Chapter 29

989 45 0
                                    

"Duh duh duh, masa berakhir gitu aja tanpa perlawanan sih Pak? Laki gak nih?" tanya Nilam menggeleng seraya berdecak. "Gak mau coba apa, naikin harkat martabat Bapak, biar bisa bersanding sama Ulfah? Oh iya, emang Ulfah anak konglomerat gimana, sih, Pak? Yang saya tau dia ... mantan ART, oh kan dia diangkat jadi saudara ya, apa keluarga itu konglomerat?!"

"Uh oh ...." Dean gugup, dia baru saja tanpa sengaja membongkar soal Ulfah. Apa tak masalah selama tak sebut nama sih, ya?

"Kalau iya, ya Bapak usahalah ngejar, masa langsung tepar. Payah Pak!" Syukur saja Nilam fokus ke soal fiksi romantisnya, untung di hadapannya Nilam.

"Hah ...." Dean menghela napas. "Kalau gitu, mau bantu saya gak?"

"Pastilah! Mau!" kata Nilam terkikik geli. "Soalnya kisah cinta kalian seru diliat, Pak."

"Astaga kamu." Keduanya tertawa geli. "Ada syaratnya gak?"

"Izinin saya ya, Pak ...." Nilam menjawab malu-malu.

"Izin apa?"

"Nulis cerita Bapak sama Ulfah, hihi, buat novel saya."

Dean mendengkus pelan. "Hanya itu?"

Nilam mengangguk antusias, gadis itu memang hobi menulis, terutama novel romantis yang halu. "Boleh kan Pak?"

"Ya, tapi namanya samarkan, jangan nama asli."

"Siap!"

Begitulah percakapan Nilam dengannya beberapa hari yang lalu. Dengan itu Dean pun memutuskan bisnis pertamanya, untuk di masa tua nanti bersama Ulfah.

Semoga lancar.

"Oh ya, Fah. Hari ini kita masak kebab, kan?" Dean memilih mengganti topik, merasa kasihan dengan Ulfah yang salah tingkah, tetapi jujur saja dia kelihatan imut.

Imut banget.

"Kolak?"

"Kebab, Fah." Dean tertawa geli. "Eh tapi kolak enak juga."

"Oh, iya, kebab." Mereka memang berencana membuat kebab, tetapi tentu hanya kebab sederhana.

"Jangan lupa siang ini, ya, Fah."

"Baik, Pak."

Dan mereka pun berpisah, Ulfah ke kelasnya dan saat itulah dia bertemu Nilam.

"Cie cieee!" Nilam langsung berkata tanpa babibu.

Ulfah menatap kesal cewek itu. "Kamu tadi ilang ke mana, sih?" Nilan hanya cengengesan akan hal tersebut.

Sementara di sisi lain, Dean berjalan di koridor, dan tanpa sengaja mendengar sesuatu.

"Gimana, mau jalan bareng gue gak malam ini?" Suara itu ... Dean segera mengintip dan benar saja, itu Rayan, dia tengah berbincang dengan seorang gadis manis lugu berkacamata.

"Mm maaf, aku ... gak dibolehin Ibu Ayahku buat jalan-jalan pas malem," katanya menolak halus.

"Duh, bilang aja sama mereka kalau kita mau belajar bareng, beres kan?"

Cewek itu menggeleng. "Kata orang tuaku, boong itu enggak baik."

"Duh, sesekali nakal gak papa kali, emang lo gak mau jalan-jalan, hiburan gitu, gak capek jadi anak ambis belajar mulu?"

Kenapa Rayan senang sekali dengan anak-anak polos begini, mengkhawatirkan. Tanpa pikir panjang, Dean berjalan ke arah mereka, beruntung dia mengenal mahasiswi ini yang sering di perpustakaan, dia pasti tahu rumor itu hingga menolak tetapi tak tahu cara menolak. Dia jelas dalam kesulitan karenanya.

Kehadiran Dean, jelas mengagetkan Rayan, wajah Rayan seketika kesal bukan main terlebih Dean memerintahkan sang siswi kembali ke perpustakaan karena dia tak mengembalikan buku, mahasiswi itu bersyukur akan hal itu.

"Rayan, sebaiknya kamu--"

"Bapak merhatiin saya banget, kenapa sih?" tanya Rayan kesal, bukan tanpa alasan dia mengatakan itu, karena setiap ada Rayan dan gadis yang dia incar, selalu ada Dean.

"Memangnya kenapa?" tanya Dean balik, menantang, wajah yang biasa ramah itu kini berubah sedingin es, benar-benar sikap yang berbanding jauh dengan aslinya.

"Pak, selama ini saya muak dengan sikap Bapak, ganggu urusan percintaan saya mulu! Saya tahu Bapak mikir saya yang bikin Andria celaka, tapi pelakunya bukan saya, Pak! Bukan saya!"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

Dosen Kucing ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang