❄Twenty seven❄

1.2K 103 10
                                    

"Papa kok langsung segampang itu sih bolehin aku sama Renzo tinggal berdua?! Harusnya dilarang dong. Bukan malah langsung diturutin. Apalagi kondisi Renzo sekarang bener-bener harus dijaga lebih ketat, gak boleh ditinggal sendiri. Kalau Renzo tinggal berdua aja sama aku, nanti pas aku sekolah Renzo siapa yang jaga? Papa sama mama gak khawatir gitu ngebiarin Renzo ditinggal sendirian?" Protes Zelo tidak terima. Padahal dia yang tadi meminta izin untuk tinggal berdua dengan sang kembaran. Tapi saat mendengar jawaban dari kedua orang tuanya yang langsung menyetujui dan terlihat sama sekali tidak keberatan itu, seketika membuat Zelo heran sekaligus tidak percaya.

"Siapa bilang papa ngebiarin kalian tinggal berdua?" Tanya Nando sembari memandang putranya bergantian.

Nando, Lusi, dan juga Zelo memang tengah berada di ruang rawat Renzo. Renzo terus-terusan mendesak Zelo agar segera meminta izin untuk tinggal berdua. Jadilah Zelo dengan terpaksa membicarakan masalah itu pada kedua orang tua mereka.

"Lah, Papa ini gimana sih?! Barusan papa sendiri yang bilang kalau aku sama Zelo boleh tinggal berdua. Yang jelas dong,pa.. Jadi boleh atau gak?" Renzo yang awalnya ingin menyerahkan masalah meminta izinnya pada Zelo saja,kini malah gantian dirinya ikut juga melayangkan protes. Dia sudah senang tadi karena sudah dikasih izin. Eh papanya malah mengeluarkan pertanyaan ambigu. Kan kesel jadinya.

Sementara Zelo yang tadi sempat protes hanya bisa memandang papanya dengan wajah bingung.

Gak jelas banget papanya. Bikin naik darah aja.

"Iya, boleh kok." Ujar Nando lagi, kemudian tersenyum ke arah Renzo. Sadar karena hampir memancing emosi putranya itu.

Sebelum putra nya yang satu lagi kembali melayangkan protes, Nando lantas bersuara lagi.

"Renzo sama mama dulu, ya. Papa mau ngomong bentar sama Zelo." Ujar Nando sembari mengajak Zelo untuk keluar dari ruang rawat. Zelo pun mengikuti saja langkah papanya. Karena dia butuh penjelasan atas keputusan yang papanya berikan barusan.

"Kok gitu?! Ngomong disini aja. Kenapa pake keluar segala?" Balas Renzo heran.

"Udah, biarin aja papa ngomong bentar sama Zelo. Renzo mama temanin disini. " Ujar Lusi yang sejak tadi duduk di kursi samping ranjang Renzo.

Wajah Renzo cemberut memandang papa dan kembarannya yang sudah melangkah keluar dari ruang rawatnya.

"Mama beneran bolehin aku tinggal berdua sama Zelo, kan?" Renzo beralih memastikan pada sang mama. Karena merasa jawaban dari papanya kurang memuaskan.

"Mama ngikut apa kata papa aja. Kalau papa bolehin, mama juga bolehin." Ujar Lusi sembari mengusap-usap kepala Renzo.

Wajah Renzo yang terlihat layu itu kini semakin layu.

"Mama ikut ngobrol aja sana bareng papa sama Zelo. Tinggalin aja aku sendiri disini gak pa-pa." Kata Renzo dengan nada ketus.

"Jangan ngambek dong, sayang. Papa bakal kasih izin kok. Percaya deh sama mama. Asalkan kamu juga mau nurut apa kata mama sama papa. Mau, ya.. dikemo?"

"Gak tau ah, males. Aku mau tidur. Mama sih usap-usap kepala aku terus dari tadi. Kan aku jadi ngantuk. "

Mendengar putranya berkata begitu, Lusi pun langsung terkekeh. Walaupun ia tahu Renzo sengaja mengalihkan pembicaraan. Namun, Lusi tetap merasa gemas dengan tingkah putranya yang akhir-akhir ini jadi sangat sensitif. Renzo sedang dalam mode; senggol dikit, merajuk.

◽️◽️◽️◽️

"Papa memang izinin kamu sama Renzo untuk gak tinggal di mansion sementara waktu. Tapi papa gak akan ngebiarin kalian bener-bener tinggal berdua aja. Jadi kamu gak perlu khawatir. Intinya kita iyain aja dulu apapun keinginan Renzo. Kamu percaya 'kan sama papa?" Nando berujar sembari menatap lurus mata sang putra yang duduk di hadapan nya. Mereka berdua sedang duduk di kursi cafetaria rumah sakit. Sudah cukup lama mereka tidak berbicara berdua seperti itu karna kesibukan masing-masing.

KARENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang