"Ulfah, hari ini jadi kan?" tanya Nilam menggandeng tangan Ulfah, mereka memang ada janjian sesuatu nanti siang. Yaitu, memasak bersama.
"Jadi, kok." Ulfah tersenyum hangat. "Kan kita udah ada rencana dan ngumpulin uangnya."
"Iya sih, pasti jadi, apalagi kan ...."
"Apa saya terlambat?" Datanglah seorang pria, sang dosen mereka. Itu Dean.
"Pak Dean ikut." Nilam melanjutkan kalimatnya, memang Dean akan ikut mereka.
"Ayo, kita masak bersama!" Dean bersemangat, dan kelihatan wajah Miko, Dede, dan Nilam, agak ketakutan.
"Eh mm Pak, Bapak duduk aja yang rapi biar kami aja yang masakin buat Bapak. Kan Bapak dosen kami yang terhormat." Nilam berkata dengan senyum kikuk.
"Hei hei hei, saya gak suka ya kalau kalian bawa-bawa status, kan kita berteman saat ini." Nilam, Miko, dan Dede bertukar pandang. Bukan masalah Dean dosen, sih, tapi ada trauma tersendiri.
"Uh, sepertinya diriku harus pergi karena ada urusan mendadak, biarlah uang itu padamu."
"Gue ikut Miko juga, ya. Urusan kami sama!"
"Eits, mau ke mana kalian?" Dean memegangi bahu keduanya, pria tinggi besar itu punya kekuatan lumayan besar menahan mereka. "Saya rasa saya tahu apa yang terjadi, kalian masih gak percaya saya megang spatula, huh?!"
"Ti-tidak, Pak. Sungguh. Kami hanya ada ...." Dean menatap tajam Miko, yang seketika tak sanggup melanjutkan, bahkan Dede yang jutek kalah dengan pria itu.
Nilam, dia takut, berlindung di balik Ulfah yang entah kenapa geli dengan tingkah mereka.
"Dengar, saya sudah belajar dengan guru terbaik, Ulfah, tanya saja sama Ulfah, masakanku enak kan, Fah?" Dean menatap Ulfah.
Ulfah tertawa pelan dan mengangguk. "Kalian tenang aja, Pak Dean masakannya enak, kok."
"Nah, Ulfah saja mengakui! Pokoknya ...." Dean mengalungkan tangan ke belakang leher dua mahasiswa itu. "Jangan ada yang kabur, no excuse. Let's go!"
Nilam menatap Ulfah khawatir, tetapi Ulfah menenangkan agar mereka percaya. Karena Dean yang sekarang berbeda dengan yang dulu.
Akhirnya, mereka pun berangkat ke tempat tujuan, yaitu rumah Nilam. Di sana mereka akan memasak, tepatnya di belakang rumah Nilam.
Dan juru masak utamanya ....
Nilam, Miko, dan Dede dibuat meneguk saliva kelat, karena Ulfah mempercayakan itu kebanyakan pada Dean. Mereka hanya bisa diam seraya membantu, sambil memikirkan surat terakhir yang akan mereka berikan pada orang tua masing-masing.
Dan akhirnya, masakan siap.
Ketiganya menatap masakan yang telah siap, ayam panggang, sayur oseng, dan sambal. Dari wujudnya, terlihat enak, tetapi mereka tak mau ketipu karena dulu juga tampilan masakan Dean bagus.
"Ayo, coba!" kata Dean, mempersilakan para mahasiswanya itu, ada senyum penuh arti di sana menambah kesan seram masakan tersebut.
"Ulfah, coba kamu cobain." Dean mulai menyuapi Ulfah, ketiganya melongo, tetapi mereka tak akan kaget kalau Ulfah betul pacaran dengan pria itu sesuai rumor beredar.
Namun sejauh ini, tak ada yang mengakuinya.
"Enak!" Ulfah mengomentari.
"Nah." Dean menjentikkan jari. "Coba, atau saya dan Ulfah saja yang habisin?"
Dan akhirnya, karena tak mau rugi sudah kumpul uang, mereka pun mulai mencicipi masakan Dean dengan ragu-ragu. Ulfah tak lagi bohong guna menghibur Dean kan? Mereka juga ada di sana bantu, pasti aman kan?
Satu suapan ....
Dan mereka tak menyangka, rasa yang pecah di lidah, benar-benar ingin membuat mereka terbang melayang.
Mereka makan dengan lahap.
Dean tersenyum puas. "Sudah saya bilang, kan, saya punya guru yang hebat." Dean menatap Ulfah di sampingnya yang tertawa geli.
Dia tos dengan mahasiswinya itu, misi beres!
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
Dosen Kucing ✅
RomancePak Dean .... Pak Dean?! Mata Ulfah membulat sempurna. "Ayo, Ulfah, ayo kita masuk, matkul kamu apa pagi ini?" "Pak-Pak-Pak Dean?! Ka-kamu ... ma-maksud saya, Bapak, Bapak dosen di sini?"