❄️Seven❄️

2.2K 171 4
                                    

Menangis membuat Renzo jadi mengantuk. Ia lantas memejamkan mata nya dan tak lama remaja itu pun tertidur. Darzen sudah keluar dari kamar Renzo untuk membersihkan badannya yang terasa lengket karena seharian beraktivitas, disusul Nando yang juga ikut melangkah keluar karena menerima panggilan telepon.

Menyisakan Lusi yang masih berada di sana, memandang wajah putranya yang selalu nampak pucat. Sudah lama ia tidak melihat wajah cerah dan segar dari putranya itu. Kondisi Renzo yang akhir-akhir ini sering menurun, membuat rona di wajah putranya itu semakin hilang.

Lusi mengalihkan pandang saat pintu kamar terbuka dan menampilkan sosok Zelo dengan rambut yang masih terlihat agak basah.

"Renzo baru aja tidur. Biarin aja dia tidur dulu sebentar. Nanti pas dekat Maghrib baru kamu bangunin, ya. Mama mau masak dulu buat makan malam." ujar Lusi seraya beranjak dari kursi.

"Iya, mah." balas Zelo. Lalu mendaratkan bokong nya di kursi yang tadi menjadi tempat duduk Lusi. Mama nya itu sudah keluar dari kamar Renzo.

▪️▫️▪️▫️

Lima menit sebelum adzan Maghrib berkumandang, Zelo membangunkan Renzo. Sekarang Zelo sedang menunggu kembaran nya itu di depan pintu kamar mandi. Renzo tidak kuat jalan sendiri, jadi Zelo menuntun nya. Ia sempat menawarkan diri untuk menemani Renzo sampai ke dalam kamar mandi, karena tubuh Renzo terlihat sangat lemas. Ia takut kembaran nya itu terjatuh. Tapi Renzo menolak dan mengatakan bisa sendiri.

"Ren, lo baik-baik aja 'kan di dalem?" Tanya Zelo khawatir, karena tidak mendengar suara apapun dari dalam kamar mandi.

"Ren?" Panggilnya sekali lagi.

"Gue masuk ya?" Ujar nya sembari menyentuh knop pintu. Sengaja tidak di kunci karena itu kesepakatan yang Zelo berikan untuk membolehkan Renzo masuk ke kamar mandi sendirian.

Tidak kunjung mendapat sahutan dari sang kembaran, Zelo lantas segera membuka pintu itu.

Betapa paniknya ia saat melihat Renzo tengah berjongkok sambil menunduk dengan tangan berpegangan pada westafel.

"Kenapa jongkok? Jangan bilang kalo lo abis jatoh?" Tanya Zelo khawatir. Ia ikut berjongkok di samping renzo.

Renzo menggeleng, "Kepala gue pusing banget. Kalo buka mata kayak ada kunang-kunang nya gitu." Jawab nya lirih dengan mata terpejam.

"Tadi gue udah bilang, kan? Lo tuh gak bisa sendiri.. Ngeyel banget sih dibilangin!" Zelo membantu kembaran nya itu berdiri dengan sedikit mengomel.

"Gue mau ambil wudhu.. Lo bantuin, ya?" Pinta Renzo, ia membuka mata nya yang nampak sayu, menatap ke arah Zelo.

"Kalo gak kuat, gak usah di paksa. Lo kan lagi sakit!"

"Gue masih kuat kok. Sholat itu kewajiban. Selagi masih hidup dan masih kuat ya harus di laksanakan. Lo juga, Ze.. sholat yang rajin, doain gue sembuh."

"Gue selalu doain lo tanpa lo minta, Ren."

Renzo tersenyum lemah, "makasih." Ucapnya lalu melangkah pelan menuju keran air untuk berwudhu. Di bantu oleh Zelo.

Kamar mandi Renzo cukup luas. Ada kaca buram yang menjadi sekat pemisah antara tempat mandi, closet, dan tempat untuk mengambil wudhu. Keran untuk mengambil wudhu bersebrangan dengan wastafel dan cermin, tidak jauh dari pintu kamar mandi.

▪️▫️▪️▫️

Saat giliran makan malam, Renzo tidak ke ruang makan. Tubuhnya masih lemas, jadi ia tidak kuat berjalan keluar. Jadi Lusi yang membawakan makanannya ke kamar.

KARENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang