yang diinginkan sesuka hati.

"Ze, tolong naikin suhu ac nya dong." Pinta Renzo lagi.

Zelo yang baru saja membuka kunci di layar handphonenya lantas beranjak lagi mencari remote AC, "remotenya mana?"

"Nih," Dengan polosnya Renzo mengangkat remote tv yang ada di genggamannya.

"Bukan remote tv, ogeb! Emangnya remote tv bisa buat ngatur suhu ac?"

"Oh, makanya ngomong yang jelas kalo lo nanya remote AC. Cari aja sana dekat situ! Tadi mama sih yang terakhir pegang."

"Udah dapat!" Zelo meraih remote AC yang berada di atas nakas. Terhalang kotak tisu. Jadi tidak terlihat jika tidak mendekat.

"Lo kebiasaan nanya dulu, baru nyari. Harusnya nyari dulu, kalo gak ketemu, baru nanya!" Ujar Renzo sedikit menggerutu.

"Lo udah bisa ngomel gitu, berarti udah enakan nih. Tuh 'kan kalo ada gue, kondisi lo pasti cepat membaik. Udah gue bilang, kekuatan lo tuh ada di gue. Makanya lo gak boleh jauh-jauh dari gue!" Balas Zelo sembari menekan tombol di remote AC untuk menaikkan suhunya, agar tidak terlalu dingin.

KARENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang