❄️Dua❄️

4.2K 231 9
                                    

Lagi-lagi mereka harus melihat tubuh Renzo terbaring lemah di ranjang pesakitan. Kadar trombosit dalam tubuh Renzo rendah, itu lah alasan mengapa Renzo mengalami mimisan. Sekarang ini tangan kirinya sudah tertancap jarum infus untuk mengalirkan cairan trombosit melalui pembuluh darah. Renzo juga diberi nebulizer untuk mengatasi asmanya yang masih belum juga membaik, meski sebelumnya sudah menghirup inhaler.

"Ze, kamu pulang aja ya sama abang. Mandi, ganti baju, nanti setelah itu kalo memang mau balik kesini lagi nggak apa-apa," Titah Nando saat melihat putranya itu masih menggunakan piyama. Mereka sedang duduk di sofa yang berada di ruang rawat itu.

"Aku masih mau disini sampai Renzo bangun, Paaa.." Balas Zelo sedikit merengek.

"Renzo nggak apa-apa, nak. Dia cuma lagi istirahat. Kamu tau sendiri, Renzo sudah biasa kayak gini. Nanti setelah selesai transfusi trombosit mungkin siang sudah boleh pulang," Ujar Nando.

"Iya sayang, nggak usah khawatir, ya. Kan ada mama sama papa yang jagain Renzo disini," Lusi ikut bersuara dengan lembut.

"Iya, mending pulang dulu. Tadi kamu belum cuci muka 'kan, Ze? Tuh bekas iler nya masih ada!" Darzen menunjuk sudut bibir sang adik sembari terkekeh.

Zelo lantas dengan cepat mengusap sudut bibir nya menggunakan tangan, "yang penting aku masih ganteng, kan?" Ujarnya dengan percaya diri.

"Enggak, muka kamu kusam banget. Nanti kalo udah mandi baru ganteng," Balas Darzen menggoda adiknya itu.

Zelo memanyunkan bibir tebalnya. Lalu mengalihkan pandangan ke arah Renzo yang tengah terlelap.

"Papa sekalian minta tolong nanti hubungi Lio, ya. Tadi papa sama mama sudah coba telpon tapi nggak diangkat," Nando bersuara lagi. Hubungannya dengan putra bungsunya itu memang kurang baik akhir-akhir ini. Mungkin itu alasan si bungsu tidak mau mengangkat telepon darinya.

"Oh iya, si Lio nggak ikut kesini ya?!" Ujar Darzen saat menyadari tidak menemukan atensi adik bungsunya itu.

"Kayaknya Lio di sekolah deh, Pa. Soalnya udah jam segini. Mungkin udah mulai juga jam pelajaran pertama," lanjut Darzen sembari melirik jam dipergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 7 pagi.

"Iya mungkin ya. Nanti tolong kamu samperin ya, bang. Sekalian antar surat izin Renzo sama Zelo." Titah Nando lagi.

"Iya, Pa.. siap!" balas Darzen.

"Udah yok pulang, Ze! Abis antar kamu, Abang langsung ke kampus, soalnya ada kelas pagi. Belum lagi antar surat izin." ajaknya pada Zelo, sedikit mendumel.

Kalau sudah begini, pastinya Zelo juga ikut izin tidak masuk sekolah. Karena setiap Renzo drop seperti ini, Zelo tidak mau jauh dari kembarannya itu.

"Ck, iya iya!" Zelo berdecak kesal. Ia lantas beranjak dari sofa dan berjalan lebih dulu. Darzen juga ikut beranjak lalu pamit pada papa dan mamanya.

"Hati-hati ya, bang. Jangan ngebut-ngebut." Pesan Lusi pada si sulung.

"Iya, Ma." Balas Darzen kemudian melangkah keluar menyusul Zelo yang sudah lebih dulu menghilang di balik pintu. Ngambek karna di paksa pulang :)

Tadi saat ikut ke rumah sakit, Darzen mengendarai motornya sendiri. Jadi sekarang ia pulang ke mansion membonceng Zelo mengendarai motornya itu.


🍀🍀🍀

Sesudah mandi dan berpakaian rapi, Zelo kembali ke rumah sakit. Meminta tolong salah satu bodyguard untuk mengantarnya kesana. Padahal bisa saja ia mengendarai motor miliknya sendiri tapi ia tidak mau, karena saat pulang nanti ia ingin berada di satu mobil yang sama dengan Renzo.

KARENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang