Beres berkebun, Ulfah pun memilih membersihkan diri, membuat makan siang, melakukan aktivitas biasa seperti dia saat di rumah Rachita. Bedanya, kali ini, hanya untuk diri sendiri, dan karena kebiasaan sehari-hari beres-beres Ulfah jadi senang bersih-bersih.
Kegiatan berikutnya, santai-santai saja, belajar, tidur siang, hingga akhirnya malam, dan ketemu pagi lagi.
Ulfah mengurus tanamannya, ketika seperti Dean lewat di depan rumah dengan tas samping dan jaket kulit.
"Pagi, Ulfah!" sapa Dean hangat.
"Pagi, Dean." Ulfah menyapa balik, mereka hanya menyapa seadanya tetapi Ulfah memperhatikan pria itu.
Dia membawa botol berisi sereal lagi.
Sepertinya kali ini Dean bukan jogging, apa dia kuliah? Dari gayanya, mungkin begitu, kampus juga tak terlalu jauh dari sini jadi tak heran dia memilih jalan kaki. Dean sepertinya senang dengan kegiatan hidup sehat.
Ulfah mau meniru juga.
Oh ya, jujur saja, Ulfah masih penasaran dengan botol sereal itu, kenapa Dean membawanya dua hari ini.
Dan hari berikutnya, dia juga membawanya.
Ya, beberapa hari memperhatikan, Ulfah selalu melihat Dean membawa hal yang sama, hingga di H-1 dari ia akan ngampus, Ulfah memberanikan diri bertanya.
"Pagi, Ulfah!" Sapaan konstan keluar dari mulut Dean, pria yang suka memakai pakaian ala rockstar itu.
"Pagi, Dean!" Ulfah bertanya balik.
Namun, baru ingin bertanya, Ulfah tiba-tiba tak tahu cara menanyakannya, dan alhasil Dean sudah pergi menjauh.
Oh benar, besok kan dia kuliah, apa nanti dia bareng saja dengan Dean? Ide bagus. Di sana mereka juga bisa berbincang banyak hal, kan? Yah, Ulfah tahu dia kepoan, tetapi sungguh dia sangat ingin tahu.
Dan pagi itu, hari pertama masuk kampus.
Ulfah sudah siap-siap, semua hal beres sebelum itu, dan dia tinggal menunggu seseorang lewat.
"Pagi, Dean!" Dean lewat!
"Oh, pagi Ulfah!" Kali ini, Dean berhenti, karena melihat penampilan Ulfah berbeda. Memakai baju santai tetapi ada tas tersampir di bahunya. "Wah, hari pertama kuliah, nih?"
Ulfah cengengesan. "Iya, aku mau bareng sama kamu boleh?"
"Sampai depan terminal bus? Boleh."
"Kamu naik bus?"
"Enggak, aku jalan kaki." Sudah ditebak, dia pria yang senang jalan kaki.
"Aku gak naik bus, jalan kaki aja, kampus kita kan deket." Benar, Rachita memang sengaja memilihkan perumahan di sini karena paling dekat dengan kampus.
"Boleh, ayo." Ulfah tersenyum, dia menutup dan mengunci pintu rumahnya, pun memasukkan kunci ke tas, sebelum akhirnya keluar pagar dan berdiri di sisi Dean.
Keduanya mulai berjalan menuju kampus.
"Oh, ya, Ulfah. Aku kadang stop kalau ada kucing, jadi kalau kamu mau duluan, karena ini hari pertama kamu, kamu bisa duluan aja," kata Dean tiba-tiba.
"Eh, kucing?" Kenapa Dean stop kalau ada kucing?
"Yap, aku biasa ngasih makan beberapa kucing jalanan yang aku liat."
"Oh, jadi botol sereal itu isinya makanan kucing?" Ulfah membungkam mulutnya, duh ketahuanlah dia kepo akan hal tersebut hingga terus memperhatikan.
Dean tertawa. "Iya, kamu perhatian juga, aku sering bawa ini. Entahlah, bisa dikatakan hobi."
Ulfah mengangguk mengerti, dia juga suka kucing. "Aku mau ikut juga, toh meski hari pertama sebenernya aku masuk gak sepagi ini."
"Baiklah." Dean tersenyum.
Keduanya terus berjalan bersama sampai ....
"Dean, itu kucingnya." Tampak kucing jingga tengah rebahan di dekat tong sampah jalanan.
"Ah, Bobob." Bobob? Dean ternyata menamai kucing itu. Namun, bukannya langsung menghampiri, Dean memakai masker dan sarung tangan.
Eh?
Melihat tatapan heran Ulfah, Dean menjawab, "Aku sebenarnya alergi kucing."
Wadau!
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Kucing ✅
RomancePak Dean .... Pak Dean?! Mata Ulfah membulat sempurna. "Ayo, Ulfah, ayo kita masuk, matkul kamu apa pagi ini?" "Pak-Pak-Pak Dean?! Ka-kamu ... ma-maksud saya, Bapak, Bapak dosen di sini?"