Setelah makan, barulah mereka mulai berpikir, apa yang akan mereka masak besok siang saat di kampus. Masakan simpel yang bisa dimasak cepat, tetapi tetap enak.
"Kamu ada ide?" Dean lumayan bingung dengan masakan apa yang akan mereka buat nanti, jujur saja dia tahu banyak masakan, tetapi sekarang otaknya blank tak tahu harus pilih yang mana.
"Untuk makan siang, oh iya." Ulfah mengeluarkan ponselnya, pun memperlihatkan pada Dean sebuah video yang dia simpan.
"Nasi liwet, wah ...." Dean berwah ria, tampak tampilan utamanya sangat enak, dan video berjalan memperlihatkan proses masaknya.
"Menurut saya, ini gak akan memakan waktu terlalu lama, dan simpel." Dean mengangguk setuju. "Gimana, Pak?"
"Setuju, coba itu, makanannya viral akhir-akhir ini ya?"
Ulfah tersenyum. Sudah diputuskan.
Tiba-tiba, saat memperhatikan ponsel Ulfah, sebuah pesan pop up muncul di layar. Dean memicingkan mata, nama Rayan tertera di sana dan dia menulis sesuatu ....
"Ulfah, malam ini lo free? Mau jalan bareng sama yang lain?"
Ulfah yang mendengar dentingan dari ponselnya, segera melihat notifikasi apa yang muncul. Ia terkejut karena pesan dari Rayan. Pastilah, Dean melihatnya, meski Dean tak bilang apa pun tetapi ekspresinya menggambarkan itu semua.
"Ma-maaf, Pak."
"Eh, u-untuk apa?" Dean ikut tergagap, tetapi sepertinya mereka berdua saling mengerti, pria itu menghela napas panjang. "Aku gak bermaksud mengekang pertemanan kamu dengan siapa saja, tapi ... yah kalau sama dia, sulit aku menerimanya. Aku tau aku terlalu negative thinking, tapi ini tugasku, selain sebagai dosen yang membimbing mahasiswinya, juga seorang teman yang melindungi temannya yang lain."
Mendengar penuturan tersebut, Ulfah sedikit terharu, jujur saja perasaannya sama seperti Dean. Jadi, dia tak akan mengelak. "Iya, Pak. Saya mengerti kekhawatiran Bapak. Mbak saya selalu bilang untuk jangan suka jalan pas malam, kok, jadi ... saya gak akan ikut. Dan saya juga bakalan menjaga diri saya dengan baik, saya janji."
Dean tersenyum, begitupun Ulfah.
Setelah hal tersebut, Ulfah pun pulang, kembali ke rumahnya, berpamitan dengan Dean yang kelihatan sangat amat lega karena Ulfah tak pergi bersama Rayan CS. Tak hanya lega, dia juga sangat bahagia.
Uh, oh, dia hampir lupa satu hal untuk diberitahukan.
Sayangnya, Ulfah keburu pergi, tapi tak apa, dia masih bisa mengabari via ponselnya.
Sebuah pesan singkat, "Ulfah, kalau ada waktu free, pagi ini kita ke perpustakaan."
Ulfah yang menerima pesan itu teringat ucapan Dean siang tadi, soal anak-anak seru di perpustakaan. Perpustakaan identik dengan anak-anak pencinta buku, Ulfah rasa itu hal bagus guna memperbaiki kebiasaan buruknya yang dua menit lihat buku saja sudah turu. Dia mungkin akan jalan bersama pagi itu bersama Dean meski jam mereka belum.
"Baik, Pak." Mengisi waktu kosong dengan hal berguna itu bagus.
Semua hal melelahkan di hari itu akhirnya ditutup dengan indahnya mimpi saat tidur, hingga hari berikutnya menyambut mereka.
Seperti biasa, jalan bersama dengan makanan kucing di masing-masing, dan mulai memberikan makanan untuk kucing jalanan terlantar yang mereka lihat. Semua berjalan mulus sampai akhirnya mereka tiba di kampus.
Langkah keduanya menuju perpustakaan dan sesuai kata Dean, memang ada mahasiswa dan mahasiswi di sana, dan rata-rata dari mereka berkacamata bersama buku di tangan. Khas kutu buku kebanyakan.
"Pagi semua!" sapa Dean, semua langsung teralih ke pria tersebut.
"Pagi, Pak Dean!" Mereka yang tadi serius membaca buku, tersenyum ke arah Dean begitu rekah, seakan kehadiran dosen satu itu memang amat ditunggu-tunggu.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Kucing ✅
Storie d'amorePak Dean .... Pak Dean?! Mata Ulfah membulat sempurna. "Ayo, Ulfah, ayo kita masuk, matkul kamu apa pagi ini?" "Pak-Pak-Pak Dean?! Ka-kamu ... ma-maksud saya, Bapak, Bapak dosen di sini?"