❄️Delapan belas❄️

1.7K 147 4
                                    

"Lio, mama bisa minta tolong ke kamu, samperin kak Zelo? Bilangin ke dia, beli nebulizer portabel aja kalau ada. Gak usah inhaler. Kondisi Renzo kayaknya lagi agak susah kalau pakai inhaler. Jadi mending pakai nebulizer aja, biar lebih mudah dihirup. Obatnya juga lebih efektif kalau pakai nebulizer. Tolong ya, nak." Ujar Lusi pada Zalio yang sedang bengong memandangi Renzo yang masih kesulitan bernapas itu. Mendengar sang mama berbicara padanya, Zalio langsung tersadar, kemudian ia mengangguk.

"Ini uangnya. Makasih ya, sayang."
Lusi memberikan beberapa lembar uang berwarna merah kepada putra bungsunya. Tadi ia tidak sempat memberi Zelo uang, karena Zelo keburu turun dari mobil.

Zalio lantas menerima uang itu, lalu keluar dari mobil lewat pintu sebelah kiri juga.

Di dalam apotek, Zelo terlihat tengah sibuk berkutat dengan sesuatu yang berada diatas meja kecil. Zalio tidak tahu kakaknya itu sedang apa. Ia langsung berlari saja menghampiri Zelo. Karena apotek itu cukup luas.

"Kata mama beli nebulizer portabel aja kalo ada, gak usah inhaler. Ini uangnya." Ujar Zalio sembari menyerahkan uang yang dikasih Lusi tadi pada Zelo yang menoleh kearahnya sekilas. Zalio sudah berdiri di samping Zelo dengan napas yang ngos-ngosan karena habis berlari.

"Iya, ini gue udah beli nebulizer portabel. Gue tau kalo Renzo udah kambuhnya kayak gitu, inhaler aja gak bakal mempan. Makanya gue langsung beli nebulizer portabel aja. Untung disini ada. Uangnya lo kasih balik aja ke mama. Udah gue bayar pake uang gue." Balas Zelo.

Ternyata yang berada diatas meja kecil itu adalah nebulizer portabel dan Zelo sedang menyiapkannya, supaya di dalam mobil nanti Renzo bisa langsung menggunakan benda itu. Setelah selesai menuangkan obat cair ke dalam cangkir nebulizer dan  menyambungkan corong/masker mulut. Zelo lantas segera berlari kembali menuju mobil. Zalio langsung mengikuti, berlari di belakang Zelo.

Sesampainya di samping mobil Zelo membiarkan Zalio masuk ke dalam mobil lebih dulu, baru setelah itu dirinya yang masuk.

Di dalam mobil, Lusi yang sudah terduduk ditengah-tengah antara bangku jok kemudi dan bangku jok yang Renzo duduki itu, terlihat sedang merangkul tubuh Renzo dengan sebelah tangan terus mengusap dada sang putra dan masih membantu putranya untuk mengatur napas. Renzo benar-benar sudah terlihat sangat lemas.

"Pegangin bentar." Ujar Zelo, meminta Zalio yang sudah duduk disebelahnya itu untuk memegang nebulizer portabel selagi ia menaikkan sandaran jok yang ditempati Renzo.

Kemudian Zelo memajukan tubuhnya untuk membantu Lusi menegakkan tubuh Renzo agar bersandar pada sandaran jok yang sudah dinaikkan.

Lalu Zelo mengambil kembali nebulizer portabel dari tangan Zalio, menyalakan benda itu dan menempelkan masker nebulizer ke hidung dan mulut Renzo. Nebulizer portabel tidak perlu disambungkan ke listrik karena menggunakan baterai.

"Biar gue aja yang pegang. Lo hirup aja obat uap nya pelan-pelan." Zelo mencegah tangan Renzo yang akan mengambil alih nebulizer portabel dari tangannya untuk dipegang sendiri.

"Sekarang kita ke rumah sakit, ya." Lusi sudah menggeser tubuhnya, kembali duduk dikursi kemudi dan bersiap menjalankan mobilnya lagi.

"Eng-gak." Renzo bersuara lirih dibalik masker nebulizer.

Lusi menoleh sembari menghela napas dan menatap Renzo, "napasnya udah enakan?" Tanyanya.

Renzo mengangguk lemah.

"Bener, ya? Awas kamu bohong! Kita langsung pulang aja kalo gitu."

Mobil pun mulai melaju dengan kecepatan sedang.

Zelo yang duduk diujung jok dengan tubuh condong kedepan karena sedang memegangkan nebulizer portabel untuk Renzo itu, merasa sedikit tidak nyaman dengan posisi tubuhnya yang duduk nungging. Posisi duduk seperti itu juga sebenarnya bisa berbahaya untuk dirinya jika sang mama tiba-tiba mengerem secara mendadak. Karena tubuhnya bisa langsung nyungsep kedepan.

KARENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang